Search
Close this search box.

Pemutaran “Angka Jadi Suara” di Pulau Dewata

Denpasar – Selasa (9/5/2017), Berangkat dari keinginan untuk membangun kesadaran di kalangan mahasiswa mengenai persoalan kekerasan seksual yang dialami oleh buruh perempuan dan perempuan pada umumnya, film Angka Jadi Suara menjadi awal untuk mengajak mahasiswa Universitas Udayana berdialog tentang masalah yang dihadapi buruh perempuan. Film yang mengangkat perjuangan buruh perempuan di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung dalam melawan kekerasan seksual memberikan gambaran kepada mahasiswa bahwa persoalan yang dihadapi buruh tidak hanya persoalan upah yang rendah, persoalan tunjangan kesehatan, persoalan PHK, persoalan sebagai buruh kontrak, dan banyak lainnya yang biasanya mereka dengar di media massa, namun sebagai buruh perempuan ada persoalan lain yang setiap hari bisa jadi dialami oleh buruh perempuan, yaitu kekerasan seksual di tempat kerja.

Bertempat di Gedung B FISIP Universitas Udayana, acara pemutaran film Angka Jadi Suara dan dialog bersama buruh perempuan melawan kekerasan seksual telah terlaksana dengan sukses pada hari Selasa, 9 Mei 2017, yang dimulai pukul 19.30 WITA. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama yang baik dari berbagai pihak antara lain Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP), Perempuan Mahardhika, dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Udayana. Dengan dihadiri sebanyak 29 orang mahasiswa dan dosen yang menunjukkan antusiasnya terhadap pemutaran film ini, dialog yang dilakukan begitu atraktif dimana peserta mendapat banyak informasi baru mengenai kondisi buruh dan dapat saling berbagi pendapat tentang pesan yang disampaikan dalam film dan bagaimana kontribusi mahasiswa untuk dapat berjuang bersama melawan kekerasan seksual.

Anang, ketua BEM FISIP UNUD, setelah menonton film Angka Jadi Suara menyampaikan bahwa dia tidak terpikir awalnya bahwa apa yang didapatkan buruh perempuan di tempat kerja seperti yang dipaparkan dalam film. Peserta lainnya menanyakan mengapa perempuan yang selalu disalahkan ketika terjadi pelecehan seksual, apakah ada poin tentang hak-hak buruh khususnya terkait pelecehan seksual yang dicantumkan dalam kontrak kerja, apakah pemasangan plang Bebas Pelecehan Seksual yang dibuat itu efektif, dan beberapa pertanyaan lain terkait dengan kehidupan buruh, gerakan buruh, dan gerakan perempuan.

Dalam kesempatan itu, Jumisih yang hadir sebagai narasumber yang merupakan ketua FBLP dan produser film Suara Jadi Angka, menjelaskan banyak hal terkait film dan menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta. Terkait dengan pemasangan plang yang menyatakan PT. KBN Kawasan Bebas Kekerasan Seksual, Jumisih menyampaikan bahwa ini merupakan satu kemenangan dan cara yang dapat menjadi peringatan bagi pengusaha untuk hati-hati dalam memperlakukan buruhnya karena ini sudah diatur berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.03/MEN/IV/2011. Selain itu, telah dibentuk pula Komite Perempuan yang aktif mengkampanyekan kawasan pabrik bebas kekerasan seksual.

Setiap perusahaan yang ada biasanya memiliki code of conduct, sehingga ketika mereka melanggar atau abai terhadap hak buruh atau pekerjanya, maka bisa menjadi pertimbangan bagi perusahaan lain yang berkerja sama dengan perusahaan tersebut ataupun stakeholder untuk menghentikan kerjasama dengan perusahaan tersebut. Tentang hak-hak buruh telah ada tercantum dalam kontrak kerja, dan dalam code of conduct perusahaan diatur bagaimana perusahaan harus mempunyai etika baik terhadap buruh termasuk terkait dengan tidak melakukan kekerasan seksual, jelas Jumisih.

Harapannya mahasiswa dapat kritis untuk melihat masalah-masalah sosial yang terjadi, bahwa kasus kekerasan seksual bukanlah masalah yang jauh dari kehidupan mahasiswa, karena kekerasan seksual juga terjadi di rumah, kampus, komunitas, atau tempat kerja lainnya. Mengapa masih ada yang tidak melawan? Karena mereka belum tahu bentuk-bentuk kekerasan seksual, menganggap bahwa ketika membahasnya adalah aib, dan takut atau belum berani. Sebagai mahasiswa haruslah melek dalam melihat masalah sosial dan sensitif untuk menjadi gelisah dan bergerak. Karena ketika dirimu merasa baik-baik saja, namun ada orang yang tidak baik-baik saja sepertimu, artinya dunia ini sedang tidak baik-baik saja.

Dalam acara ini pula hadir salah satu dosen sosiologi Universitas Udayana, Gede Kamajaya, S.Pd.,M.Si., yang secara teoritis menjelaskan tentang perjuangan buruh dan bagaimana kapitalisme saat ini merasuki setiap sendi kehidupan dan mampu beradaptasi setiap waktu.

Dalam penutupnya, Jumisih berharap teman-teman mahasiswa yang beruntung dapat menikmati pendidikan tinggi dan mempunyai pengetahuan yang banyak, mau juga untuk berbagi pengetahuannya dengan rakyat yang sedang tertindas dan menderita. Datanglah ke petani miskin, nelayan, buruh, ataupun rakyat yang sedang berjuang lainnya, bukan sebagai dewa namun bantulah agar mereka percaya diri dan bersama-sama berjuang.

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

KONSOLIDASI BAWAH POHON

Kita sebut ini dengan nama “Bawah Pohon”, ini adalah tempat makan siang buruh-buruh di KBN Cakung, di bawah pohon sekitaran pabrik, karena kantin tidak cukup

KPU Harus Serius Berbenah Demi Pemilu yang Inklusif dan Aman Bagi Perempuan

Mike Verawati Tangka, Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) menuturkan, sanksi pemberhentian tetap adalah keputusan terbaik untuk menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan menjadi pesan yang tegas bahwa tidak ada ruang ataupun toleransi bagi pelaku untuk menjadi bagian dari penyelenggara pemilu di Indonesia. 

Cermin

Cermin, biasa dibutuhkan untuk bercermin, ia berguna untuk melihat diri kita sendiri. Cermin diambil sebagai judul sebuah talkshow untuk mengenal tubuh dan kesehatan reproduksi perempuan

Jam Molor Peradilan Sesat

dari kiri ke kanan, Ibnu Basuki Widodo, Suradi dan Djaniko. Ketiganya adalah majelis hakim peradilan sesa/dev.marsinah.id Oleh Ambar Angka jarum jam di ruang sidang menunjuk