Search
Close this search box.

Kronologi Pembubaran Pemutaran FIlm Senyap di Malang

Berikut ini adalah kronologi pembubaran acara nobar di Warung Kelir, Malang,  10 Desember 2014

  • Jam 13.00 siang, ada beberapa aparat dari Kodim datang menemui panitia nobar di Kelir untuk meminta agar acara yang akan berlangsung jam 18.30 nanti dihentikan dengan alasan acara tersebut tidak mengantongi ijin dari aparat. Saat itu panitia ditemani oleh rekan-rekan wartawan dari berbagai media yang sebelumnya sudah dikontak oleh pihak Warung Kelir sebagai antisipasi karena malam sebelumnya pihak Kodim sudah mendatangi Warung Kelir, namun gagal menemui panitia. Berkat kerjasama yang apik antara Warung Kelir dan wartawan itu, akhirnya pihak Kodim mengijinkan acara berlangsung namun dengan catatan mereka tidak bertanggung jawab jika terjadi apa-apa nanti.
  • Sekitar jam 16.00 sore, ada kabar tentang rencana pembubaran acara oleh Satpol PP dan warga. Jam 19.00 malam acara dimulai. Diawali dengan musik akustik dari adik-adik mahasiswa UIN. Aparat dan warga berdatangan mulai dari ketua RT, RW dan pak lurah Klojen. Mereka ditemui oleh pihak menejemen Kelir. Akhirnya panitia dipanggil untuk ditanyai seputaran ijin nobar. Pihak panitia mengaku tidak mengantongi ijin karena acara ini tidak jauh berbeda dengan acara-acara lain yang biasa diadakan di Warung Kelir. Mereka menyatakan keberatan atas deretan kendaraan yang diparkir dan banyaknya pengunjung. Panitia bersikeras tetap melanjutkan nobar di bawah ancaman pak lurah yang menyatakan jika terjadi amuk warga maka panitialah yang bertanggung jawab. KTP ketua panitia ditahan oleh beliau. Tak lama kemudian, lampu dipadamkan dan film ditayangkan. Oknum bersorban datang dan langsung ditemui oleh panitia yang baru selesai berbicara dengan perangkat warga. Pak Haris, nama oknum bersorban itu, bertanya tentang isi film dan maksud diadakannya nobar. Beliau mengaku dari NU yang bapaknya sempat disiksa oleh PKI. Beliau menanyakan apakah di film tersebut ditayangkan pembunuhan para kyai dan santri? Jika tidak, maka film tersebut tidak boleh ditayangkan. Panitia berusaha menjelaskan bahwa tidak ada adegan pembunuhan, bahwa film ini bercerita tentang rekonsiliasi antara keluarga korban dan pelaku. Ternyata penjelasan tersebut membuat Pak Haris makin meradang. Beliau menegaskan bahwa rekonsiliasi adalah usaha agar PKI bisa tumbuh lagi di negeri ini. Beliau merangsek masuk kedalam sambil berteriak minta acara dihentikan. Beliau dihadang oleh rekan-rekan GP Anshor yang berusaha meredam amarah beliau. Sementara dari kantor Golkar berdatangan oknum ormas Pemuda Pancasila yang langsung dihadapi oleh panitia. Mereka menyatakan keberatan atas penayangan film, namun setelah dijelaskan oleh panitia bahwa tidak ada adegan dalam film tersebut yang memojokkan ormas mereka seperti dalam film Joshua Oppenheimer yang terdahulu mereka bergerak mundur. Namun panitia meminta mereka untuk masuk dan bergabung menyaksikan film. Mereka bersedia. Sayangnya Pak Haris yang berteriak histeris tidak bisa ditenangkan hingga film dihentikan setelah diputar sekitar 15 menit. Salah satu narasumber dievakuasi mengingat faktor usia dan keselamatan beliau.
  • Jam 19.15 pemutaran film dihentikan dan digantikan dengan musik akustik adik-adik UIN. Pihak aparat warga dan Pak Haris setuju acara diskusi boleh diadakan. Pihak panitia yang sedari awal sudah berada di halaman melihat bahwa Pak Haris mengambil tempat duduk dan berniat mengikuti jalannya diskusi menawarkan pada beliau untuk bergabung sebagai pembicara agar beliau dapat menyampaikan langsung kepada para tamu alasan keberatan diputarnya film Senyap. Beliau setuju. Diskusi berlangsung selama 2 jam (semoga handycam panitia berhasil merekam momen itu). Sempat terjadi sedikit keributan lagi, ketika Pak Haris mengatakan hal yang dinilai oleh GP Anshor melecehkan almarhum Gus Dur, namun dapat diredam. Keributan baru meledak, ketika panitia melalui moderator menawarkan pada Pak Haris untuk menyaksikan film tersebut bersama-sama. Mas Hasan Abadi, salah satu pembicara mengajak “voting”, siapa yang ingin menyaksikan film diminta berdiri. Alhasil seluruh pengunjung yang hadir berdiri kecuali Pak Haris. Jumlah pengunjung disana lebih dari 100 orang, sampai meluber ke jalan karena tidak tertampung didalam dan semuanya berdiri menyatakan persetujuan agar nobar diteruskan. Pak Haris mulai ragu dan sedikit lagi akan mengiyakan jika aparat warga tidak ikut campur dan ikut memaksa agar acara dibubarkan. Alasan mereka adalah karena Warung Kelir cacat dalam perijinan. Akhirnya dengan berat hati acara dibubarkan. Tidak puas dengan hal itu, aparat warga memaksa pengunjung untuk meninggalkan tempat saat itu juga. KTP panitia yang ditahan baru dikembalikan setelah seluruh pengunjung meninggalkan tempat. Demikian kronologi kami susun dengan sebenar-benarnya.

Penyelenggara Pemutaran FIlm Senyap Malang

 

Catatan: Sekarang, Andry Juni, salah satu penyelenggara Pemutaran Film Senyap akan diadukan ke pihak kepolisian atas nama pencemaran nama baik terkait meme yang beredar di dunia maya. Berikut ini salah satu meme yang dianggap mencemarkan nama baik Haris, yang membubarkan acara pemutaran film Senyap di Malang dan mengaku dari LSM Pribumi

10867196_10153360129532119_819466855_n 10859374_10153360129547119_2082838995_n 10850597_10153360129537119_2057103381_n

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Membangun Media Alternatif

“Apa alasan mbak aktif di organisasi gerakan buruh?” “Halah pertanyaan mu itu seperti wartawan, lihat saja di youtube klo mau tau jawabannya”. Aku mengerutkan dahi

NABUR (Dua), Arena Buruh Berekspresi

Oleh Jumisih NABUR, Menebar Benih Perjuangan Arena Buruh (NABUR) yang ke 2 kali ini di selenggarakan tanggal 26 April 2015, tepat di hari Minggu. NABUR itu

Layang – Layang Putus

Oleh Lami (Lamoy Farate) Sore itu di halaman rumah, di jalan yang menghadap hamparan sawah, anak –anak di pematang sawah sedang berlari-lari mengejar layang-layang putus.