Search
Close this search box.

Harlah ke 5, SERBUK. Lima Tahun Berkawan, Berlawan, dan Membangun Kekuatan

Minggu cerah, suasana ramai penuh keakraban ada di Aula Suku Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. Hari itu tepatnya 16 Desember 2018, salah satu serikat buruh yang selama ini mewarnai gerakan buruh di Karawang, Jakarta dan sekitarnya yaitu Federasi Serikat Buruh Kerakyatan (F Serbuk) Indonesia merayakan ulang tahunnya yang kelima. Serikat Buruh yang di gawangi oleh Subono dan Khamid Istakhori ini merayakan ulang tahunnya dengan mengambil tema “Lima Tahun Berlawan” sebagai upaya merefleksikan perjalanan Serbuk sejak berdiri hingga kini.

“Sebagai serikat buruh yang mungkin masih sangat baru, kita menyadari betul bahwa dalam waktu yang singkat ini kita banyak mengalami peningkatan dan capaian yang kita kerjakan sekaligus menyadari adanya penurunan jumlah anggota yang terjadi di beberapa basis. Momentum harlah (hari lahir) Serbuk yang kelima, ini kita gunakan juga untuk refleksi. Kita juga melibatkan keluarga yang tujuanya untuk mengenalkan serikat kepada keluarga,” ungkap Subono selaku Ketua Umum Serbuk yang menjabat sejak 2017.

Subono juga menyampaikan bahwa dalam rangka ulang tahun serbuk, turut digelar beberapa acara seperti lomba futsal dan cetak buku “Lima Tahun Perlawanan” yang berisikan pengalaman-pengalaman juang Serbuk dalam mengorganisir buruh. Rencananya cetak buku akan dilakukan Januari 2019.

Saat ini Serbuk memiliki 10 basis di Karawang, 11 basis di Sumatera, 6 rayon di Jawa Tengah, dan beberapa di wilayah Solo, Yogyakarta, Banten, Bekasi, dan Indramayu dengan keanggotaan pekerja di sektor otomotif, konstruksi, dan kertas. Pendidikan dengan melibatkan anggota, kunjungan ke Serikat Buruh anggota dan kegiatan bersama seperti futsal, dilakukan sebagai upaya pengorganisasian di beberapa wilayah untuk mempertahankan anggota.

Dengan hari lahir ini, Serbuk berharap agar dapat semakin meluas, menguat dan menjadi alat perjuangan di kaum buruh. Selain itu, juga mampu menjawab kegelisahan, sebagai alat pemersatu antara buruh, mahasiswa, rakyat miskin kota.

Terkait dengan sikap terhadap perjuangan pembebasan perempuan, Subono mengungkapkan dukungannya, “Saya secara pribadi dan organisasi akan terus mendukung dan terlibat dalam perjuangan pembebasan buruh perempuan untuk menciptakan kondisi kerja yang lebih baik,” katanya.

Hadir juga di antara para peserta, yaitu Hetty, seorang buruh perempuan anggota SERBUK yang berupaya untuk tetap aktif di organisasi di tengah keterbatasannya. Bahkan Hetty hari itu membawa serta bayinya.

Dalam hari ibu 2018, Serbuk akan memperingatinya, membangun kekuatan barisan perempuan, melawan penyingkiran bersama serikat lain.

Saya bangga menjadi kawan dalam satu barisan bersama Serbuk.

17 Desember 2018
Oleh: Gadis Merah

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Cerita Neneng Oneng

Seorang buruh Perempuan, Fitri alias Neneng Noneng yang bekerja di PT Hansae 6, menyampaikan bahwa “Selama ini aku susah berteman, temanku saja sedikit, dan aku

Tembang Kenangan

Tembang kenangan berupa program siaran entertainment yang memutarkan lagu tembang kenangan. Tembang kenangan tepat untuk mengenang kenangan masa silam, sambil menyeduh teh atau kopi, tembang kenangan

https://pin.it/WlSPwidM6

Realita Pahit Buruh Pengalengan Ikan 

Nisa menuturkan, ia dan teman – temannya hanya menerima upah per hari sekitar Rp 100,000, dengan jam kerja 10 sampai 13 jam sehari. Dengan demikian, dalam seminggu, ia dan teman – temannya hanya menerima Rp 700,000,-. Jika hasil tangkapan ikan tidak cukup banyak, upah yang diterima buruh per minggu, hanya berkisar Rp 200,000 – Rp 500,000.

Melawan Calo Bandit

Lami, berdemo depan PT. Myungsung/dok.Marsinah FM Melawan Karena Benar Jika kami ditanya kenapa berani melawan pengusaha garmen? maka kami  menjawab,karena itu hasil penindasan yang dilakukan