Search
Close this search box.

Cerita Harian Pekerja -bagian 2-

BERBURU SEHAT ITU TIDAK MUDAH, MENDERITA TUMOR PAYUDARA JUGA MENAKUTKAN, TAPI SAYA BISA MENGHADAPINYA.

-bagian2-

(Lindah, sekretaris Pengurus Basis FSBPI PT Amos Indah Indonesia)

Ini adalah kelanjutan dari cerita saya sebelumnya pada bagian 1. Saya menuliskan ini dengan penuh kehati-hatian dan detail, agar dapat menjadi pembelajaran bagi kawan-kawan saya yang merasa ragu untuk berburu sehat. Bagi saya, tidak ada yang tidak mungkin untuk dilakukan. Dan saya dapat melalui proses ini dengan baik meskipun tidak mudah.

Pada Jumat 15 Oktober, pagi-pagi saya mengambil hasil rontgen dan laboratorium lalu menyerahkan ke suster bagian tindakan. Suster menanyakan apakah BPJS saya pribadi atau dari pemerintah? Saya sampaikan saya peserta BPJS dari pemotongan upah saya di perusahaan. Kemudian saya diarahkan untuk tes antigen ke ruang laboratorium, kemudian menyerahkan surat lagi ke bagian pendaftaran rawat inap. Di sini saya menyerahkan foto copi KTP, BPJS, Surat rujukan Puskesas masing-masing 3 lembar. Kemudian mengisi form data pasien dan yang menunggu pasien sebanyak 4 lembar. Kemudian menyerahkan surat pertama dari dokter ke petugas untuk pendaftaran pasien juga data yang jaga pasien. Kemudian surat pertama yang dari dokter diserahkan ke meja medis lalu saya dipanggil untuk pemeriksaan rekam jantung. Kemudian saya diminta mengisi formulir pendaftaran dan menandatangani sebanyak 4 lembar. Hal ini untuk surat keterangan rawat inap, infus, obat, operasi, kamar, dan lain-lain.

Setelah dipasang infus saya diantar ke Lantai 3 kamar 306. Di ruang itu kami pasien bertiga. Suster memberi saya arahan untuk berpuasa mulai jam 14.00 Wib, sedangkan operasi akan dilakukan jam 20.00 Wib. Sebelumnya akan ada pemeriksaan suhu tubuh dan tensi darah secara digital. Jam 15.00 dilakukan pemeriksaan rekam jantung. Jam 16.00 pemeriksaan alergi obat atau tidak (tes mantuk), 15 menit kemudian suster memasang antibiotik melalui infus karena tidak ada tanda-tanda saya alergi obat. Pemeriksaan tes darah saya juga normal.

Jam 19.00, suster membawa saya ke lantai 2 yaitu ruang sterilisasi, kemudian mengganti baju saya dengan pakaian operasi yang serba hijau termasuk tutup kepala. Saya ditanya apakah pernah memasang gigi palsu? Saya jawab tidak, tapi gigi saya pernah ditambal. Mulai dari sini saya berbaring sendirian dengan pemikiran rileks dan berdoa supaya operasi lancar dan diberi kemudahan. Tidak ada handphone ataupun jam. Kemudian dokter menghampiri saya dengan pakaian serba hijau juga.

Dokter menyampaikan “maaf ibu, saya beri tanda dulu ya yang mau dioperasi” (Di dalam hati saya agak risih apalagi dokternya laki-laki tapi saya berusaha berpikir positif). Kemudian suster berbeda menghampiri saya dan mengajak untuk pindah ke ruangan operasi. Tiba-tiba dada saya berdegup kencang, rasa takut makin menghantui pikiran saya. Namun saya tetap berusaha melawan rasa takut. Saya berbisik ke tubuh saya, “Semangat Lindah”.

“Lindah maafkan saya, ini semua karna aku sayang kamu, ayo kita berdamai ya”. Setelah sampai di ruangan operasi saya melihat tempat tidurnya beralaskan kain hijau. Pada bagian tempat dadanya di bentangkan seperti kain popok putih penyerap air seperti kain pempers. Di atasnya ada lampu-lampu operasi yang bisa diturun-naikkan. Ada berbagai alat dan kabel-kabel, ada meja berisikan mangkuk-mangkuk stanlis, juga gunting, pinset, dan kapas-kapas yang sudah dibasahi betadin dan lain-lain. Kemudian suster meminta saya berbaring di meja operasi sesuai lubang kepala, tempat kaki, dan tangan. Semua suster baik perempuan dan laki-laki mulai sibuk mempersiapkan alat-alat keselamatan untuk saya. Betapa menegangkan situasi ini.

