Helen, Belajar Dari Anne, Guru Luar Biasa
Helen Keller awalnya seorang non difabel, terlahir di Tuscumbia, Alabama pada 1880. Di usia 19 bulan, ia diserang penyakit yang menyebabkannya buta dan tuli. Ia menjadi frustasi karena kesulitan berkomunikasi, sering marah, dan sulit diajar. Orang tua Helen hampir saja menyerah menghadapi sampai suatu saat mereka mempercayakan Helen ketika menginjak usia 7 tahun kepada seorang guru bernama Anne Sulivan. Akhirnya, Anne pun menjadi guru pribadi dan pembimbing Helen.
Anne sendiri adalah seorang guru perempuan lulusan Sekolah Perkin untuk tuna netra. Anne tidak seberuntung Helen, ia terlahir dari keluarga imigran Irlandia miskin, ia bersekolah di Perkin di usia 14 tahun setelah menjalani masa 4 tahun yang sulit. Sejak kecil, Anne mengalami permasalahan dengan penglihatannya dan sempat menjalani beberapa operasi mata hingga akhirnya penglihatannya semakin memburuk dan akhirnya benar- benar buta di kemudian hari.
Anne berhasil mendidik Helen karena ia meyakini, mendidik Helen haruslah dengan cinta dan kasih. Ia melihat kebutuhan disiplin tapi tidak kasar. Hasilnya, dalam seminggu semenjak kedatangannya, ia meminta ijin supaya membolehkannya membawa Helen tinggal bersamanya di sebuah pondok dekat rumah orang tua Helen. Di sana, Helen dan Anne tinggal selama dua minggu.
Anne pun memulai tugasnya mendidik Helen dengan secara manual memberikan tanda ke tangan anak itu. Anne membawa sebuah boneka ke Helen dan menuliskan kata boneka di telapak tangan Helen. Dengan cara itu, Helen berharap bisa mengajarinya bagaimana menggambarkan segala benda di sekitarnya dengan huruf. Dengan cepat, Helen mempelajari bentuk – bentuk huruf dengan benar dan dengan cara yang benar, tapi ia tidak tahu bagaimana mengejanya.
Kata pertama yang dikenal Helen adalah AIR. Ini bermula ketika Anne kebingungan bagaimana memberi pemahaman ke Helen tentang perbedaan antara mug, susu dan meminum (kata kerja). Akhirnya, Anne membawa Helen ke pompa air dan meminta Helen menengadahkan tangannya ke air yang keluar dari pompa. Berkali – kali Helen menuliskan kata AIR di telapak tangan gadis itu sampai ia mengerti dan memahami arti air dan minum air. Setelahnya, dengan cepat, Helen belajar kata – kata lain. Di malam hari setelah mengenal kata air, Helen bisa mengenal hingga 30 kata. Sampai Helen pun bisa menguasai kata alphabet yang ia pelajari dengan menggunakan kertas cetak untuk menulis dan membaca bagi orang buta.
Sejak itu, Helen juga sudah bisa menulis meski bentuk hurufnya agak bulat bentuknya.Tapi tulisannya tetap dengan mudah terbaca.Pada tahun 1890, saat Helen berusia 10 tahun, ia bersemangat untuk bisa berbicara; Anne pun mengajak Helen mengunjungi Sarah Fuller di sebuah sekolah bagi tuna rungu bernama Horas Man, di Boston. Sarah kemudian memberikan 11 pelajaran berbicara kepada Helen.
Sepanjang hidupnya, Helen menyisakan ketidakpuasan dengan suara yang keluar dari mulutnya ketika berbicara, yang masih sulit dipahami. Kemampuan Helen dan keahlian unik gurunya dikenali oleh Alexander Graham Bell dan Mark Twain, dua tokoh besar di Amerika. Mark Twain berujar “Dua karakter paling menarik di abad 19 adalah Napoleon dan Helen Keller”
Kedekatan Helen dan Anne menimbulkan dugaan bahwa gagasan Helen bukanlah hasil dari pemikirannya sendiri. Seperti ketika Helen berusia 11 tahun, ia dituduh melakukan plagiarism atau meniru. Baik Bell maupun Twain, yang adalah teman dan pendukung Helen dan Ane, membela kedua guru dan murid itu.
Belajar Membaca, Menulis dan Berbicara Hingga Menimba Ilmu Hingga Perguruan Tinggi
Di usia yang sangat muda, Helen masuk kuliah. Pada tahun 1898, ia kuliah di Sekolah kambrig bagi perempuan muda untuk bersiap diri ke Universitas Radklif. Ia masuk ke Universitas Radklif pada tahun 1900 dan menerima gelar Sarjana Seni secara kumlaud pada tahun 1904. Ia adalah sarjana buta dan tuli yang pertama.
