Search
Close this search box.

BARISAN IBU MARSINAH

Panggung Ibu Buruh Marsinah di LBH Jakarta/ dok.kp fmk

Pernyataan Bersama Panggung Buruh Ibu Kita Marsinah

  • Buruh Ibu adalah orang yang mampu mengatur waktu untuk semua kerja. Kerja di rumah, kerja di pabrik atau kerja di masyarakat. Tapi untung kerja bukan untuk kami. Penguasa dan pemodal mengambil untung untuk setiap beban kerja kami, kerja kami di pabrik dan kerja kami di rumah.
  • Buruh Ibu, dengan segala daya menjaga kesehatan anaknya, menjaganya sejak dalam kandungan, melahirkan dan menyusui. Namun tiada jaminan kesehatan untuk Ibu, atau untuk anak-anak buruh Ibu.
  • Buruh Ibu, bertempur setiap hari dengan kondisi kerja yang tak ramah. Buruh Ibu hamil, dipaksa bekerja dengan jam kerja panjang, tanpa pengurangan beban kerja, tanpa fasilitas yang meringankan pekerjaannya.
  • Buruh Ibu, diputus kontrak, diberhentikan kerjanya ketika hamil. Dan tidak ada jaminan bagi buruh Ibu untuk bekerja kembali paska melahirkan.
  • Buruh Ibu hamil, karena beban kerja yang tinggi, target produksi yang tinggi, beresiko tinggi alami keguguran. Namun dengan keji hak cutinya tidak diberikan, ia hanya boleh istirahat 1 hari.
  • Buruh ibu sulit memerah ASI. Bayinya kehilangan hak ASI. Tidak ada Pojok ASI dan Laktasi
  • Buruh ibu, menekan perasaan, mengirimkan anaknya ke kampung halaman. Biaya hidup yang tinggi, buruh ibu tak mampu lagi membayar biaya pengasuhan bayi.
  • Buruh Ibu, dipaksa hidup cukup bersama keluarga dengan upah minim. PP 78, melegalkan dan memperparah situasi ini.
  • Buruh Ibu, dipaksa bekerja, menghasilkan baju berkualitas untuk pengusaha. Tapi ditangguhkan upahnya. Hasilnya, upah hanya cukup untuk makan ala kadarnya.
  • Kita, kami yang sekarang ada di sini, adalah barisan buruh Marsinah yang berani mengambil keberanian lebih untuk memulai bicara, bahwa kami punya hak untuk dimanusiakan. Kami bukan budak. Kami berani memberontak!
  • Kami lahir dan muncul dari berbagai himpitan kesulitan, himpitan ekonomi, dan himpitan patriarki
  • Kami, tidak mau diberi produksi dongeng. Kami tidak butuh nasehat dan petuah, kami butuh dimanusiakan.
  • Kami juga bukan barisan buruh Ibu yang hanya menjadi pengikut setiap keputusan, kami akan mengambil bagian aktif untuk perjuangan
  • Kami bukan barisan buruh Ibu yang penakut, oleh moncong senjata, gas air mata, water canon, maupun penjara.
  • Kami, Buruh – Ibu – Marsinah. Kami adalah bagian dari buruh, kami siap berjuang untuk perjuangan buruh. Kami adalah perempuan, dan akan berjuang untuk pembebasan perempuan. Kami, manusia yang akan berjuang untuk pembebasan manusia seutuhnya.

Buruh Ibu adalah kekuatan.

 

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Mewarisi Pemikiran Kartini, Berani Mengembangkan Gagasan Progresif 

Di balik dinding pingitan, Kartini mengembangkan gagasan yang berani dan progresif melampaui jamannya. Di tengah kultur sosial masyarakatnya yang kolot, mengecilkan makna gagasan dan pemikiran apalagi dari seorang perempuan, Kartini punya keberanian menggoreskan pena. Lalu apakah menggoreskan pena, jauh lebih tidak berani dari pertarungan gagah berani di medan perang? Medan perang pun butuh siasat dan strategi, sebuah pemikiran yang jitu untuk memenangkan pertarungan. Demikianlah, perjuangan dengan pena adalah sama tajam dan beraninya dengan aksi di medan perang.

Mengenal Problem Buruh Perempuan

Menjadi buruh perempuan artinya menghadapi persoalan berlapis yang sudah menua dari berabad- abad sebelumnya, yang juga bagian dari problem semua orang atau problem sosial. Hanya

Suara Buruh Edisi 18 September 2015

Suara Buruh Edisi 18 September 2015, memberitakan tentang Kemenangan buruh PT KMDI, Buruh produsen HP Advan masih mogok dan Buruh perempuan juga roda ekonomi. Selamat

Kabar May Day dari Berlin

Mulai Dari Keberagaman Hingga Keikutsertaan Anak Oleh: Muthmainnah (Mahasiswa Bidang Labour Policies and Globalization di Berlin School of Economics and Law) Izinkanlah dalam tulisan ini,