Kabel-kabel dipasang pada kedua kaki dan tangan, dada saya dipasang alat tensi darah digital otomatis, juga tangan saya. Dalam hitungan detik saya merasa pusing. Suster mengarahkan supaya saya memejamkan mata, saya pun mengikuti. Setelah itu saya tidak tahu apa-apa. Doker dan para suster sedang berusaha keras mengeluarkan tumor di payudara saya. Semoga berhasil dan lancar. Amiin.

Saat sadar, saya merasakan dipindahkan ke tempat tidur yang lain, namaku dipanggil-panggil oleh suster laki-laki dan perempuan yang memindahkan tubuh saya. Waktu berusaha membuka mata, saya merasakan gelap. Saya berusaha mengingat dan mengerakkan tangan memegang wajah. Masker yang saya pakai sebelum operasi tidak ada di wajah saya lagi. Kemudian suster memasang masker oksigen di hidung saya. Di sinilah saya sadar, ternyata saya sudah selesai dioperasi. Ooh terima kasih Tuhan, terima kasih tubuh ini.

Setelah saya meminta bantuan suster untuk mengambil gambar bagian yang dioperasi, saya dipindahkan kembali ke ruang perawatan. Di sini saya bertemu teteh Dona dengan sapaan yang lembut, adik saya Lamisah memijat tangan dan kaki saya, menyemangati untuk sehat dan semangat. Beberapa saat kemudian, suster menyuntikkan Kembali obat anti nyeri. Kami pun beristirat malam itu.

Sabtu, esok harinya suster kembali memeriksa kondisi kesehatan saya, juga memberikan obat anti nyeri. Setelah pemeriksaan itu, suster menyampikan bahwa kondisi saya baik, dan jarum infus akan dilepas. Selanjutnya saya bisa minum obat tanpa melalui infus. Tidak lupa saya meminta suster untuk membantu menyiapkan surat dokter selama saya dirawat dan istirahat di rumah untuk disampaikan ke managemen di pabrik. Suster juga menyampaikan bahwa surat keterangan istirahat tidak bisa lebih dari 3 hari, saat tanggal 21 kontrol ke dokter bisa minta keterangan lagi.

21 Oktober sore, saya melakukan kontrol kembali ke RS. Namun sebelumnya paginya mendaftar dulu dan mengambil nomor antrian serta menyerahkan berka-berkas foto kopian. Jam 15.00 Wib saya sudah bertemu dokter W dan juga suster. Perban di luka operasi dibuka dan dibersihakn. Kemudian saya bertanya kapan saya boleh mandi? Apakah ada pantangan makanan untuk saya? Apakah jika di rumah ada kucing itu berpengaruh terhadap proses penyembuhan saya? Dokter menjelaskan tidak ada pantangan makanan, juga kucing tidak berbahaya. Untuk mandi sudah boleh dilakukan hari ini.  Perawatan lukanya dibersihkan memakai air infus dan harus benar-benar kering baru ditutup kain kasa yang ada obat antibiotiknya dan kapas lalu diperban. Ini dilakukan minimal 2 hari sekali atau setiap hari juga boleh. Saya pun tidak lupa meminta kembali surat keterangan dokter untuk disampaikan ke menegemen perusahaan. Saya juga mendapat surat pengantar untuk kontrol berikutnya. Kemudian saya bergegas mengambil obat di apotik. Karena ada obat yang tidak ada di RS, maka saya musti menebus di luar RS. Meskipun dalam hati saya bertanya-tanya, “mana mungkin di RS tidak ada obat”, saya tetap menebus obat itu dengan biaya sendiri. Saya ingin pulih.

Pada Kamis 28 Oktober, jam 6.00 saya memberikan kabar melaui WA ke atasan saya, juga bagian administrasi personalia di pabrik bahwa saya akan melakukan kontrol ke RS. Saya juga mengirimkan foto surat rekomendasi dari dokter untuk melakukan kontrol hari ini. Jam 10.00 saya sudah di RS, kemudian melakukan pendaftaran untuk kontrol ke doker W. Seperti biasa saya menyiapkan foto copy KTP, BPJS Kesehatan, Surat Rujukan BPJS, dan surat perintah kontrol. Sore harinya jam 15.00 saya sudah bertemu dokter W di ruang poli. Dokter memeriksa saya, kemudian meminta suster membuka jahitan. Saya juga disarankan untuk tidak mengangkat beban berat dulu sampai luka betul-betul sembuh. Kemudian saya diarahkan ke ruang laboatorium untuk mengambil hasil lab tumornya.

