Sebagai tukang kacamata, sehari-hari saya membantu orang lain untuk melihat dengan lebih terang. Saya punya harapan yang sama dengan film ini. Saya berharap bahwa saya juga membantu banyak orang melihat dengan lebih terang apa yang sebenarnya terjadi dalam sejarah buram kita yang selama ini dipalsukan atau setidaknya disembunyikan. Kami, keluarga korban, bukanlah orang jahat. Kami bukan hantu bahaya laten komunisme yang perlu ditakuti. Kami bukan hama yang perlu diberantas.
Saya memutuskan ikut dalam pembuatan film bersama Joshua dan awak film Indonesia ini karena saya merasa film ini banyak gunanya, bukan hanya bagi keluarga saya sendiri, tetapi juga, harapannya, bagi banyak keluarga korban yang lain di Indonesia. Mungkin juga ada manfaatnya bagi orang di luar Indonesia.
Saya mau direkam dalam film ini karena saya pikir rekaman gambar dan suara akan lebih sulit berbohong daripada tulisan. Saya tidak mungkin berbicara dengan penonton satu per satu, tapi rekaman gambar dan suara saya bisa mendatangi mereka di mana pun mereka berada. Bahkan mungkin, sesudah saya lama tiada.
Saya tahu risiko yang mungkin saya hadapi, dan saya telah memikirkannya. Ini semua saya lakukan bukan karena saya seorang pemberani, melainkan karena saya merasa sudah terlampau lama hidup dalam rasa takut. Saya tidak ingin anak saya, dan cucu saya nantinya, hidup dalam rasa takut yang sama.
Tidak seperti para pelaku, kami tidak minta kakak, ayah, ibu, saudara-saudara kami, para korban, dijadikan pahlawan, walaupun sebagian dari mereka pantas untuk itu. Kami hanya ingin berhenti dianggap sebagai orang jahat dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Kami ingin berhenti dianggap sebagai kelompok yang hina dan khianat. Kami tidak pernah melakukan kesalahan yang pantas dihukum dengan cara keji seperti apa yang terjadi pada tahun 1965.
Kami pun tidak datang dengan dendam. Kami datang untuk mendengar mereka, agar mereka menatap mata kami, dan meminta maaf dengan tulus. Apakah pelaku mau mengakui kesalahan mereka, itu terserah mereka. Para pelaku punya pilihan untuk mengakui kesalahan dan minta maaf, atau mereka mau terus menambah nyaring kebohongan mereka. Yang pasti, jika mereka memilih yang terakhir, kita semua, sebagai satu bangsa yang tinggal di tanah air yang sama, akan sukar hidup bertetangga dengan baik dan harmonis.
Lewat film Senyap, kami hanya ingin memberi tahu bahwa kami tahu apa yang mereka lakukan. Kami tahu apa yang sesungguhnya terjadi di balik kebohongan mereka. Cepat atau lambat, tapi pasti, kebohongan akan terungkap.
Kami akan terus bicara.
Adi Rukun