Sedikit cerita ya? Saya tadinya buruh pabrik yang terletak di KBN yang ada di Jakarta Utara. Saya bekerja dari pabrik ke pabrik. Awal saya bisa ikut serikat di pabrik karena diajak teman dengan modal keberanian dan ingin berjuang untuk orang banyak. Nama teman berserikat itu, Indah, ia berkata dengan berserikat kita bisa banyak teman, dan ada yang membantu kita kalau ada masalah dan hari itu juga saya mau ikut serikat. Awalnya sih ikut-ikutan dan saya langsung di beri tugas sebagai PJ Line Alhamdulillah saya bisa mengumpulkan 1 line, sampai bisa meranggkul 13 line di dalam. Karenanya, saya ditunjuk sebagai pengurus di satu Pabrik. Saat itu saya sangat kaget, dengan modal keberanian, tulus dan ikhlas saya jalani. Walaupun sebenarnya saya juga berat, tapi apa boleh buat, akhirnya saya jalani juga. Ternyata beban sangat berat karena lawannya pengusaha.
Sebagai pengurus, saya suka dikirim aksi untuk membawa anggota turun di lapangan. Suatu hari, saya turun aksi di KBN, saya lupa tahunnya, saya ketemu pasukan merah yang dipimpin Ibu Jumisih. Saya sangat penasaran, sampai kegiatan di gedung Wahana, samping Polsek di wilayah Bulog KBN pun saya ikutin dan pernah ulang tahun FBLP saya ikut, karena saya suka dengan gaya keberanian pasukan merah, apalagi semuanya perempun. Aku ingin bergabung, tapi saat itu saya masih menjadi pengurus serikat lain di satu pabrik yang harus kuselamatkan dan akhirnya saya ditawarkan untuk mengundurkan dari pabrik tersebut dengan penawaran cek, namun tetap saya tolak walaupun saya orang tidak punya. Akhirnya pada suatu hari dicarilah kesalahan supaya saya tidak betah. Akhirnya saya memimpin demonstrasi untuk berjuang hak dan tuntutan lainnya. Akhirnya terjadi PHK Sepihak.
Dan setelah itu saya melamar ke tempat yang lain yang ada di KBN. Saya bekerja sampai 2 tahun 5 bulan. Di PT, terjadi banyak pelanggaran, gaji ditunda dan lemburan tidak dibayarkan. Diajaklah saya ikut serikat sama teman, lain line. Karena saya sudah kapok sebenarnya untuk ikut serikat, saya menolak, tapi teman saya itu ngomong kalau kita tidak ikut berserikat tidak akan ada yang mengurus gaji, serta lemburan kita. Akhirnya saya bertanya serikatnya apa, katanya sih FBLP yang bajunya merah . Teringatlah kalau saya dari dulu ingin ikut serikat itu, tapi saya tidak ngomong sama temanku itu. Akhirnya, saya berpikir untuk gabung di FBLP. Saat hatiku terbuka untuk masuk ke FBLP, eh Bosnya Minggat / kabur. Dan akhirnya FBLP yang menangani kasusnya. Disitulah, saya mulai aktif dan merasakan rasa kekeluargaan, pertemanan yang kuat, kekeh memperjuangkan kita, makan bareng, tidur bareng sama teman-teman, tidak pandang bulu, baik itu Ketua Umum, maupun Sekjen mau turun ke lapangan. Hal semacam itu, saya tidak dapatkan di serikat lain. FBLP banyak mengajarkan baik buruknya semuanya kita rangkul. Banyak saya dapatkan dari FBLP mulai dari pendidikan sampai dipercaya untuk turun menggorganisir di lapangan, menjadi Koordinator Posko, Koordinator Bambu 1, sebagai penyiar di Radio Marsinah FM.
Sebagai penyiar Marsinah FM saya juga salut karena mendapatkan pelatihannya yaitu Jurnalistik. Sebuah pelatihan yang baru beberapa minggu lalu kami berangkat beramai-ramai ke Bogor naik kereta dengan penuh kebersamaan. Di situlah pengalaman terindah lagi yang kesekian kalinya saya dapatkan dari FBLP maupun dari Marsinah FM. Berkumpul bersama teman, curhat-curhatan, makan bersama, sedih dan tertawa bercampur- campur, rasa komplit pada saat kita kumpul pada pelatihan Jurnalistik. Terimah kasih FBLP dan Marsinah FM semoga meluas, sukses selalu. Amin
Ditulis oleh Sultinah