Saat kembali ke poli, dokter W menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, jenis tumor saya adalah jinak.  Namanya adalah “Tumor Mammae Sinistra”. Penyebabnya ada beberapa misalnya: pengaruh KB, menuju menofause, Siklus haid yang tidak teratur, dan bisa juga karena stres berlebihan. Sementara benjolan di payudara kanan saya masih kecil, maka enam bulan kedepan, melakukan USG untuk dilihat perkembangan benjolannya, setelah itu dipelajari lagi dan perlu tidaknya melakukan tindakan. Tapi jika sebelum 6 bulan ada keluhan kapan pun bisa berkonsultasi. Sekali lagi saya tidak lupa meminta surat keterangan dokter untuk diserahkan ke managemen di pabrik. Selain surat dokter saya juga diberi resep obat, dan surat pengantar jika sewaktu-waktu ada keluhan dan membutuhkan konsultasi.

Kawan-kawan, begitulah cerita pengalaman saya berburu sehat, ada beberapa hal yang kemudian saya simpulkan dari proses ini:

  1. Sediakan foto copy KTP, BPJS Kesehatan, Surat Rujukan, minimal 15 lembar. Sedangkan surat yang lain difoto copy minimal 4 lembar. Ini untuk berjaga-jaga karena pihak RS beberapa kali meminta ini.
  2. Kita sendiri juga harus mempunyai (menyimpan data semua berkas) selain kita menyerahkan ke managemen. Agar kita mempunyai bukti, berkas apa saja yang sudah sampai di tangan managemen. Jika suatu saat dipertanyakan, maka kita bisa menyampaikan bukti itu.
  3. Menjadi peserta BPJS Kesehatan itu penting sekali bagi kita sebagai buruh. Jika belum punya, segeralah meminta perusahaan untuk mendaftrakan diri kita sebagai peserta. Hal ini penting sekali, karena sewaktu-waktu kita akan membutuhkannya. Tanpa BPJS Kesehatan, saya akan kesulitan biaya pengobatan tumor saya.
  4. Membangun komunikasi yang setara itu penting. Sebagai buruh saya sangat mengapresiasi kepercayaan diri saya dalam membangun komunikasi yang setara dengan atasan, managemen, maupun kepada suster dan dokter.
  5. Optimis dan positif thingking itu penting. Memang ada aturan atau prosedur untuk bisa melalui proses ini. Sebagian orang bisa bilang ini proses yang ribet, rumit, memakan waktu dan tenaga, dan lain-lain. Namun bagi saya, ini proses yang bisa saya lalui dengan baik.
  6. Jika kawan-kawan buruh belum berserikat, maka berserikatlah. Hal ini penting. Serikat adalah wadah bagi buruh untuk belajar dan berjuang. Di serikat kita akan belajar melatih kepercayaan diri kita, melatih bernegosiasi (berbicara) kepada atasan, belajar tentang hak-hak kita, belajar apapun bisa menjadikan diri kita maju, berpikiran terbuka, dan berkembang. Jangan takut.

Sebagai pesan saya kepada kawan-kawan saya, bahwa kesehatan adalah yang utama. Berusahalah untuk sehat, karena dengan sehat kita dapat melakukan aktivitas kita, dan perjuangan kita. Terima kasih J

 

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Cerita Harian Buruh Ibu

  Narasi Buruh Ibu Tahun 2021 adalah tahun penuh refleksi bagi saya pribadi. Situasi pandemi memaksa, setidaknya saya, untuk menatap layar HP yang menampilkan pointer,

Cerita Harian Pekerja

BERBURU SEHAT ITU TIDAK MUDAH, MENDERITA TUMOR PAYUDARA JUGA MENAKUTKAN, TAPI SAYA BISA MENGHADAPINYA .-bagian 1- (Lindah, sekretaris Pengurus Basis FSBPI PT Amos Indah Indonesia)

BERORGANISASI

Dulu, saya tidak suka berorganisasi, karena menurut saya berorganisasi tidak penting buat saya. Pada suatu hari, ada teman saya datang dan main ke rumah saya.