Aku gadis Lubuk linggau (Palembang). Aku punya empat saudara di dalam Keluarga aku, sebagai anak pertama dengan tiga adik lelaki. Aku dinamai, Thika. Ayah dan emakku seorang petani kopi. Setiap hari aku dan adik – adikku ditinggal terus karena kedua orang tuaku seharian pergi ke kebun. Tak jarang, orang tuaku juga sering tidur di kebun karena jarak kebun dan rumahku sangat jauh.
Pada tahun 2008, aku ikut saudara merantau ke Jakarta. Dulu, aku pikir di Jakarta banyak pohon duit. Nyatanya, di Jakarta nggak ada pohon duit. Kalau mau duit harus kerja banting tulang dulu baru dapat duit yang jumlahnya tak seberapa. Hari demi hari aku keliling KBN Cakung untuk mencari pekerjaan. Walau aku punya ijazah SMA, ternyata belum cukup buat bekal mencari pekerjaan. Tapi, aku tidak putus asa. Setiap hari, aku selalu mencari pekerjaan di KBN Cakung.
Alhamdulilah, akhirnya aku diterima di salah satu perusahaan di KBN cakung, tepatnya di PT WOIN, tetapi sebagai borongan. Aku pikir bekerja di dalam sana sangat bangus, tetapi aku sangat terkejut. Di balik gedung pabrik yang kokoh itu, banyak hal menakutkan bagi diri ini yang belum berpengalaman bekerja. Akhirnya, aku tidak betah bekerja dan memutuskan mengundurkan diri saja.
Di tahun 2013, aku diterima di PT POONG IN INDONESIA. Di sana lah, aku berkerja selama 6 tahun. Di sana juga aku mencari duit untuk diriku sendiri, untuk kebutuhan hidupku di Jakarta. Sedih, tawa, gembira selalu aku dan teman – teman lewati besama. Paling sedih adalah saat ‘miss jenong’ marah – marah sama anak QC. Kami dilempar baju, katanya hasil checking kami tidak becus sehingga perusahan rugi besar. Waktu aku masih kerja di PT. POONG IN, banyak sekali kejadian yang tidak mengenakkan dan banyak teman – temanku, termasuk aku sendiri dilecehkan. Dari pipi dielus, tangan digenggam, pantat dipukul, pundak dirangkul, bahkan pura – pura tidak sengaja menyenggol payudara kami. Tadinya itu aku anggap cuma bercanda sesaat, kini aku mengerti bahwa itu adalah pelecehan seksual. Hal itu aku ketahui semenjak sering terlibat diskusi di Posko Pembelaan Buruh Perempuan. Kini, aku jadi relawan posko.
Aku bangga bisa menjadi bagian relawan Posko Pembelaan Buruh Perempuan di KBN cakung. Setiap pulang kerja, aku selalu mampir di Posko yang terletak di belakang dekat bundaran KBN. Aku tidak bosan dan selalu bertanya ke Bunda Sultinah sebagai koordinator posko, tentang apa saja betuk – bentuk pelecehan seksual itu. Bunda juga banyak mejelaskan pelecehan itu bentuknya banyak sekali. Mulai dari disiul – siul, tatap mata nakal dan lain – lainnya. Sebagai relawan posko banyak sekali pengaduan tentang pelecehan, kekerasan dalam rumah tangga dan yang lain – lainnya. Hampir setiap hari, aku bersama teman – teman relawan yang lain bertemu di posko. Alhamdulilah, Posko Pembelaan Buruh Perempuan selalu ada kegiatan – kegiatan berguna untuk kesehatan buruh perempuan di KBN. Ada diskusi tentang BPJS, kanker serviks, dan bagaimana mencegah keguguran bagi setiap ibu hamil di perusahan tempat mereka bekerja.