gambar diambil dari http://stefanikristina.blogspot.co.id/2017/05/tionghoa-aku-indonesia.html
“Ci tolong ambil kan air untuk bapakmu, ibu sedang masak” teriak ibu ku dari dapur
“iya bu sebentar “
“Cici” adalah nama panggilan untuk perempuan (dalam bahasa Tionghoa), nama asliku Liany aprilia, aku keturunan Tionghoa. Bapak dan ibuku berasal dari Riau, aku lahir di bekasi 15 januari 1987 dan aku memiliki satu adik laki-laki, selisih usia kami 5 tahun. Kami sekeluarga bermata sipit, berkulit putih, berrambut lurus, bibir tipis, berhidung pesek layaknya rata-rata keturunan Tionghoa Indonesia. Kami sekeluarga tinggal di rumah kecil daerah Bekasi, maklum kami salah satu keluarga miskin. Bapakku dahulu bekerja di pemasangan emas d isebuah pabrik kecil di daerah Kalimantan, tepatnya kami tinggal dekat stasiun Bekasi yang dihuni oleh Bapak, Ibu, aku dan adikku. Lingkungan kecil daerah ku dihuni oleh keluarga keturunan Tionghoa walaupun pada lingkup RT mayoritas penduduk asli Bekasi.
Aku belajar di sebuah sekolah dasar umum di Bekasi, aku duduk di kelas 4, dalam satu kelas terdiri dari 40 murid yang terdiri dari 20 perempuan dan 20 laki-laki , dalam ruangan kelasku terdapat 21 meja serta 41 kursi , 5 baris terdiri dari 4 staf dan aku duduk di meja paling depan sebelah kiri yang mejaku berhadapan langsung dengan meja guru. Teman semejaku bernama Harum, dia orang asli Bekasi dia menggunakan jilbab panjang berkulit kuning langsat, usianya sebaya denganku. Waktu itu usiaku 11 tahun, orangnya sangat ramah, sama seperti keluarganya, bahkan tidak jarang aku sering main ke rumahnya. Dia sahabat terbaik yang pernah kutemui sampai saat ini, salah satu hal yang sangat kusukai darinya adalah toleransi umat beragamanya yang tidak kurasakan dari teman-teman satu kelasku yang lain. Pernah suatu hari aku beserta keluarga diundang kerumahnya untuk makan malam bersama di saat perayaan Idhul Fitri. Disana ku lihat keluargaku bercengkrama sangat hangat dengan keluarga Harum. Walaupun kami berbeda Suku, Agama dan Ras dan semua terlihat sangat menyenangkan. Aku pun memiliki teman yang sangat menyebalkan di kelas ku, Dani namanya. Dia salah satu pentolan di kelasku, semua siswa (laki-laki) takut padanya, berperawakan besar, berkulit hitam, berambut kriting, tingginya sekitar 165 cm. Dia duduk persis di belakang ku, menurutku semua ide kenakalan yang dilakukan oleh siswa di kelasku berasal dari dia.
Di sekolah, aku selalu menjadi target utama kenakalan Dani dan kawan kawan. Dari mulai masuk sekolah. Contohnya mereka pernah meletakkan kaca kecil ukuran 30 cm x 5 cm di bawah pintu masuk kelas dan mereka berdiri di pinggir pintu masuk, ketika aku masuk melangkahkan kaki ke ruang kelas mereka bersorak sambil tertawa puas
“hahahaha Liany merah merah.. merah merah”.
Dengan raut wajah bingung aku mengerutkan dahiku “apaan sih kalian”, sambil kebingungan nggak paham dengan apa yang mereka tertawakan. Pernah juga ketika aku diperintahkan mengerjakan sebuah tugas oleh guruku di papan tulis “Saya sedang stres”. Salah satu teman kelasku berteriak dari belakang
“huhuhu china banteng “
Sorak soray dari kawan sekelasku, aku menoleh ke arah teman-teman sekelasku,
“Ada apa teman-teman” kataku dengan raut wajah bingung.
Bu guru datang menghampiri lalu mengambil kertas yang tertempel dibelakang baju sekolah , “siapa yang menulis ini “ tanyanya.
