Oleh: Dian Septi Trisnanti
Tahun 2021 mungkin merupakan tahun terbaik bagi kaum perempuan yang kini sedang memperjuangkan perlindungan bagi korban kekerasan seksual. Setidaknya, ada beberapa film yang mencoba mengangkat isu kekerasan seksual seperti YUNI, Seperti Dendam Rindu Harus DIbayar Tuntas dan Penyalin Cahaya yang akan saya coba ulas dalam tulisan kali ini.
Selain alur ceritanya yang menarik, secara sinematografi, film ini menyajikan visual yang indah dengan penataan cahaya yang membawa kesan misterius. Tak heran, bila ia menyabet 12 piala citra dan salah satunya diganjar sebagai film terbaik Piala Citra 2021 kategori best picture.
Meski, diwarnai dengan skandal kekerasan seksual yang dilakukan oleh Hendricus Pria, sang penulis naskah, dan akhirnya dihilangkan dari credit title, film ini masih layak menjadi perbincangan terkait alur ceritanya.
Penyalin Cahaya adalah sebuah film berdurasi sekitar dua jam yang mengisahkan tentang Suryani, seorang mahasiswi dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah yang harus berjuang melalui jalur beasiswa untuk kuliah. Dengan berbekal beasiswa, Suryani berhasil menempuh pendidikan tinggi tanpa perlu merepotkan kedua orang tuanya yang hidup dari usaha warteg (warung tegal).
The Missing Link
Untuk menopang beasiswa dan demi masa depan yang lebih baik, Suryani aktif di unit kegiatan mahasiswa teater. Keaktifan di luar belajar mengajar di kampus bisa diperhitungkan sebagai penunjang prestasi sebagai mahasiswa selain nilai IPK yang tinggi. Suryani, tentu saja menyenangi aktivitas unit kegiatan mahasiswa teaternya, ia bertugas untuk mengelola website UKM teaternya itu. Suryani juga ikut merasa bangga saat UKM Teaternya itu menang dalam sebuah perlombaan dan mendapatkan kesempatan mengikuti kompetsi di Kyoto, Jepang.
Peristiwa kemenangan kompetisi teater yang penuh keriangan dan disambut dengan megah oleh seluruh civitas akademika kampus itulah yang justru menjadi titik awal persoalan tragis yang menimpa Suryani. Malam itu, saat UKM Teater mengadakan party di kediaman Rama, sang penulis naskah, Suryani merasakan mabuk hingga tak sadarkan diri setelah meminum beberapa sloki wine dan whiski. Saat tersadar, Suryani terbangun di kamar rumahnya, namun ia tidak ingat apapun, termasuk bagaimana ia bisa pulang ke rumah.
Dengan suasana kalut, Suryani bergegas pergi ke kampus tanpa membersihkan diri, karena hari itu adalah hari penilaian beasiswa dan ia terbangun kesiangan sehingga pasti terlambat. Suryani bahkan tidak sempat meladeni ayahnya yang murka akibat Suryani pulang jam 3 dini hari diantar seorang lelaki dengan mengetuk semua pintu rumah satu kompleks.
Masih di tengah kekalutan, Suryani tekejut saat di forum penlaian beasiswa, tim penilai menunjukkan foto – fotonya yang terpublikasi di media sosialnya. Tak berapa lama, Suyani harus menelan pil pahit beasiswanya diputus karena dianggap tidak berkelakuan baik.
Apa yang terjadi malam itu?
Mengapa ia tidak sadarkan diri?
Siapa yang mengantarnya pulang ke rumah?
The missing link, peristiwa yang hilang itulah, yang menjadi misteri sebagai alur cerita yang membalut film ini dan bagaimana Suryani mencoba menyusun satu demi satu kepingan puzzle hingga menemui sebuah jawaban, agar ia memperoleh keadilan.
