Search
Close this search box.

Pakistan: Dari Penjara, Baba Jan (Partai Buruh Awami) Bertarung di Pemilihan Umum 

Senin, 25 Mei 2015

Oleh Farooq Tariq

Dari Green Left Weekly Australia

https://www.greenleft.org.au/node/59100

Pada tanggal 18 Mei, Baba Jan diumumkan sebagai calon resmi Partai Buruh Awami (Awami Workers Party (AWP)) oleh Pejabat Penyelenggara Pemilihan Umum (returning officer) 1)  Majelis Legislatif Gilgit-Baltistan (Gilgit-Baltistan Legislative Assembly) wilayah Hunza 6. Baba Jan sedang di penjara, menjalani hukuman seumur hidup.

Baru kali inilah, untuk pertama kalinya dalam sejarah lembah Hunza, seorang aktifis politik akan bertarung dalam pemilihan umum dari dalam penjara.

Gilgit-Baltistan adalah sebuah wilayah di Himalaya yang secara administratif dikendalikan oleh Pakistan 2).

Pemerintah Gilgit-Baltistan mengadakan pemilihan umum pada tanggal 8 Juni.  Baba Jan mencalonkan diri di daerah pemilihan kampung-halamannya, Hunza 6, dan secara mengejutkan berkas-pencalonannya diterima oleh Komisi Pemilihan.  Keputusan ini secara luas disanjung Masyarakat, dan manisan dibagikan oleh kaum muda di banyak tempat.

Baba Jan adalah seorang anggota komite federal AWP.  Dia juga merupakan organisator utama Front Pemuda Progresif (Progressive Youth Front (PYF)).

Baba Jan dan kelompoknya memboikot pemilihan-pemilihan umum paling akhir di tahun 2009. Partai Rakyat Pakistan (Pakistan People’s Party) memenangkan pemilihan umum itu namun kehilangan sebagian besar kredibilitasnya selama lima tahun kekuasaannya.

Kini ada 11 orang calon yang memperebutkan suara pemilih.  Di dalamnya termasuk calon dari tiga partai utama Pakistan – partai yang sedang berkuasa yaitu Partai Liga Nawaz Muslim Pakistan (Pakistan Muslim League Nawaz), Partai Rakyat Pakistan dinasti Bhutto, dan Partai Tehreek Insaaf Pakistan yang dipimpin oleh Imran Khan sang bekas olahragawan “cricket” – dan partai politik kaum Syiah yaitu Majlis Wahdat Ul Muslimeen.

Sikap para petugas penjara terhadap Baba Jan telah berubah untuk saat ini; sekarang dia diperlakukan sebagai orang penting.

Di penjara Gilgit, Baba Jan adalah satu dari empat aktifis perubahan-iklim yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.  Yang lainnya adalah Shakrullah Baig, Iftikhar Hussain dan Mahar Ali. Mereka dijerat dengan undang-undang anti teroris, meskipun tak seorang pun dari mereka tercatat pernah melakukan atau pun menganjurkan terorisme.

Mereka masing-masing dijatuhi dua kali hukuman penjara seumur hidup.  Akan tetapi Pengadilan Banding (Mahkamah Tertinggi) Gilgit-Baltistan menyatakan mereka tidak bersalah dalam satu kasus, yang, oleh sebuah sidang pengadilan anti-teroris sebelumnya, dijadikan dasar untuk menjatuhkan satu kali hukuman penjara seumur hidup. Berdasarkan keputusan Pengadilan Banding tersebut, enam aktifis lain yang ditangkap bersama mereka pun dilepaskan dari tahanan.

Baba Jan ditangkap di tahun 2011 dan disekap dalam penjara selama hampir dua tahun, sebelum dia dibebaskan dengan jaminan pada tanggal 27 Juni 2013, menyusuli sebuah kampanye besar-besaran di tingkat nasional maupun internasional. Dia ditangkap lagi ketika sebuah pengadilan anti-teroris menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepadanya di bulan September tahun lalu.

Baba Jan bukan seorang teroris. Dia semata-mata seorang aktifis sosial bermotivasi kuat yang punya keberanian berbicara keras membela masyarakatnya. Untuk ini, dia bersama rekan-rekan sejawatnya dipenjara dan disiksa oleh aparat penguasa Pakistan.

