Search
Close this search box.

TOLONG

Tolong

 

Biasanya aku datang sebulan sekali

Tapi kadang telat

Kadang sebulan dua kali

Kadang gakjelas

Kalian pasti kenal siapa aku

 

Nama panggilanku Upah

Beda orang bisa beda menyebutku

 

Bagi penguasa:

Aku disanjung sebagai penggerak ekonomi

Tapi juga dikutuk

Dianggap penghamba tinvestasi

 

Bagi pengusaha:

Aku disanjung jadi penambah untung

Ketika dipakai belanja merk mereka

Tapi aku juga dikutuk

Tak boleh lebih dari sekedar pelicin laba

 

NamakuUpah

Terkekang dalam ragam kutukan

Di antara pekerja dan keluarganya

Agar keringat terus menetes

HIngga besar laba pengusaha

Hingga gaji dan korupsi penguasa terbang tinggi

 

Sssstt !!

Lalu siapa aku bagi pekerja?

Lalu bagaimana pekerja garmen menganggapku?

Mereka bahkan tak boleh melihatku tumbuh

Besarku sama selalu

Bagi nenek dan cucu di pabrik yang sama

 

Di garmen, banyak perintah ada padaku

Tidak boleh dekat buruh hamil

Tidak boleh kenal buruh PHK

Tidak boleh urus keluarga buruh

Harus jauh di belakang jam kerja

Harus lebih kecil dibanding negeri lain

Harus siap mengecil karena padat karya

 

Tolong..tolong..

Para buruh tolonglah aku..

 

Upah ingin bebas dari kutukan

Upah mau menjawab semua kebutuhan

Dengan gandeng tangan kalian

Dalam derap barisan kalian

 

Tipar

September 2017

 

 

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

DIALOG KP-KPBI : MENDENGARKAN SUARA ANGGOTA

Rapat Akbar Karawang/foto:Mulyadi -FBTPI Oleh Kholidi dan tim liputan Marsinah FM  Ada satu konsep berbeda yang ditemui dalam rapat akbar di Karawang pada Minggu (20/9)

Manipulasi atau Insanity Defense? Mengurai Kontroversi Penembakan Polisi di Solok Selatan

Maidina Rahmawati dari Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) menegaskan bahwa penerapan insanity defense membutuhkan pembuktian yang sangat ketat. Menurutnya, seseorang hanya dapat dianggap tidak bertanggung jawab secara hukum jika benar-benar tidak mampu memahami atau mengendalikan tindakannya akibat gangguan mental berat. “Klaim ini harus didasarkan pada evaluasi objektif dan mendalam agar tidak menjadi celah manipulasi hukum,” ujar Maidina

Terimakasih Ibu – Ibu Dialita

Malam musikal Ibu – ibu Dialita memberi beberapa hal yang ingin ku bagi kepada kawan-kawan pada Rabu 13 Desember 2017 lalu di Graha Bhakti Budaya

MARSINAH

Buruh perempuan, tonggak demokrasi, pejuang upah, lambang solidaritas buruh, korban kekerasan seksual, korban militer ORBA, rakyat biasa yang luar biasa, kasusnya buntu, hilang, dibunuh dan

Lebaran Ini Yuli Tak Bisa Pulang

Di antara teman- temannya, Yuli termasuk dari sedikit buruh yang berani menolak pungli. Sementara, teman – teman lain memilih membayar pungli dengan harapan kontraknya diperpanjang. Status kerja kontrak, borongan atau harian lepas menjadi alasan kuat bagi teman- temannya untuk mau saja membayar sejumlah uang kepada para atasan. Termasuk, saat bulan lebaran seperti sekarang ini. Setiap hari raya Idul Fitri, para buruh berbondong – bondong membayar pungli, atau membelikan bingkisan pada para atasan.