Mengumpulkan Bukti
Diputus beasiswa, diusir oleh ayah kandungnya dari rumah, Suryani merasa diperlakukan tidak adil atas sebuah kesalahan yang tak pernah ia lakukan. Malam itu, Suryani merasa hanya minum sedikit alkohol saja, sehingga tidak mungkin hingga membuatnya teler hingga tidak sadar diri dan tidak ingat apapun.
Karakter Suryani yang diperankan dengan baik oleh Shenina Cinamon adalah sosok yang ingin mencari keadilan dengan segala daya upaya. Langkah awal yang dilakukannya adalah menyusun bukti. Mulai dari berselancar di media sosial teman – teman teaternya mencoba membuat kronologi jam demi jam yang dihabiskannya malam itu, hingga mulai terkumpul dugaan – dugaan sebagai tesis awal tentang kejadian missing link malam tragis itu.
Namun, bukti yang dikumpulkan masih belum cukup, Suryani yang menginap di tempat foto kopi temannya, nekat mencuri data anak – anak teater yang sering print dan foto copi di tempat itu. Berbekal kemampuan IT yang dimilikinya, Suryani mencuri data dan menemukan beberapa foto yang mengganjal.
Selain mengumpulkan bukti, Suryani memenui pengurus UKM Teater, dan meminta ada penyelidikan terkait kasusnya. Mulai dari menemui Car Online yang saat itu dipesankan oleh sutradara teaternya, hingga meminta meilihat CCTV di rumah Rama. Melalui pengecekan Car Online, Suryani mengetahui bahwa driver car online sempat berhenti cukup lama di satu tempat. Driver oline yang ternyata sudah sepuh itu, menjelaskan bahwa ban mobilnya sedang bocor dan ia harus mengganti ban mobil itu dalam waktu lama. Demikian halnya dengan tangkapan rekaman CCTV, Suryani dan teman – teman teaternya menemukan bahwa Tariq, salah seorang yang memberikannya satu sloki whisky sempat cukup lama di dapur hingga satu jam. Di rekaman tersebut, diketahui ternyata Tariq sedang meratap karena depresi yang ia alami sekian lama. Langkah Suryani meminta penyidikan di UKM teater bukan tanpa tantangan, ia dipersalahkan dianggap lebay, cari perhatian dan hanya membuang – buang waktu. Apa yang dialami Suryani ini adalah hal umum yang dihadapi korban saat mengadu. Bahkan ayahnya sendiri pun tidak mendukung.
Sampai sini, The missing link seolah sudah menemui jawaban, apalagi orang tua Rama begitu baik bersedia membiayai kuliah Suryani sebagai imbalan mengelola website orang tua Rama plus gaji bulanan. Namun, Suryani menemukan kecurigaan baru. Ia mencurigai Rama yang mengatakan alibinya bahwa di malam kejadian ia sedang mengambil foto bintang di langit. Padahal, malam itu langit hujan dan tak mungkin bintang bisa difoto sebagai instalasi. Temuan berikutnya, betapa terkejutnya Suryani saat menemukan gambar instalasi bukanlah gambar bintang, namun gambar tanda lahir di punggungnya. Malam itu, apakah betul Rama mengambil foto bintang atau mengambil foto tubuhnya?
Kecurigaan terhadap Rama makin membesar saat Suryani menemukan rahasia teman karibnya, sang penjaga foto copy, ternyata memiliki bisnis ilegal pencurian data foto pribadi anggota teater. Rama, menggunakan foto – foto pribadi teman – temannya sebagai sumber inspirasi menulis naskah.
Susahnya Korban Mencari Keadilan
Setelah susah payah mengumpulkan bukti, Suryani bertekad melaporkan kasusnya ke dewan kode etik universitas. Berdasarkan bukti yang ada, ia akhirnya mengetahui bahwa dirinya bukanlah korban satu – satunya. Seorang kawan mantan anggota teater juga mengalami hal serupa namun upaya Suryani untuk memintanya sebagai pelapor, gagal. Suryani, seorang diri melaporkan kasusnya ke dewan kode etik.