Capaian Helen adalah capaian Anne. Di saat yang sama, penglihatan Anne makin memburuk dan sulit membaca berbagai karya yang biasanya ia tuliskan di tangan Helen dengan jari jemarinya. Namun, Anne terus berupaya melakukannya hingga ajal menjemput pada tahun 1936. Setelah kematiannya, Polly Thomson mengambil alih tugasnya. Sebelumnya,tahun 1914, Polly adalah sekretaris Anne
Ketika masih berkuliah di universitas radklif.Helen memulai karir menulisnya yang terus berlanjut sepanjang hidupnya.Pada tahun 1903, otobiografinya berjudul “Kisah Hidup Ku”, dipublikasikan dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa.
Tak hanya menjadi sastrawan, Helen juga menjadi aktivis social politik. Di usianya yang amat muda ia berniat menjadi penulis untuk menyuarakan kebenaran. Ia pernah memprotes kebijakan Amerika Serikat terlibat dalam Perang Dunia I. Sebagai seorang sosialis, ia memperjuangkan hak – hak buruh. Tanpa mengenal lelah, ia terlibat dalam perjuangan hak pilih perempuan dan menjadi anggota Serikat Sipil untuk Kebebasan.
Helen juga bergabung ke AFB, sebuah Yayasan untuk Tuna Netra pada tahun 1921 dan bekerja untuk organisasi tersebut selama lebih 40 tahun. Yayasan ini mempunyai sebuah platform global untuk mengadvokasi kebutuhan mereka yang kehilangan penglihatan.Sebagai hasilnya, di hampir seluruh Amerika Serikat, terbentuk pusat rehabilitasi untuk tuna netra, dan fasilitas bagi tuna netra di sekolah – sekolah.
Helen sangat bangga atas apa yang ia kerjakan, terutama kepada tuna netra dan tuna rungu. Ia sangat tertarik memperjuangkan kesejahteraan tuna rungu dan tuna netra di negeri – negeri termasuk negerinya sendiri, dimana kondisi perang telah mengakibatkan kemiskinan.
Keliling Dunia untuk Menyuarakan Hak Difabel dan Perempuan
Kemampuan Helen berempati pada tiap warga Negara sama besarnya dengan kemampuannya bekerja dengan pimpinan dunia untuk menyusun kebijakan global bagi mereka yang kehilangan penglihatan. Partisipasi aktifnya dimulai pada tahun 1915, ketika Yayasan Korban Perang Yang Buta, yang kemudian disebut Pers Braile Amerika, didirikan.Ia menjadi anggota badan direkturnya yang pertama.
Pada tahun 1946, saat Pers Braile Amerika menjadi Yayasan Dunia untuk Tuna Netra (sekarang bernama Yayasan Helen Keller Internasional), Helen ditunjuk menjadi konselor hubungan internasional.Sejak itu, Helen melakukan tour ke seluruh dunia, tentang hilangnya penglihatan.
Selama tujuh perjalanan yang dijalaninya antara tahun 1946 sampai 1957, ia mengunjungi 35 negara di 5 benua. Ia berjumpa dengan para pimpinan Negara seperti Winston Churchil, Nehru dan Golda Meir
Pada tahun 1948, ia dikirim ke Jepang sebagai Duta Besar Amerika pertama. Kunjungannya ini terhitung sukses; lebih dari dua juta penduduk Jepang menyambutnya dan kemunculannya menarik perhatian warga difabel Jepang, terutama tuna rungu.
Pada tahun 1955, saat ia berusia 75 tahun. Ia melakukan perjalanan terpanjang yaitu 40 ribu mil, 5 bulan, di sepanjang Asia.Dimana pun ia berkunjung, ia menimbulkan keberanian bagi jutaan tuna rungu dan banyak usaha untuk meningkatkan kondisi mereka yang kehilangan penglihatan.
Helen dikenal seluruh dunia, hingga akhir hayatnya pada tahun 1968.Ia dihitung sebagai salah satu pemimpin di akhir abad 19 dan awal abad 20. Posisinya berada di antara Eleanor Rosevelt, Albert Einsten, Emma Goldman dll.
Penghargaan pun banyak ia terima. Ia menerima gelar doktoral honor dari Universitas Harvard di Amerika Serikat; Universitas Berlin dan Glasgow di Eropa; Universitas Delhi di India; dan Universitas Witwatersrand di Afrika Selatan. Ia juga menerima Penghargaan Akademi pada tahun 1955 sebagai inspirasi untuk dokumenter tentang hidupnya, Helen Keller di dalam kisahnya itu.