Sebuah bencana tanah longsor yang dahsyat menimpa Attabad pada tanggal 4 Januari 2010, membunuh 19 orang dan membendung sungai Hunza sedemikian parahnya sehingga terbentuk sebuah danau buatan sepanjang 23 kilometer. Tiga desa di Gojal, Gilgit Utara, menjadi terbenam dan ini menyebabkan ribuan orang dan keluarga kehilangan tempat-tinggalnya. Danau itu juga mengganggu komunikasi dan perdagangan antara Cina dan Pakistan. Baba Jan ada di garis depan perjuangan mendapatkan kompensasi dan kehidupan baru bagi orang-orang malang tersebut.

Beberapa demonstrasi massa di seluruh lembah tersebut menuntut kompensasi yang layak bagi semua yang dirugikan bencana itu.  Pemerintah Gilgit-Baltistan telah setuju membayar sekitar 500.000 rupee ($ 5,000) kepada setiap keluarga.

Akan tetapi, nyatanya pemerintah tidak membayar kompensasi kepada semua yang terkena dampak bencana dan rakyat pun menyampaikan protes saat Menteri Utama sedang mengunjungi daerah tersebut. Polisi melepaskan tembakan dan membunuh seorang bapak dan anaknya.

Timbullah kemarahan massa terhadap pembunuhan oleh polisi tersebut.  Selama empat hari, rakyat Hunza menduduki kota Ali Abad sebagai protes.  Baba Jan adalah pemimpin utama aksi massa tanpa kekerasan ini. Tuntutan pokok massa adalah agar para perwira polisi yang bertanggung-jawab atas pembunuhan-pembunuhan tersebut diajukan ke sidang pengadilan.

Akhirnya, sebuah dokumen-palsu polisi tentang proses-perkara tersebut diperlihatkan kepada para demonstran dan rakyat pun kembali ke tempat tinggal masing-masing. Demonstrasi ini adalah aksi massa yang tak pernah terjadi sebelumnya, namun para pemimpinnya dibuat membayar harga yang mahal setelahnya.

Baba Jan dan 100 orang lainnya ditangkap dengan tuduhan merusak sebuah pos polisi dan membakar sebuah kantor pemerintah. Dia didakwa melakukan tindakan makar dan mengalami penyiksaan berat selama tiga hari. Polisi menarik dakwaan terhadap semua kecuali terhadap Baba Jan dan 11 orang lainnya yang menolak berdamai dengan pemerintah.

Terjadilah protes-protes keras di seluruh Pakistan dan Gilgit-Baltistan menentang penahanan-penahanan tersebut dan kasus ini menjadi terkenal.

Komite Senat Untuk Hak-Hak Asasi Manusia (The Senate Committee on Human Rights) meminta Sekretaris Utama (chief secretary) Gilgit-Baltistan untuk menjelaskan mengapa si pemimpin kaum muda itu disiksa dan disekap di penjara.

Partai-partai progresif, mahasiswa dan organisasi-organisasi pemuda, begitu pula badan-badan Hak Asasi Manusia, termasuk Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan, berkampanye bagi pelepasan sang aktifis 32 tahun tersebut yang telah menjadi lambang perjuangan di Gilgit-Baltistan.

Di mana-mana diadakan apel-apel massa, dan surat-surat protes dilayangkan kepada kedutaan-besar Pakistan di beberapa negara termasuk Indonesia, Perancis, Jerman, Inggris, Swiss dan Australia.

Cendekiawan-cendekiawan terkemuka seperti Noam Chomsky dan Tariq Ali juga mendukung kampanye tersebut dengan menandatangani sebuah petisi.

Di Gilgit-Baltistan, kaum muda menganggap Baba Jan “Che Guevara” mereka.

Meskipun di penjara, Baba Jan keras menentang pendudukan-paksa 5.800 kilometer-persegi wilayah Gilgit-Baltistan oleh Cina dan aneksasi Pakistan terhadap wilayah Kohistan dan Chitral. Kohistan telah diintegrasikan ke dalam Provinsi Khyber Pakhtunkhwa (oleh Pakistan) meskipun secara historis wilayah itu merupakah bagian wilayah Gilgit-Baltistan.

“Rakyat telah terus-terusan diperbudak di sini.  Untuk memperkuat cengkeraman perbudakan itu,  kekuatan-kekuatan luar dan pemerintah lokal telah menanamkan ketakutan.  Pemerintah sedang menggertak rakyat dan lembaga-lembaga HAM dengan mendirikan sebuah sistem-boneka di sini”,  kata Baba Jan sebelum masuk penjara.

