Aku perempuan kelahiran palembang 1980.Terlahir dari keluarga petani yang sederhana, aku anak pertama dari 8 saudara dari 2 ibu. 3 saudara kandung dan 5 saudara tiri. Waktu umurku 7 tahun, ibuku meninggal dunia, kemudian bapakku menikah lagi.
Desa Nagasari tempat kelahiranku, sangat asri. Rumah panggung dan dikelililngi pepohonan yang rindang, sawah, ladang dan udaranya pun masih sangat sejuk. Waktu umur 10 tahun aku tinggal bersama nenek tiri dan bibi (adik dari ibu tiriku). Aku cukup dekat dengan bibi Ros dan nyaman dengannya. Sehari – hari ketika pulang sekolah, aku bermain dan tidurpun sekamar dengannya. Di desa, nyamuk sering mengganggu setiap aku tidur, makanya ranjangnyapun berkelambu.
Suatu malam ketika aku sedang pulas pulasnya tertidur. Ketika mungkin pukul setengah satu dini hari,aku merasa ada yang masuk ke kamar. Karena dalam keadaan sangat mengantuk, aku tak hiraukan, ku pikir itu bibiku.
Setelah beberapa menit, aku merasa ada yang menindihku dan memegang kencang kedua tanganku.Setelah ku buka mata, ternyata ku sudah telanjang bulat. Betapa sangat terkejutnya bercampur takut ternyata paman tiriku ingin menyetubuhi, memperkosa aku. Dengan tubuhnya yang kekar dan besar, posisiku telentang. Dengan kencangnya paman menyekap, memegang kedua tanganku,menindihku dan penisnya sekuat tenaga berusaha memasukkan ke vaginaku. Aku mencoba melawan sekapannya dan berteriak teriak sekencang kencangnya minta pertolongan.
“tolong…tolong…bi…tolong…..!” Teriakku sembari bergerak gerak melawan sekapan paman.
Mendengar teriakanku paman malah semakin kuat berusaha memasukkan penisnya kevaginaku, sampai-sampai vaginaku diludahi agar penisnya bisa segera masuk ke vaginaku.
Pada saat itu, aku masih terlalu kecil sehingga kemaluanku belum siap dan terlalu kecil untuk itu,sehingga paman pun susah untuk melakukannya.Setelah beberapa menit pamanku agak kelelahan karna perlawanku. Aku coba menendangnya dengan sekuat tenaga. Akhirnya aku bisa lolos. Ku ambil kain seadanya untuk menutupi tubuhku dan loncat dan lari keluar rumah. Dengan rasa takut karena sudah dini hari dan gelap (dulu kampungku belum ada listrik). Ku masih berlari berusaha menyelamatkan diri. Akhirnya ku bersembunyi di kandang ayam bawah rumah kakekku. Di kandang ayam tersebut, ada kayu yang sudah tersusun rapi. Walaupun gelap, kupikir di belakang tumpukan kayu ini tempat yang aman untuk bersembunyi, dengan rasa takut yang luar biasa aku bersembunyi di kandang ayam itu sampai pagi.
Keesokan harinya dan setelah kejadian itu aku sudah tidak berani tinggal di rumah nenek tiriku. Akupun tinggal di rumah kakek kandung dan tidak berani menceritakan kejadian itu kepada orang lain karena aku takut dan masih terlalu kecil waktu itu.
Beberapa bulan kemudian aku diajak bermain sama bibi ke kebun pisang.
Lagi asyiknya bermain, bibi bilang ingin buang air besar,dan akhirnya bibi nyari tempat buang air dihutan agak jauh dari kebun.
Selang beberapa menit dengan kagetnya ku lihat si pelaku di pondok-pondokan kebun.Pelaku mulai mendekatiku ingin mencoba lagi melakukan perbuatan bejatnya kepadaku. Aku lari sekencang kencangnya, walaupun terpeleset dan jatuh tapi aku berhasil melarikan diri dari kejaran si pelaku. Tidak hanya itu, aku pun sering bertemu denganya ketika ada acara kumpul keluarga, tapi aku selalu menghindar dan menjauh jika bertemu dengannya.
Didalam hatiku, aku benci – sebenci bencinya dan dendam kesumat dengannya. Kalau bisa, ku bunuh dia.
Seiring waktu berlalu kejadian itu memberikan rasa trauma yang cukup luar biasa terhadapku. Aku sering ketakutan ketika ada laki-laki yang sedang mendekatiku apalagi kalau di tempat sepi hanya kami berdua. Kejadian itu langsung terbayang kembali di ingatanku, membuatku takut dan langsung lari menjauh.Walaupun ku sudah bisa menjalani hubungan pacaran sampai beberapa kali, akupun tidak mau dipeluk, berpegangan tangan apalagi ciuman karena rasa trauma itu.
Pada tahun 1999 kuputuskan untuk mencoba merantau ke Jakarta. Alhamdulilah, aku diterima bekerja di salah satu perusahaan di KBN Cakung, sampai sekarang. Bekerja di perusahaan tersebut aku menjadi salah satu pengurus serikat FBLP (Federasi Buruh Lintas Pabrik).Tidak hanya hak normatif, FBLP juga mengangkat isu isu tentang perempuan seperti kesetaraan gender, kekerasan dan pelecehan seksual. Akupun menjadi salah satu Relawan posko pembelaan buruh perempuan, menjadi pengurus serikat di pabrik aku sering mengadvokasi masalah kontrak, cuti haid, cuti melahirkan dan pelecehan seksul bersama pengurus- pengurus lainnya. Dengan membantu kawan-kawan dalam mengadvokasi kasusnya apalagi tentang pelecehan seksual ada rasa gembira dalam hati saya. Rasa trauma tentang kekerasan seksual yang saya alami agak berkurang karena dapat membantu sesama, walaupun belum bisa hilang sepenuhnya dan masih membekas. Karena dari situlah aku mulai berani bercerita kalau aku pernah mengalami kekerasaan seksual.
Ternyata kita harus berani berbicara dan jangan malu bercerita tentang kekerasan dan pelecehan seksual yang kita alami karena ini bukanlah aib, tapi kejahatan yang harus diproses hukum, agar tidak ada lagi korban korban kekerasan seksual lainya. Agar korban korban lainya berani bersuara. Sekarang aku pengurus FBLP PT.A dan Relawan Posko pembelaan buruh perempuan, turut aktif dalam menyuarakan dan mengkampanyekan isu isu tentang kekerasan dan pelecehan seksual.
Harapannya semoga Rancangan UU Penghapuasan Kekerasan Seksual dapat segera di sahkan, agar kita sebagai buruh perempuan mempunyai payung hukum terbebas dari kekerasan dan pelecehan seksual, bebas berekspresi di tempat kerja dan dimanapun berada.
Karena saya adalah korban maka saya siap berjuang dan akan terus melawan atas ketidak adilan terhadap korban “kekerasan seksual.
Oleh Cipit, buruh perempuan yang suka berbagi, aktif bekerja di pabrik sambil menulis di Marsinah FM dan berserikat