aksi unjukrasa buruh perempuan di Nwe York, AS, terkait kebakaran pabrik garment Triangle Shirtwaist/doc, HBO
Kebakaran Pabrik Garment Triangle Shirtwaist
Bermula dari sebuah kebakaran hebat di sebuah pabrik garment di Kota New York, Amerika Serikat, pada tahun 1911, gelombang protes buruh perempuan berkumandang di berbagai negeri. Bagaimana tidak? Kebakaran di pabrik garment bernama Triangle Shirtwaist itu telah mengakibatkan nyawa 146 buruh perempuan melayang. Kebakaran ini disebut sebagai kebakaran terbesar ke 4 dalam sejarah Amerika Serikat. Triangle Shirtwaist Factory terletak di dalam Asch Building, sekarang bernama Brown Building of Science. Bangunan ini ditetapkan sebagai National Historic Landmark dan markah tanah New York City. Sebelumnya, protes terkait kondisi buruk kerja buruh perempuan sudah meluas, seperti tentang diskriminasi upah, kesejahteraan yang buruk, diskriminasi pekerjaan dan banyak lagi.
Saat peristiwa kebakaran terjadi, mayoritas korban buruh perempuan itu melompat dari ketinggian pabrik karena pintu keluar dan pintu menuju tangga darurat dikunci. Para bos takut buruhnya akan kabur sebelum jam pulang kerja berdering sehingga mereka mengunci buruh perempuan di dalam pabrik. Tak ayal, buruh perempuan tidak bisa kabur mana kala kebakaran terjadi. Mereka melompat dari tingkat kedelapan, sembilan, dan sepuluh karena tangga di truk pemadam kebakaran hanya mampu mencapai tingkat keenam.
Kebakaran pabrik garment Triangle Shirtwaist menyulut amarah buruh perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil. Mereka mempelopori aksi – aksi unjuk rasa dan mendorong pengesahan undang-undang yang mensyaratkan standar keselamatan pabrik yang baru. Buruh – buruh perempuan pun mulai mengorganisir diri dan mendirikan Serikat Buruh Perempuan Garmen Internasional (ILGW) Serikat pekerja ini berjuang demi kondisi kerja yang lebih baik dan aman bagi pekerja sweatshop di industri tersebut.
Aksi – aksi unjuk rasa memperingati kebakaran pabrik garment Triangle Shirtwaist dan kesejahteraan buruh perempuan terus berlangsung hingga bertahun – tahun lamanya di New York, dan disebut sebagai peringatan Hari Perempuan. Pada aksi unjuk rasa yang dilaksanakan 8 Maret 1957, buruh perempuan yang melangsungkan aksi disambut dengan represi oleh pemerintah AS. Pasukan kepolisian memukuli dan membubarkan aksi mereka. Akibatnya, aksi peringatan hari perempuan itu terhenti selama beberapa tahun, hingga di tahun 1960 diperingati lagi karena maraknya gelombang feminisme di AS. Hingga akhirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi mensponsori Hari Perempuan Internasional mulai tahun 1975
Hari Perempuan Sedunia, Seiring Bangkitnya Gerakan Perempuan
Peringatan Hari Perempuan Sedunia sendiri, sebenarnya telah berlangsung sejak tahun 1900-an, di masa ekspansi industri. Kegelisahan besar dan debat kritis di kalangan perempuan pada 1908 tentang kondisi buruk buruh perempuan, mengawali hadirnya gagasan peringatan Hari Perempuan Sedunia. Mereka menganggap ada tekanan dan perlakuan tidak adil terhadap kaum perempuan di masa itu. Hingga akhirnya, sekitar 15 ribu perempuan berjalan kaki di New York, Amerika Serikat, pada 8 Maret 1857 namun diserang dan dibubarkan oleh polisi. Dengan kesadaran sendiri, kaum buruh perempuan lalu membentuk serikat buruh mereka pada bulan yang sama dua tahun kemudian.
Dalam rangkaian pendirian Partai Sosialis Amerika, Hari Perempuan Nasional pertama kali diperingati pada tanggal 28 Februari 1909, di Amerika Serikat. Hari tersebut kemudian terus diperingati kaum perempuan AS pada setiap hari minggu terakhir di bulan Februari, sampai tahun 1913.
Sementara, pertemuan kelompok sosialis internasional di Copenhagen, Denmark pada tahun 1910, memutuskan untuk memiliki Hari Perempuan Internasional sebagai penghormatan atas hak-hak asasi perempuan dan mendorong diperolehnya hak suara bagi semua perempuan di dunia.
Keputusan ini diterima secara bulat oleh semua peserta yang diikuti lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, termasuk tiga perempuan pertama yang dipilih sebagai anggota parlemen Finlandia. Pada saat itu, mereka belum memutuskan pada tanggal berapa peringatan Hari Perempuan Internasional akan diadakan. Clara Zetkin, pemimpin lembaga perempuan pada Partai Demokrasi Sosialis Jerman mengusulkan agar seluruh negara memperingati hari perempuan pada tanggal yang sama. Tujuannya untuk memperkuat tuntutan mereka.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan yang telah diambil setahun sebelumnya, pada tahun 1911, Hari Perempuan Sedunia untuk pertama kalinya diperingati pada tanggal 19 Maret di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss, dimana lebih dari 1 juta perempuan dan laki-laki bersama-sama turun ke jalan. Selain menuntut hak untuk ikut serta dalam pemilu dan posisi di dalam pemerintahan, mereka juga menuntut hak bekerja, kesempatan memperoleh pelatihan, dan penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan.
Gerakan “Roti dan Perdamaian”
Masa perang dunia I adalah masa yang tidak menyenangkan dan traumatis bagi masyarakat dunia, termasuk kaum perempuan. Hal ini mengundang protes kaum perempuan yang menyerukan perdamaian. Pada tahun 1913 – 1914, perempuan Rusia menggelar aksi unjuk rasa menyerukan perdamaian dalam peringatan Hari Perempuan Sedunia pada Minggu terakhir Februari 1913.
Di belahan Eropa lainnya, sekitar tanggal 8 Maret di tahun berikutnya, kaum perempuan berunjuk rasa untuk memprotes perang maupun sebagai ungkapan solidaritas kepada saudara-saudara perempuan di manapun juga.
Gelombang aksi kaum perempuan di Rusia pun terus membesar pada tahun 1917, ketika dua juta tentara Rusia terbunuh dalam perang. Dengan slogan “Roti dan Perdamaian”, kaum perempuan Rusia menolak perang dunia I. Para pemimpin politik menentang unjuk rasa ini, namun mereka tetap bertahan. Sejarah mencatat, empat hari kemudian, kerajaan Tsar (raja) Rusia tumbang dan pemerintahan sementara mengakui hak perempuan untuk ikut serta dalam pemilu.
Hari bersejarah itu jatuh pada tanggal 23 Februari di kalender Julian yang digunakan di Rusia atau tanggal 8 Maret menurut kalender Gregorian (kalender Masehi yang digunakan secara umum di dunia). Sejak saat itulah Hari Perempuan Sedunia diperingati pada hari yang sama oleh seluruh kaum perempuan di seluruh dunia.