Namun, betapa Suryani terkejut saat dokumen bukti – bukti yang diserahkan ke dewan kode etik justru tersebar di media sosial sehingga membuatnya menjadi bahan gunjingan dan bulying. Rama, tidak tinggal diam, ia mengancam Suryani dengan tindakan pencemaran nama baik.
Desakan ayahnya supaya Suryani meminta maaf dan terus – menerus mempersalahkan Suryani, membuat Suryan runtuh dan mengikuti keputusan kampus supaya membuat rekaman permintaan maaf secara publik. Pukulan itu sempat membuat Suryani jatuh, tapi kegigihannya menumbuhkan perlawanan dua korban lainnya, yaitu Tariq dan Farah. Dari satu keberanian berbicara, memunculkan keberanian korban lainnya.
Kepingan misteri lainnya terjawab saat terungkap bahwa driver Car Online yang pernah ditemui Suryani merupakan suruhan Rama. Hal ini karena rumah Rama jauh dari jangkauan Car Online sehingga jarang Car Online bisa menemukan titik rumah Rama, kecuali sudah Car Online tersebut sudah janjian dan menunggu tak jauh dari rumah Rama.
Benar saja, bukti kuat akhirnya bisa ditemukan dari HP driver Car Online yang dirampas oleh Suryani dan dua korban lainnya setelah bersiasat menemui driver Car Online dengan alasan mengirim parcel. Bukti itu berupa video Tariq dan Farah serta 8 korban lainnya yang ditelanjangi dan difoto.
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? apakah akhirnya Suryani, Tariq dan Farah berhasil mencari keadilan? Apakah ketiganya sanggup menjadi Penyalin Cahaya, menyebarkan cahaya perlawanan hingga keadilan bisa direbut.
Relasi Kuasa Berbasis Gender dan Kelas
Dalam film ini, ditunjukkan bahwa pelaku memiliki relasi kuasa yang cukup besar untuk melakukan tindak kekerasan seksual pada para korbannya. Status sosialnya yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang, dan karenanya cukup mempunyai kekuasaan di civitas akademika kampus. Pun, posisinya sebagai pengurus atau pimpinan di UKM Teater, membuatnya tak tersentuh dan demikian leluasa menutupi tindakannya.
Dengan kelas sosial yang dimilikinya, ia nyaris tak tersentuh hukum. Pun, dalam struktur sosial patriarkal, menempatkan Rama relasi kuasa yang lebih kuat dibanding korban (mayoritas korban adalah perempuan yang secara patriarkal diposisikan sebagi mahkluk nomor dua). Kelakuan Rama yang mengeksploitasi tubuh perempuan merupakan cerminan budaya patriarkal, demikian pula saat lembaga kampus, hingga UKM Teater yang kerap mempersalahkan korban adalah cerminan struktur sosial patriarkal yang mempunyai rape culture yaitu budaya yang mewajarkan perkosaan.
Ketimpangan relasi kuasa berbasis gender dan kelas, terjadi secara sistematis dalam struktur sosial masyarakat kita sehingga tak heran bila demikian sulit korban mencari keadilan sebagaimana yang digambarkan di Penyalin Cahaya.
Namun, film ini ternodai dengan skandal pelecehan seksual yang melingkupinya. Hendricus Pria, script writer dari film ini diketahui terlibat dalam kasus kekerasan seksual dan sebagai bukti keberpihakan kepada korban, Hendricus Pria dihlangkan dalam credit title akibat keterlibatannya dalam kasus kekerasan seksual. Seperti dalam filmnya, pelaku sebagai menempati posisi penting dalam sebuah tempat kerja, harus menerima ganjaran. Semoga kasus hukumnya juga berjalan sebagai bentuk keadilan bagi korban.