Search
Close this search box.

Mengenal Comandante Ramona

Comandante Ramona adalah seorang pedagang jalanan pribumi yang berubah menjadi seorang pimpinan revolusioner dengan kisahnya yang memberi harapan dan inspirasi bagi ribuan rakyat terpinggir di seluruh Meksiko. Terlahir di Tzotzil (Suku Maya Indian) di dataran tinggi Chiapas, Meksiko Selatan, Ramona hidup serba kekurangan dengan menjual karya sulaman ke turis di San Cristobal de las Casas. Secara perlahan, kemudian ia menjadi politis ketika ia menyadari bahwa kemiskinan yang ia dan rakyat alami (hamper 60 persen rakyat hidup kekurangan gizi sambil terus dipaksa meningkatkan produk tanaman ekspor di tanah mereka). Kehidupan rakyat tidak akan berubah, tanpa berjuang. “Saya yakin, lebih baik mati berjuang dari pada mati kelaparan”

Ramona bergabung ke EZLN (Tentara Pembebasan Nasional Zapatista), ia juga belajar bahasa Spanyol dan mulai bekerja secara politik untuk membangkitkan perempuan Chiapas. Pada 1 Januari 1994, Zapatista muncul dari kantor pusatnya di Hutan Lacandona untuk mengambil alih seluruh kota utama di Chiapas. Dalam aksi itu, Ramona adalah salah satu pimpinannya. Penguasa pun melakukan serangan balik yang keras dan kotor, namun tidak membuat Zapatista mundur dan terus melanjutkan pertarungan dengan perjuangan mereka untuk pemerintahan indian yang otonom di tanah mereka sendiri.

Ramona adalah satu dari tujuh komandante perempuan dalam Komite Indian Revolusioner Klandestain yang merupakan bagian langsung dari ELZN. Perempuan menjadi lapisan ke tiga tentara pembebasan nasional Zapatista dan menyuplai mayoritas dukungan seperti memasak, keamanan, menjahit, membuat senjata, mengorganisir dan memobilisasi rakyat.

Ramona membantu membentuk Hukum Perempuan Revolusioner, yang menjadi bagian dari hukum revolusioner EZLN. Artikel utama termasuk hak perempuan dalam memutuskan jumlah anak yang mereka inginkan; bekerja untuk upah layak, berpartisipasi dalam perjuangan revolusioner dan kegiatan komunitas, memegang jabatan politik dan militer, mempunyai akses terhadap layanan kesehatan, nutrisi dan pendidikan, memilih pasangan sendiri, dan menolak nikah paksa, dan tidak mentoleransi kekerasan fisik dan perkosaan.

Ramona bekerja dengan perempuan komunitas Indian untuk membuat perubahan dan bersama –sama mendata tuntutan. Ahirnya perempuan memahami bahwa partisipasi mereka sangat penting untuk merubah situasi dan sehingga mereka berpartisipasi meski tidak semuanya secara langsugn terlibat dalam perjuangan bersenjata. Tak ada jalan lain dalam mencari keadilan dan ini merupakan kepentingan kaum perempuan juga. Tuntutan – tuntutan kaum perempuan termasuk klinik melahirkan, pusat pengasuhan anak, perkebunan jagung, sekolah pelatihan untuk perempuan, dan material serta dukungan untuk menciptakan bisnis skala kecil.

Ramona kemudian didiagnosa menderita kanker pada tahun 1994, dan pada tahun 1995, a menerima transplantasi ginjal yang memperpanjang hidupnya selama lebih dari satu decade. Kemunculan terakhirnya di hadapan public adalah ketika persiapan pertemuan untuk “Kampanye Lain” yang bertujuan membentuk oposisi persatuan melawan kapitalisme neoliberal dengan mengorganisir perlawanan di seluruh Meksiko.

“Kami mau sebuah negeri Meksiko yang memperlakukan kita semua sebagai manusia yang menghargai kita dan mengakui martabat kita. Oleh karenanya itu kami mau menyatukan suara Zapatista kami yang kecil ini dengan suara yang lebih besar, yang mau berjuang untuk sebuah Meksiko yang baru. Kami datang ke sini untuk menyerukan bersama sama bahwa tidak akan pernah ada MEksiko tanpa kita”. Di akhir pidatonya, di Kota Meksiko, di tahun 1996, Alun alun tersebut pun dipenuhi sorai “Ramona…Ramona …Ramona…”

Ramona telah tiada, namun, kata – katanya terus menggema

“Harapan kami, suatu hari situasi kami akan berubah, bahwa kami, kaum perempuan akan diperlakukan dengan penuh rasa hormat, keadilan dan penuh rasa demokrasi”

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Membincang Aborsi Aman untuk Perempuan

Stigma negatif aborsi masih cukup kuat terhadap mereka yang memilih aborsi, karena aborsi masih dianggap sebagai tindak pidana. Bahkan, ketika ada yang membahas aborsi maka bisa dilabeli melanggar takdir Tuhan dan hal-hal yang berbau moralitas. Akan tetapi apakah ketika banyak batasan, mulai hukum adat dan budaya maka bisa menurunkan angka “Aborsi”? Jawabanya tentu tidak, karena ketika banyak dibatasi dan dianggap tabu, praktek aborsi tidak aman justru merajalela. Setiap tahun, 68.000 jiwa perempuan melayang akibat melakukan aborsi yang tidak aman.

Neraka Itu Bernama PABRIK

suasana pabrik di KBN Cakung/Adon/dok dev.marsinah.id   oleh Adon   Mogok…kapan lagi mogok! Suara itu lantang sekali didengarnya…. Tulus dan penuh amarah karena di pabriknya