Search
Close this search box.

Kronologi Kerusuhan Urut Sewu (Kebumen)

Sunu, Kepala Desa Wiromartan (kiri, kaos hitam) terluka akibat serangan TNI 

Berikut ini adalah kronologi penyerangan TNI kepada warga Desa Wiromartan terkait sengketa Urut Sewu. Dari serangan ini, korban berjatuhan. Mari bersolidaritas 

 

22 Agustus 2015

06.00-07.00

Massa berkumpul sekitar 700 orang di Jalan Daendles (wilayah utara) dimana sekitar  500 orang adalah warga Desa Wiromartan, dan sisanya dari beberapa desa yang ikut bersolidaritas atas sengketa Urut Sewu.

07.00-10.00
Warga menuju lokasi pemagaran di wilayah selatan, dan menyampaikan aspirasi. Warga juga meminta pihak TNI untuk mendatangi balai desa demi melihat bukti kepemilikan tanah warga di urut sewu. Selama aksi tersebut, personil TNI terus bertambah dan berdatangan.

10.00-10.30
Personil TNI yang menurut pengakuan sudah berjumlah sama dengan warga, yaitu 500an personil, mulai menyerbu warga. Polisi yang berada di lokasi tidak berani melawan serbuan pihak TNI. Warga yang terdiri dari ibu-ibu juga ikut diserbu dan satu korban bernama Sri Rohani yang sedang hamil jatuh pingsan dan di bawa ke puskesmas mirit. Tentara terus mengejar massa yang membubarkan diri.

11.00

Sebanyak 17 korban kerusuhan dilarikan ke puskesmas mirit dan 6 orang mengalami luka berat dilarikan RSUD Kebumen. Warga memiliki dokumentasi rekaman dari ponsel berdurasi 30 menit ketika terjadi kerusuhan.

14.58

Berita terakhir dari Tempo.co memuat klarifikasi Komandan Distrik Militer 0709 Kebumen Letnan Kolonel Infanteri Putra Widya Winaya bahwa kerusuhan akibat provokasi dari pihak ketiga dan hanya terjadi dorong-dorongan membubarkan massa yang melakukan aksi.

Informasi korban

Enam orang yang dilarikan ke RSUD Kebumen adalah:

1.      Muchlis, terperusuk ke lubang galian, diinjak dan dipukul oleh personil tni hingga pingsan.

2.      Sunu, Kelingking sebelah kiri patah, kepala sobek akibat pukulan dan tendangan

3.      Prayogo, Kepala sobek, kedua tangan memar, dan pingsan

4.      Ratiman, Kepala kena pukulan di dua titik, tangan kanan dan kiri memar, pingsan

5.      Rajab, rahang kiri patah, tengkuk, paha memar, dan pingsan

6.      Awit, menerima tendangan di selangkangan yang cukup parah, luka tangan dan pukulan di kepala.

Informasi Pendamping saat ini

1.      LBH Pakhis (Pak Kasran)

2.      Yappi (Indro)

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Dongeng Perempuan

gambar diambil dari http://www.deviantart.com/tag/sundelbolong Ini dongeng bukan sembarang dongeng. Karena dongeng ini selalu ada, selalu hidup, di setiap jaman. Padahal.. kalian tahu,  ini dongeng tentang

Surat Manis Untuk Buruh Indonesia

Oleh Fenda Stevani Mogok bersama adalah kabar baik. Beberapa teman saya terus menulis di media sosial bagaimana mogok bersama berpengaruh dalam kemacetan ( karena mereka kalangan menengah

MARSINAH

Buruh perempuan, tonggak demokrasi, pejuang upah, lambang solidaritas buruh, korban kekerasan seksual, korban militer ORBA, rakyat biasa yang luar biasa, kasusnya buntu, hilang, dibunuh dan

Lawan Neolib, Buruh India Mogok Umum

2 September 2015, Buruh India Mogok Umum Melawan Neolib Diterjamahkan dari http://asianlabourreview.org/2015/08/24/indian-worekrs-prepare-for-massive-general-strike-on-2nd-september-2015/ Oleh A.K. Padmanabhan* Rakyat pekerja di negeri ini, dari hampir seluruh sektor, dari seluruh

Target Kerja, Tak Pernah Manusiawi

Dalam proses produksi di sebuah pabrik, buruh seringkali dihadapkan pada target produksi. Sekilas, tentu wajar saja jika perusahaan mempunyai target untuk memproduksi produk tertentu. Namun,

6 Rekomendasi UU KIA Dari JMS untuk Kebijakan Adil Gender

Di sisi lain, pengecualian kewajiban bagi ibu yang tidak bisa untuk memberikan ASI eksklusif hanya diperkenankan untuk alasan medis, tidak mempertimbangkan alasan non-medis, misalnya kondisi fisik selain alasan medis atau kondisi psikologis yang membuat seorang perempuan tidak mampu memberikan ASI eksklusif. Hal itu dibenarkan oleh Nanda Dwinta dari Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP), bahwa terdapat ragam peran perempuan dalam menjalankan fungsi ibu dengan kesulitan yang berbeda.

Bukan Hari Ibu Biasa

Boleh dibilang, glorifikasi terhadap peran ibu, sebagaimana ideologi “ibuisme” yang terus dikampanyekan Orde Baru melalui perayaan Hari Ibu, tak lain adalah upaya mengembalikan perempuan di ranah domestik.