Besok, Selasa, 1 November 2016, adalah hari pemogokan kru awak mobil tangki PT. Pertamina Patra Niaga. Rudian, salah satu pengurus SBTPI PT. Pertamina menyampaikan pekerja PT. Pertamina sudah hampir 100% siap mogok.
Rudian mengatakan persoalan pekerja PT. Pertamina sudah sangat lama, seperti upah lembur yang tidak dibayarkan, status kerja yang masih kontrak meski sudah bertahun-tahun bekerja. Rudian bercerita, mereka bekerja lebih dari 12 jam, namun tidak pernah dihitung lembur. Perjuangan pekerja PT. Pertamina pun sudah sedari lama, tercatat sudah tiga kali mereka membangun organisasi, yakni sejak tahun 2008. Sejak tahun 2008 pula, organisasi yang mereka bangun selalu diberangus oleh PT. Pertamina namun itu tak membuat Rudian dan teman-temannya menyerah. Terakhir, di kali ketiga berserikat, akhirnya keputusan mogok pun diambil.
Tak hanya masalah upah lembur dan status kerja, masalah keamanan dan keselamatan kerja masih jauh dari perhatian perusahaan milik negara tersebut. Rudian menyampaikan, benar memang ada pelatihan K3 setiap enam bulan sekali. Namun, prakteknya, masih sangat jauh dari apa yang disosialisasikan. Contohnya adalah masker, sarung tangan dan lainnya. Padahal, resiko kru awal mobil tangki PT. Pertamina sangat besar, nyawa tak jarang menjadi taruhan.
Kepada Marsinah FM, Rudian menyampaikan 5 hari sebelum pemogokan, terjadi perundingan antara Pengurus SBTPI – FBTPI PT. Pertamina Patra Niaga dengan pihak perusahaan yang difasilitasi oleh Polda dan Polres Jakarta Utara. Namun, orang – orang yang diutus untuk berunding oleh PT. Pertamina, justru orang – orang yang tak punya wewenang mengambil keputusan. Akhirnya, perundingan tersebut tidak berujung pada kesepakatan. Pihak dari Kemenaker yang turut hadir sudah menekankan agar pihak pertamina patra niaga memberikan hak hak AMT seperti status pekerja tetap dan lembur atas kelebihan jam kerja dan hak normatif lainnya sesuai UUK 13 2003 dan nota pemeriksaan Sudinaker Utara.
Perundingan yang nihil tersebut, makin membulatkan tekad awak mobil tangki Pertamina untuk mogok pada 1 November 2016. Rudian dan rekan-rekannya berharap, pemerintah, terutama Presiden Jokowi mulai memperhatikan nasib pekerja PT. Pertamina yang adalah tulang punggung perekonomian negara.