Negeri Suram

Oleh: Dewi Febriani

Coba lihat kami sebentar saja!
Coba dengar kami sejenak!
Aspirasi kami, kritik kami!

Apa arti negara demokrasi?
Jikalau,
Suara kami tak di dengar!
Rintihan kami tak di hiraukan! Mulut Dan tindakan kami dibungkam!!
Seolah-olah mereka (pemerintah) TULI!

Adu domba dimana-mana
Diskriminasi merjalela
Mereka seperti haus kekuasaan
Mereka hanya haus nominal

# Itulah yang kami rasa, kami alami di pabrik ,
Upah kami dipangkas,
Lembur paksa tanpa bayar,
Karena target tidak masuk akal

Hak-hak rakyat direbut
Diri ini benar-benar di telanjangi oleh wakil rakyat sendiri!

# Generasi kami akan jadi buruh kontrak seumur hidup,
Pesangon dipangkas,
PHK sangat diberi ruang,
Lalu apa namanya, kalau bukan Perbudakan di negeri sendiri??

 

Harus seperti apa lagi kami merintih?
Haruskah terus seperti ini?
Tidak !!!
Jiwa kami tetap tegak Tuan, Puan!!

Masih pantaskah kalian menjadi wakil rakyat kami?
Lalu, sampai kapankah kalian hanya berlindung di balik dinding istana?
Di balik dinding DPR?
Dibalik kemunafikan?

Ketika rintihan kami berubah menjadi amarah!
Ketika suara dan jiwa kami berteriak memberontak,
Hanya ada 1 kata, 1 tindakan.

LAWAN!!!

Jakarta, 18 Oktober 2020

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Perempuan Pembela Kendeng, Rembang

Ayo berikan solidaritasmu, serentak di 27 Maret 2015 “Bagaimana menghadapi aparat yang terus melakukan intimidasi dan diskriminasi ? aparat yang seharusnya melindungi tapi justru berbelok

Jam Molor Peradilan Sesat

dari kiri ke kanan, Ibnu Basuki Widodo, Suradi dan Djaniko. Ketiganya adalah majelis hakim peradilan sesa/dev.marsinah.id Oleh Ambar Angka jarum jam di ruang sidang menunjuk