22 tahun mengarungi mahligai rumah tangga, Melati hanya mengecap manisnya hidup bersama di 5 tahun pertama. Ketika ujian datang dengan buruknya kondisi ekonomi, suami berubah sikap. Sikap kasar, pukulan, tamparan mulai akrab diterima Melati, dan ironisnya dilakukan di depan mata anak-anaknya. Melahirkan trauma yang membekas sepanjang hayat.
Hari itu, Rabu, 2 September 2020, Melati mengadu ke Posko Pembelaan Buruh Perempuan KBN Cakung. Ia memutuskan bercerai, namun sang suami menolak sehingga proses persidangan menjadi berbelit. Melati mengeluhkan sikap suami yang kasar semenjak kondisi ekonomi keluarga memburuk. Padahal, Melati juga ikut mencari nafkah demi membantu kebutuhan keluarga. Pun, ia tak pernah mengeluh dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan.
Tak cukup dengan ucapan kasar, tamparan dan pukulan. Melati kerap dipaksa berhubungan intim meski sedang berhalangan. Perkosaan di dalam rumah tangga itu membuat Melati semakin merasa hilang martabat dan harga diri. Tak hanya kondisi fisik, terutama kesehatan reproduksi Melati yang terluka, namun ada luka lain yang lebih sulit tersembuhkan, yaitu luka batin.
22 tahun Melati bertahan demi nama baik keluarga dan masa depan anak. Akhirnya, Melati menyadari kebahagiaannya adalah utama dan tentu berpengaruh bagi perkembangan anak-anaknya. Dengan dukungan anak, akhirnya Melati memutuskan bercerai meski tak sedikit aral melintang.
Melati, bukan satu-satunya korban KDRT. Banyak kaum perempuan menjadi korban praktek budaya kekerasan pada perempuan. Keberanian Melati melawan kekerasan patut diapresiasi.
Kehadiran Posko Pembelaan Buruh Perempuan adalah untuk memberikan dampingan, dukungan kepada korban seperti Melati. Mendukung supaya berani berposisi dan merebut haknya. Menjadi penyintas, di tengah kondisi yang tidak ramah pada korban.
Akhirnya, melalui beberapa proses di pengadilan dan bukti-bukti yang ada, gugatan cerai Melati terhadap suami dikabulkan oleh hakim.
Untuk kawan-kawan perempuan di luar sana yang masih bergelut dengan luka. Lukamu, luka kami juga. Tak ada kata terlambat untuk mulai melawan. Datanglah, kami, relawan Posko Pembelaan Buruh Perempuan siap selalu menemani.
Oleh: Yati
Ilustrasi oleh: Wahyu Aji Purwoko