Sajak untuk Atma

 

Bila memang waktu sudah tidak berarti,
Dan hidup sudah tiada lagi,
Dan kematian menghampiri,
Maka hiduplah dalam ketiadaanmu,
Hiduplah dalam matimu.

Selamat jalan kamerad,
Selamat jalan pejuang kemanusiaan,
Dibelakangmu menyertai doa-doa suci dari para petani Kendeng, dan rakyat tertindas lainnya.

Tenang saja, perjuanganmu akan kami teruskan..
Hidup ini akan berarti jika kita bisa membela yang lemah, seperti yang kau lakukan.
Meski resiko mati terkadang menghantui.
Tapi itulah hidup, kawan
Kita harus siap menghadapinya.

Walau aku tak mengenalmu, tapi kau lah kawanku
Beristirahatlah dengan tenang disana,
Dalam puing rasa sedih meratapi hidup,
Dan tetes air mata
Aku menulis puisi ini untukmu..

Selamat jalan, kawan..
Kau telah menunjukkan apa yang harus dilakukan sebagai manusia,
Dan kau sudah membuktikan apa yang seharusnya dilakukan seorang pengacara.
Kami semua menghormatimu dan mendoakanmu.
Semoga Tuhan menyertaimu dan menerimamu di sisi-nya.
Selamat tinggal..
Yogyakarta, 24 oktober 2016

Restu (fpbi-kpbi Yogyakarta)

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Mimpi Buruk Penyesuaian Upah

Untuk ke sekian kalinya, Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia menerbitkan kebijakan terkait pandemi, yaitu Kepmen No. 104/2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Hubungan Kerja Selama Masa Pandemi COVID 2019.

Pernak – Pernik Kerja di Konveksi

Dulu, aku  buruh garment. Bertahun- tahun aku bekerja di sana dan tiba saatnya perusahaan tempatku berakhir tutup.  Aku pun mencoba bekerja di konveksi dengan produksi

PENDIDIKAN DASAR KONVENSI ILO-190

Oleh: Dian Septi Trisnanti Weekend di akhir Juni kali ini, berbeda dengan weekend pada biasanya. Bila biasanya teman – teman buruh anggota Federasi Serikat Buruh

kisah kerja

hmm.. ada ceria di tempat kerja saat teman berbagi cita-cita saat terbahak karena tingkah jenaka ingat kan, saat ada senyum dalam lelah kita itu? kisah