Tulisan ini dibuat berdasarkan laporan atau pengaduan dari buruh di KBN Cakung.
…..Namaku Ira (bukan nama sebenarnya), perempuan dewasa, sudah menikah dengan satu anak. Bekerja sebagai buruh pabrik sejak 5 tahun lalu, di sebuah kawasan Industri Garment, Kawasan Berikat Nusantara (KBN Cakung) Jakarta Utara.
Kupikir bukan karena takdir, aku menjadi seorang buruh Pabrik. Tapi karena kondisi kemiskinan di keluargaku yang mengkondisikan aku untuk merantau dari Lampung ke Jakarta. Apalagi sejak Bapakku meninggal 2 tahun lalu, aku harus menghidupi Ibuku yang sudah tua dan sakit-sakitan.
Lima tahun keluar masuk pabrik, karena sistem kerja kontrak. Tapi ini adalah Pengalaman yang paling tidak aku suka. Tanggal 2 Desember lalu aku masuk bekerja di PT Fuku Benang Sari, aku bekerja dengan tekun dan penuh semangat. Bahkan tak jarang lembur malam, termasuk hari Sabtu dan Minggu. Aku berpikir, kalau aku rajin, aku akan mendapatkan upah yang besar, untuk anakku, untuk ibuku juga. Senangnya nanti tanggal 5 bulan depan aku akan gajian pertama di pabrik, tempat aku bekerja ini, PT Fuku Benang Sari.
Ternyata yang kubayangkan, jauh dari kenyataan. Tanggal 5 Januari lalu, aku mendapat pengumuman bahwa gajian diundur tanggal 10 Januari karena Pengusaha belum mendapatkan uang. Hatiku sedih karena susu anakku sudah habis, aku juga harus kirim uang ke Ibuku di Lampung dan aku harus membayar kontrakan Rp 400.000,- bulan ini. Gimana ini?
Dengan sabar, aku menunggu tanggal 10 Januari, tapi apa yang terjadi di tanggal 10 januari? Atasanku (Pengawas) memberitahukan kepada karyawan bahwa upah kita diundur tanggal 20 Januari. Ooohhhh makin panjang deretan penderitaan untuk anakku, aku ingin anakku tetap sehat. Ya sudah kuputuskan untuk mencari pinjaman kesana kemari tapi nggak dapat pinjaman, akhirnya aku masuk dalam daftar “korban rentenir”. Padahal aku termasuk perempuan yang sangat tidak mau berutang ke rentenir. Yach….. apa boleh buat, demi anakku, apapun akan ku lakukan.
Tanggal 20 Januari tiba, aku tetap dengan aktifitasku bekerja, juga teman-temanku. Dengan harap-harap cemas, semoga hari ini benar-benar gajian. Sampai jam istirahat siang berlalu, pertanyaan berkecamuk di batinku, karena belum juga ada pengumuman gajian. Teman-temanku mulai resah, aku juga ikut resah, cemas, kuatir. Hingga jam 4 sore belum ada kepastian tentang gajian, teman-temanku lelah penuh memendam kemarahan, Akhirnya malas bekerja dan tidak ada yang bekerja hingga jam pulang kerja.
Esok harinya, teman-temanku mogok kerja, dan tidak ada yang masuk ke ruang produksi. Bingung bagaimana meminta gaji kami kepada pengusaha. Kami duduk-duduk di depan pabrik, tak tahu harus melakukan apa. Hingga ada seorang laki-laki yang ingin membantu kami untuk menemui Pengusaha, memintakan gaji kami. Rasanya seperti kedatangan dewa penolong. Kami ikuti pengarahan dari bapak itu. Tapi ternyata, setelah Bapak itu keluar dari ruang kantor di PT Fuku Benang Sari dan memberikan penjelasan kepada kami, katanya perusahaan belum mendapatkan uang, jadi sementara kami akan di upah 1 juta dulu per orang. Yach…. Apa boleh buat. Gaji itupun kami terima dengan sangat terpaksa.
Teman-temanku sudah tidak mau lagi bekerja di pabrik itu lagi, pabrik busuk katanya. Bapak yang kemarin menolong tidak pernah terlihat lagi, kemanakah gerangan dia?
Sedih rasanya, dari tanggal 2 Desember sampai tanggal 20 Januari, aku bekerja penuh, tapi upahku hanya Rp 1 juta Kemana sisa upahku yang lain? Kemana teman-temanku yang lain? Kemana petugas Dinas Tenaga Kerja? Tahukah para pejabat itu kondisi kami-kami ini,
Di tulis oleh Jumisih – Ketua Umum Federasi Buruh Lintas Pabrik, berdasarkan kisah nyata.