Search
Close this search box.

Dilema Buruh Akibat Kenaikan Harga Sembako

Untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari hari, buruh harus mencari harga sembako yang paling rendah seperti harga beras yang Rp 13 ribu/kilo yang bisa dikonsumsi untuk satu keluarga.

Sembako yang menjadi kebutuhan pokok terutama beras yang sudah menjadi makanan pokok sehari-hari mengalami kelangkaan. Kelangkaan ini terjadi  akibat gagal panen dan adanya fenomena badai el nino (sumber: detiksulsel) . Dampaknya, harga beras melambung tinggi dan disusul dengan kenaikan harga-harga bahan pokok yang lain seperti cabai, telor, bawang dan seterusnya.

Akhir tahun 2023 diwarnai dengan kenaikan harga bahan – bahan pokok yang sudah mencapai 20% (sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20231110130232-4-488045/harga-sembako-beterbangan-harga-gula-rekor-ke-rp16220–kg). Kenaikan ini tidak sesuai dengan kenaikan upah pekerja yang hanya meningkat sekitar 2-7% untuk  tahun 2024 (sumber:https://www.cnbcindonesia.com/news/20231123110723-4-491416/ump-naik-tak-sampai-10-kalah-dari-harga-beras). Sangat terlihat jelas ketimpangan kenaikan upah dan kenaikan sembako yang sudah pasti menjadi dilema untuk semua masyarakat. Akhirnya, keluarga pekerja harus memutar otak agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari (sumber: Talk Show Marsinah.id, “Di Balik Kenaikan Harga Sembako”, https://www.youtube.com/live/COGoaR21ty0?si=vTDSPYWSkfH2Q_xR).

Untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari hari, buruh harus mencari harga sembako yang paling rendah seperti harga beras yang Rp 13 ribu/kilo yang bisa dikonsumsi untuk satu keluarga. Hal ini masuk di akal, karena untuk membeli beras premium dengan harga Rp 17 ribu sampai Rp 20 ribu/kilo sudah dipastikan buruh bakal sangat kesusahan. Belum lagi upah yang diterima tiap bulannya, juga harus digunakan untuk kebutuhan lain seperti membayar kontrakan, hutang, biaya sekolah dan yang lainnya.

Kenaikan harga sembako juga berdampak pada gizi buruh dan anak-anaknya. Bisa dipastikan, ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Apabila kita melihat secara luas, kenaikan harga sembako yang tidak sesuai dengan kenaikan upah buruh ini juga akan semakin memperluas kemiskinan.

Dengan belum adanya kepastian dari pemerintah untuk menurunkan harga sembako, banyak masyarakat yang akhirnya mencari cara agar tetap bisa membeli kebutuhan sehari hari dengan mencari kerja tambahan. Padahal,  seharusnya pemerintah yang mempunyai tanggung jawab dan harus segera mencari jalan keluar agar masyarakatnya bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Penghidupan layak, tentu saja artinya tak kelaparan, mudah mengakses pangan berkualitas untuk bisa mencukupi kebutuhan gizi, agar masyarakat bisa semakin produktif.

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Nasib Serikatku Yang Hanya Mampu Bertahan 2 Tahun (3)

Oleh Tisha   Kisah sebelumnya silahkan baca di link bawah ini http://www.dev.marsinah.id/nasib-serikatku-yang-hanya-mampu-bertahan-2-tahun-1/ http://www.dev.marsinah.id/nasib-serikatku-yang-hanya-mampu-bertahan-2-tahun-2/ Perundingan Buntu Perundingan terjadi berulang kali, sampai ke tahap mediasi, namun perusahaan

Hak dan Hukum

Hak dan Hukum’, berupa talkshow, mengundang buruh atau aktivis pembela hak buruh perempuan, tentang hukum nasional dan internasional serta pengalaman pembelaan. Mengudara tiap hari Jumat,

Suara Buruh 26 November 2014

Klik dan dengarkan link di bawah ini. Suara Buruh edisi 26 November 2014 menyajikan berita audio terkait aksi demonstrasi yang diselenggarakan oleh PPRI (Pusat Perlawanan

Suara Buruh Edisi 18 September 2015

Suara Buruh Edisi 18 September 2015, memberitakan tentang Kemenangan buruh PT KMDI, Buruh produsen HP Advan masih mogok dan Buruh perempuan juga roda ekonomi. Selamat