Jarum jam menunjukkan angka 21.00 ketika Ririn, Tika, Ajeng dan Kokom sampai di sekretariat FBLP. Belum juga menaruh tas yang setiap hari mereka bawa, aneka cerita mereka sampaikan dengan heboh penuh suka cita.
Usut punya usut, ternyata mereka sedang girang mengumpulkan data kekerasan berbasis gender di kalangan buruh – buruh KBN Cakung. Data tersebut, nantinya akan dikumpulkan dan dianalisa bersama Perempuan Mahardhika. Ririn misalnya, dia menyampaikan “Aku bicara datar, pelan-pelan, aku dapat data dech, tapi masa aku di bilang penipuan? trus ku bilang masa kamu ga percaya ama aku? ”
Disahut kemudian oleh Tika Bawel “Aku ya, sampai belajar ngomong sendiri di kontrakan, kadang ada kawan kos yang pura-pura kerja di PT A aku wawancara di kontrakan, supaya pas praktek aku tidak grogi mewawancara, coba kalau aku dapat responden PT aku sendiri pasti aku dapat banyak” hehehehe.
Lain lagi cerita Ajeng “Hadeuh Bu… ternyata tidak segampang yang kubayangkan, udah kutelpon habis pulsa banyak, ternyata pas mau di ajak ketemu dia bilang sibuk. What…kesel dech” sambil memeluk Bu Jumisih.
Di akhir mereka berkonsultasi dengan salah seorang kawan yang mendampingi proses pengumpulan data, Widi namanya. Kepada Widi, Kokom menceritakan “Aku udah dari pagi, ke Rorotan, ke Lontar, balik lagi ke KBN, ke sekre, seru dech hari ini, besok aku akan datang lagi ke sini” sambil mengakhiri diskusi di jam 22. 30.
Inilah sekelumit kisah buruh perempuan yang penuh semangat menggali data, untuk kepentingan perjuangan buruh perempuan ke depan. Salut dan bangga untuk buruh perempuan yang tidak tinggal diam.
Jakarta, 11 Agustus 2017
(GM)