Jakarta – Pemogokan buruh pabrik Hansae 3 di PT Hansae Indonesia Utama akhirnya menghasilkan sebuah pencapaian. Dalam perundingan pada Jumat, 28 Juni 2019, Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP-KPBI) akhirnya menemukan titik temu dengan pihak manajemen PT Hansae Indonesia Utama. Titik temu tersebut berhasil meningkatkan jumlah pesangon dari nilai semula yang ditawarkan perusahaan.
Sebanyak 108 buruh Hansae 3 teguh melakukan pemogokan sejak dua bulan lalu. Alasannya, perusahaan akan menutup pabrik tersebut. Di Jakarta, PT Hansae Indonesia Utama mengoperasikan dua pabrik, Hansae 3 dan 6a. Namun, manajemen hanya menawarkan pesangon satu kali ketentuan (PMTK) dihitung dari masa pengangkatan menjadi karyawan tetap. Padahal, banyak buruh yang baru diangkat menjadi karyawan tetap setelah bekerja lebih 5 tahun di perusahaan itu. Beberapa bahkan 9 tahun bekerja atau sejak awal perusahaan berdiri. Terlebih, PHK atas permintaan manajemen seharusnya mendapat kompensasi dua kali ketentuan.
Pemogokan selama dua bulan berhasil meningkatkan posisi tawar buruh. Selama pemogokan, buruh anggota Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia itu melakukan blokade terhadap upaya perusahaan mengeluarka aset karena masih terjadi sengketa hak. Ketika truk perusahaan tampak masuk, federasi-federasi lain di KPBI dan jejaring mahasiswa bahkan turut membantu memperkuat blokade. Tidak hanya itu, buruh juga sempat berhadap-hadapan dengan preman.
Seusai perundingan, Koordinator lapangan pemogokan Marsono Syaifullah menjelaskan pemogokan itu meningkatkan nilai kompensasi menjadi jauh lebih tinggi dari tawaran perusahaan. Nilai kompensasi tersebut bahkan lebih tinggi dari anjuran Suku Dinas Tenaga Kerja Jakarta Utara yang para buruh anggap tidak sesuai dengan UU Ketenagakerjaan 13/2003.
Tidak hanya itu, manajemen juga bersedia membayarkan kompensasi atas cuti tahunan para buruh. Selama bekerja, buruh tidak pernah mendapatkan izin untuk mengambil cuti tahunan. “Maksimal per tanggal 12 akan mendapat transferan. Sudah meliputi pesangon dan cuti tahunan,” kata Syaifullah.
Menyisihkan sebagian Buah Perjuangan untuk Solidaritas
Syaifullah mengaku ia bersyukur bisa berjuang bersama Federasi Buruh Lintas Pabrik. “Kalau kita datang dengan pengacara, minta uang dulu. 5 juta, 3 juta,” jelasnya. Kebalikan dengan pengacara, Syaifullah menerangkan FBLP bersedia menganggarkan sumber daya, baik materil dan non-materiil, untuk memperjuangkan para buruh.
Sebagai ungkapan terima kasih, para anggota FBLP-KPBI di PT Hansae Indonesia Utama bahkan bersedia menyisihkan hingga 8 persen dari total kompensasi untuk dana pembelaan buruh di federasi. “Uang ini tidak untuk membeli handphone Xiaomi baru bagi bu Jum (ketua federasi.red) atau motor baru. Tidak juga untuk ngontrak di tempat yang lebih luas. Ketika kita menghasilkan, sebagian dikembalikan supaya FBLP bisa advokasi kawan-kawan kita di perusahaan lain,” jelasnya.
Para buruh juga mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan pada berbagai pihak. Selama mogok, buruh dari berbagai bendera, mulai Konfederasi KASBI hingga KSPSI memberikan dukungan. Bahkan, sejumlah anggota AKMI, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), dan KPBI rela untuk tidak mudik lebaran untuk memberi kesempatan buruh merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
Tidak Kapok Berserikat
Terkait kemenangan itu, Ketua Umum FBLP Jumisih menyerukan agar menyebarkan kabar tersebut. “Kemenangan harus disampaikan supaya buruh semangat berjuang dan berserikat,” katanya di tenda pemogokan di KBN Cakung, Jakarta Utara.
Sementara, anggota FBLP PT Hansae Dewi Astuti mengatakan ia tidak kapok aktif di serikat buruh. Menurutnya, perjuangan bersama serikat memberinya banyak pelajaran, terutama soal persatuan dan solidaritas. “Alhamdulilah sudah pencapaian besar. Hikmahnya buat saya kebersamaan, menjadi satu keluarga,” ujar buruh bagian sewing tersebut.
Buruh yang sudah 9 tahun bekerja ini menjelaskan sebelum berserikat ia tidak mengenal secara dekat kawan-kawannya satu pabrik. “Saya kenal semua tapi baru ini saling berkumpul, kehangatan baru ini,” ujarnya dalam sambil terharu.
Selain kebersamaan, para buruh juga menjadi lebih berani dan partisipatif. Selama ini, anggota FBLP PT Hansae yang kebanyakan perempuan dikonstruksi oleh sosial untuk pasif dan penurut. Setelah berserikat dan berjuang, mereka kini berani mengemukakan pendapat dan pertanyaan di tengah-tengah rapat.
Menjelang penutupan rapat, para buruh juga menegaskan mereka akan tetap membangun FBLP setelah perjuangan di Hansae 3 selesai. “Tidak kapok berserikat,” terang Dewi sambil tersenyum bangga.
Perwakilan Departemen Pengembangan Organisasi KPBI Abdul Rosid dalam rapat tersebut menegaskan buruh yang nantinya bekerja di perusahaan lain sangat berpeluang memperluas organisasi. “kita sudah punya konfederasi. nanti ada yang ke Medan. Di Medan bekerja di satu pabrik. pingin berorganisasi. Kita punya KPBI. Bisa ditangani KPBI,” katanya.