Negara Pakistan telah menciptakan sebuah perpecahan-sektarian-agamis yang rentan bentrokan antara Sunni dan Syiah  di Gilgit-Baltistan.  Baba Jan adalah penentang keras ekstremisme dan sektarianisme agama.

Salah satu kampanye utama Baba Jan selama di penjara adalah untuk mempersatukan para tahanan Syiah dan Sunni. Karena kompaknya protes para tahanan, penguasa penjara terpaksa memberikan susu, roti dan daging segar kepada semua tahanan dan para dokter mulai mengunjungi rumah-sakit-penjara yang semula mereka telantarkan.

Meskipun demikian, Baba Jan harus membayar mahal upayanya mempersatukan para tahanan melintasi batas agama – sebuah tuntutan-hukum diajukan terhadapnya, dengan dakwaan bahwa dia menghasut para tahanan. Pasal-pasal anti-teroris dimasukkan ke dalam berkas tuntutan polisi.

Meskipun begitu, jika dia memenangkan kursi, akan ada tekanan kuat dari rakyat untuk membebaskannya beserta kawan-kawannya.

Baba Jan telah menjadi calon yang paling popular di media sosial di lembah Gilgit. Diterimanya berkas pencalonan dirinya telah memantik antusiasme besar di kalangan kaum muda. Beberapa komite pemuda telah dibentuk oleh orang-orang muda yang bahkan bukan anggota AWP atau pun PYF.

Para pemimpin AWP berencana mengunjungi lembah tersebut untuk berbicara dalam pertemuan-pertemuan publik kampanye Baba Jan.  Jika dia memenangkan kursi, ini akan menghasilkan kebangkitan sebuah gerakan kiri baru di lembah itu, yang terhubung dengan perjuangan massa.—

 

Catatan penterjemah :

1)       Dalam artikel-asli, si Penulis, yaitu Farooq Tariq, menggunakan istilah “returning officer“. Istilah ini masih dipakai di Inggris, Kanada, Selandia Baru, Australia dan beberapa negara bekas jajahan Inggris, sebagai julukan bagi pejabat tiap-tiap daerah pemilihan umum, yang melaksanakan pemilihan dan mengumumkan hasilnya.

2)     Walaupun secara administratif dikendalikan oleh Pakistan sejak Perang India-Pakistan tahun 1947-1947, Gilgit-Baltistan tak pernah secara resmi menjadi bagian negara Pakistan dan tak berpartisipasi dalam urusan-urusan politik konstitusional Pakistan.  Pada tanggal 29 Agustus 2009, kabinet Pakistan meloloskan “Gilgit-Baltistan Empowerment and Self-Governance Order 2009” (Ketetapan 2009 tentang Pemberdayaan dan Pemerintahan-Sendiri Gilgit-Baltistan) yang kemudian ditanda-tangani presiden Pakistan saat itu, Asif Ali Zardari. Ketetapan itu memberikan hak menentukan nasib sendiri kepada Rakyat Gilgit-Baltistan, dengan menciptakan, antara lain, Majelis Legislatif Gilgit-Baltistan (Gilgit-Baltistan Legislative Assembly) dan Dewan Gilgit-Baltistan (Gilgit-Baltistan Council). Dengan demikian Gilgit-Baltistan secara de-facto memperoleh status semacam provinsi, meskipun secara konstitusional tidak merupakan bagian negara Pakistan.

 

Diterjemahkan oleh Nemo Nobo.

 

 

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Ada Daycare di Pelatihan Buruh Perempuan

Oleh: Dian Septi Trisnanti (Ketua Umum Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia/FSBPI) Ada yang berbeda dari sebuah pelatihan yang diselenggarakan teman – teman Relawan Posko Pembelaan

PERUNDINGAN PKB

PERUNDINGAN P K B Perundingan adalah proses dimana dua pihak atau lebih bertemu dan mengadakan tawar menawar untuk mencapai suatu kesepakatan. Kadang perundinga dilakukan karena

Seruan Mogok Awak Mobil Tanki Pertamina

Seruan   kepada seluruh Awak Mobil Tanki Pertamina yang ada di seluruh depot-depot Indonesia dan juga kepada seluruh gerakan rakyat : Kepada seluruh kawan-kawan AMT di

Marsinah

Perempuan desa, usia belia, mengadu nasib ke kota, ke Rungkut, lalu ke Porong Sidoarjo. Perempuan muda yang penuh semangat untuk memperbaiki kondisi ekonomi, karena desa