Search
Close this search box.

Cipit: Menjadi Relawan Posko Adalah Kebanggaan dan Kehormatan

Aku perempuan kelahiran Kudus, 14 juni 1988.Terlahir dari keluarga kurang mampu, mengharuskanku bekerja dari umur 17 tahun. Di desa, aku bekerja di konveksi, membantu meringankan beban ekonomi kedua orang tua. Itupun belum cukup, hingga datang ke Jakarta untuk mengadu nasib di ibukota, awal tahun 2006.

Aku melamar dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain hingga aku diterima di salah satu perusahaan di KBN Cakung. Di sana, aku bekerja hingga 11 tahun.Selama bekerja, banyak kejadian dan pengalaman yang aku dapatkan. Punya teman tertawa, menangis, lelah, kesel dan banyak cerita lainnya.

Hingga aku masih ingat sampai sekarang kejadian yang membuatku kesal, membuatku risih,membuatku jengkel, yaitu ketika saat aku sedang serius – seriusnya bekerja, teman operatorku mengatakan “Nok…tetekmu montok banget”. Ia melihatku dengan mata genitnya dan itu kerap terjadi. Aku kesal, tapi pikirku, ya sudahlah toh tubuhku nggak dipegang.

Selain sebagai buruh, aku aktif di Marsinah FM, menjadi Relawan Posko, dan sekarang aku menjadi anggota serikat FBLP (Federasi Buruh Lintas Pabrik).

Kesibukan saya yang paling menyenangkan adalah menjadi relawan Posko.

Posko Pembelaan Buruh Perempuan adalah tempat memberikan informasi segala bentuk pelecehan dan kekerasan seksual, tempat kita mengadu jika mendapatkan pelecehan dan memberi pembelaan atau advokasi kepada korban pelecehan. Berlokasi di pintu belakang KBN Cakung. Tugas saya dan teman – teman relawan adalah jaga, membersihkan dan menjaga posko sepulang kerja dari jam 4 sore hingga 6 sore. Kami bergantian menjaga Posko, saya mendapat jatah piket tiap hari Rabu. Selama menjaga posko, saya mendapatkan kebahagiaan, gokil-  gokilan bareng, sering bertukar makanan, saling sharing situasi kerja  di perusahaan masing – masing, hingga saling curhat masalah pribadi. Terkadang, saya juga membawa teman sekerjaan untuk singgah ke posko mengenalkan Posko Pembelaan Buruh Perempuan. Ya, syukur – syukur dia mau ikut serta menjadi relawan, karena itu juga tujuan kami.

Tak jarang juga saya dihujani pertanyaan dan cibirin dari teman – teman. Mereka bertanya “Kamu aktif disitu? memang dibayar? memang ada manfaatnya?

“Kita relawan sukarela. Dengan menjadi relawan, saya bisa terlibat melawan, mengurangi pelecehan seksual”, jawabku.

Semenjak menjadi relawan posko, saya mengetahui ternyata ketidaknyamanan yang saya alami karena perilaku teman operatorku  itu adalah pelecehan. Apa yang kerap kali aku dapatkan dari teman seperkerjaan adalah pelecehan. Sejak saat itu, aku mulai berani melawan si pelaku dan tidak menyalahkan ketika perempuan berpakaian seksi, karena itu bentuk ekspresi mereka.

Tugas kami menjadi relawan posko adalah memberi pemahaman terhadap teman – teman sepekerjaan dan satu kosan tentang bentuk – bentuk  pelecehan, seperti disiul – siul, ditoel, dipeluk, diajak kencan, dikirimi gambar tak senonoh. Apalagi kita merasa tidak nyaman, itu termasuk pelecehan. Pemahaman semacam itu, kerap kali kita selipkan ketika ngobrol santai.

Menjadi relawan posko, saya merasa sungguh tidak mudah mematahkan pola pikir mereka yang masih menyalahkan perempuan karena ekspresinya, bahwa pelecehan seksual itu terjadi akibat relasi kuasa laki laki terhadap perempuan, yang dimunculkan oleh apa yang disebut budaya patriarki.

Hampir 90 % buruh diKBN cakung adalah perempuan yang bisa menjadi korban pelecehan. Harapan kami, semoga setiap perusahaan di KBN Cakung ada relawan posko. Agar buruh perempuan aman dan nyaman, bebas berekspresi di tempat kerja.

Itulah tugas dan komitmen kami menjadi relawan posko. Mari bersama wujudkan tempat kerja tanpa pelecehan seksual.

Menjadi relawan posko adalah kebanggaan dan kehormatan.

Stop pelecehan seksual.

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Pidato Pembukaan Kongres Perempuan I

Dibacakan oleh Ketua Kongres, R.A, Soekonto “Sebelum membuka kongres ini kami hendak menerangkan dengan ringkas tujuan kongres ini.   Mula-mula, di Perkumpulan Wanita Utomo, ada

KEADILAN YANG BUTA

Oleh : Thin Koesna   Ketika berdemontrasi Tak satupun pihak pemerintah dan aparat yang membela kita Pemerintah menindas dan menjajah rakyat Rakyat sengsara hingga kini