Semua terdiam, (china banteng adalah sebutan untuk orang keturunan china yang ekonominya miskin). Raut wajahku memerah sangat malu, aku kembali duduk di bangku sambil menunduk dan kedua tangan kulipat diatas meja dengan rasa malu.
Harum mengelus punggungku “Sabar ya Lian”.
Hanya Harum yang memberiku support dan semangat. Ketika jam istirahat, para siswa siswi mengantri untuk membeli makanan. Saat itu kuperhatikan ada beberapa siswa yang meletakkan rautan kecil yang ada kacanya dibagian atas sepatunya mereka ikut antri di belakang siswi yang sedang membeli jajanan aku perhatikan kaki siswa yang ada rautannya diletakkan persis di tengah-tengah kaki siswi itu sambil menepuk pundak siswi, dia berkata “pakai putih ya hahahahahaah” teman-temannya pun ikut tertawa.
Di sekolahku kebanyakan siswi menggunakan rok 2 jari di bawah lutut. Aku jadi paham kenapa waktu masuk sekolah aku diketawakan, hmmm aku jadi sangat malu ternyata pelecehan seksual telah dialami oleh para perempuan di saat sekolah dasar, walaupun pernah ada yang mengadukan ke guru BP, tapi kurang mendapatkan tanggapan yang tegas. Mereka menganggap itu hanya kenakalan biasa. Seminggu sekali ada pelajaran agama di sekolah dan jam pelajarannya 4 jam, setiap kali pelajaran agama aku beserta teman-temanku yang non muslim keluar dari kelas tapi tidak boleh ke kantin. Kami hanya duduk duduk di taman sekolah. Aku bertanya dalam hati kecilku, kenapa di sekolah umum hanya ada satu pelajaran agama? Bukankah negara indonesia mengakui 5 agama? Dan apakah ini yang dikatakan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia? Aku masih bertanya-tanya.
Tepatnya 20 Desember 1998 aku duduk dikelas 5 SD. Saat itu terjadi penjarahan dimana mana, beberapa toko material bahan bangunan, toko sepeda, sepatu, dll, yang dimiliki oleh orang Tionghoa habis dijarah oleh massa, ada toko besar dekat rumahku pada saat itu tutup dan di depan toko tersebut terdapat tulisan ” MILIK PRIBUMI H. MANSYUR”.
Aku pun bertanya kepada ibu “Kenapa toko tidak dijarah oleh massa bu?”.
Pada saat itu ibu hanya menjawab “itu milik pribumi nak”.
“Owh gitu ya bu kalo pribumi gak dijarah”, jawab ku dengan polosnya.
Mini market serta super mall besar pun menjadi korban penjarahan, massa berbondong-bondong mengambil apa yang ada di super mall itu dari mulai peralatan rumah tangga, baju, celana, sepatu, serta barang-barang elektronik mereka bawa pulang. Bibiku menjadi korban tragedi di mall Roxy. Bibiku bekerja sebagai penjaga toko di Roxy, dia menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Tragedi kemanusiaan yang saat itu banyak sekali warga Tionghoa yang sangat ketakutan bahkan ada beberapa dari warga Tionghoa mengalami trauma sehingga mengalami stres. Sangat menyedihkan tragedi kemanusiaan tersebut, sehingga menimbulkan luka yang mendalam dan sulit untuk dilupakan khususnya bagi warga Tionghoa.
Pelecehan seksual terhadap kaum perempuan sudah ada dari mulai sekolah dasar sampai dengan sekolah tinggi, maupun di pabrik. Oleh karena itu peran serta pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk melindungi kaum perempuan. Aku percaya tidak ada satupun agama yang mengajarkan untuk membenci satu sama lain, Tuhan menciptakan perbedaan untuk saling melengkapi arti dari sebuah kehidupan. Dan aku meyakini bahwa ada sistem di balik ini semua yang ingin selalu memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat indonesia dengan mengatas nama kan SUKU, AGAMA, RAS, ADAT. Aku adalah bagian dari rakyat indonesia yang mau bersama sama dengan kalian dan saling menghormati satu sama lain demi membangun bangsa Indonesia yang lebih baik.
Aku juga Indonesia.
5 Desember 2017
YNR