Mogok Makan Sebagai Metode Juang

Mogok makan bukan hanya tindakan menolak untuk makan. Ia adalah cara melawan dengan menggunakan tubuh sebagai medium perlawanan. Melalui mogok makan, mereka sedang merebut kembali otoritas atas tubuh mereka dari penguasa yang mengekang fisik mereka melalui pemenjaraan.

Beberapa saat lalu, Syahdan, admin akun IG Gejayan Memanggil yang ditahan kepolisian, melakukan aksi mogok makan. Ia menuntut pembebasan semua tahanan politik dalam momen demonstrasi 25 – 31 Agustus 2025. Aksi tersebut kemudian diikuti oleh 15 tahanan politik lainnya sebagai bentuk aksi kolektif.

Aksi ini sekaligus menyuarakan protes mereka terkait kriminalisasi, pembatasan kebebasan dan intimidasi terhadap para demonstran. Padahal, setiap warga negara berhak atas kebebasan berpendapat dan berkumpul yang seharusnya dilindungi oleh hukum yang berlaku. Namun, sebagaimana yang diketahui, aksi protes justru dianggap sebagai ancaman, bahkan terorisme. Belakangan, aparat kepolisian menyita buku para tahanan politik sebagai alat bukti.

Mengapa Mogok Makan?
Mogok makan bukan hanya tindakan menolak untuk makan. Ia adalah cara melawan dengan menggunakan tubuh sebagai medium perlawanan. Melalui mogok makan, para pejuang mogok makan sedang merebut kembali otoritas atas tubuh mereka dari penguasa yang mengekang fisik mereka melalui pemenjaraan.

Selain itu, mogok makan merupakan simbol ‘menolak tunduk’ terhadap kekuasaan dengan merenggut senjata biologis terakhir – yaitu, tubuh dan nyawa. Ini lah menunjukkan mogok makan sebagai tindakan politik yang serius dan bermakna.

Mahatma Gandhi sendiri pernah menyatakan, bahwa mogok makan merupakan bentuk aksi non kekerasan terhadap kekuasaan yang banal. Salah satunya adalah kekuasaan kolonialisme.

Jejak Sejarah Aksi Mogok Makan
Pilihan metode juang mogok makan bukan hal baru dalam menyuarakan protes. Mogok makan, dalam sejarahnya merupakan simbol perlawanan baik di Indonesia maupun di dunia.

Aksi mogok makan sendiri pertama kali dilakukan oleh pejuang hak pilih perempuan (suffragate) yang ditahan pada tahun 1909 di Inggris. Sebagai reaksi balasan, kepolisian memaksa mereka menelan makanan. Setidaknya, para pejuang hak pilih perempuan tersebut dicekok paksa lebih 200 kali. Cerita itu tersebar luas di luar penjara dan memantik kemarahan publik terhadap aparat kepolisian. Protes itu kemudian mendorong munculnya Undang – Undang Kucing dan Tikus, dimana para tahanan yang mogok makan bisa dilepaskan, tapi bisa ditangkap kembali kemudian. Hal ini menunjukkan aksi mogok makan bisa meluaskan tuntutan, menghadirkan solidaritas publik sehingga memantik perjuangan selanjutnya sampai hak pilih perempuan bisa diraih.

Tradisi mogok makan sebagai bentuk protes juga mengalir di nadi para pejuang kemerdekaan Irlandia Utara (1989), Bobby Sands dan tahanan IRA melakukan mogok makan sebagai simbol nasionalisme. Bobby Sands, yang waktu itu berusia 27 tahun, tewas kelaparan di penjara dan kematiannya memicu gelombang perlawanan yang lebih besar.

Di Indonesia, dalam sejarahnya pernah terjadi beberapa kali aksi mogok makan. Pada Februari – Maret tahun 1998 misalnya, mahasiswa filsafat UGM melakukan aksi mogok makan dengan mendirikan tenda di halaman fakultas untuk menyikapi rapat umum MPR tahun 1998 yang kembali mencalonkan Suharto sebagai presiden. Tuntutan utama yang diusung pun merupakan tuntutan yang sensitif kala itu, diantaranya Cabut Dwifungsi ABRI, Cabut 5 UU Politik Orde Baru,Tolak Soeharto terpilih lagi sebagai presiden. Selain itu, aksi Tenda Keprihatinan dan Mogok Makan itu kemudian melahirkan organisasi bernama KPRP (Komite Perjuangan Rakyat untuk Perubahan) yang meski sesaat, merupakan elemen penting gerakan reformasi 1998.

Berdasarkan tulisan Nining Wahyuningsih, dalam Komite Perjuangan Rakyat untuk Perubahan (KPRP): Mendongkel kursi sang tiran, aksi mogok makan mahasiswa filsafat UGM berhasil menjadi magnet bagi gerakan mahasiswa di Yogyakarta yang menambah eskalasi perlawanan terhadap Orde Baru. Posko mogok makan berkembang menjadi basecamp perlawanan yang menampung aktivitas diskusi politik, solidaritas, dan mobilisasi lintas kampus serta komunitas. Setiap Minggu pagi, aksi makin dikenal publik lewat SanMor (Sunday Morning) di sekitar UGM, karena banyak warga melihat spanduk dan bisa menulis unek-unek di kain yang disediakan. Aksi ini berhasil memecah kebisuan kampus dan memantik gelombang dukungan luas dari mahasiswa, pelajar, seniman, hingga masyarakat.

Mogok Makan Filsafat UGM (23 Februari – 9 Maret 1998) merupakan titik balik. Dari aksi keprihatinan mahasiswa menjadi gerakan politik radikal dengan tuntutan anti-Soeharto, yang kemudian meluas ke seluruh Yogyakarta dan nasional.

Mogok Makan Sebagai Metode Juang dan Pemantik Solidaritas
Mogok makan sebagai aksi non kekerasan dengan medium tubuh yang kelaparan melawan kekuasaan, masih menjadi pilihan juang yang relevan. Setidaknya, aksi mogok makan yang sempat dilakukan Syahdan dan kawan – kawan merupakan tindakan politis yang cukup nyaring. Melalui mogok makan, suara mereka bisa merebut perhatian publik terkait kondisi mereka dan apa yang mereka suarakan.

Di sisi lain, mogok makan menjadi strategi untuk memantik solidaritas dari luar jeruji penjara. Karenanya, dari luar penjara, beberapa kelompok pergerakan terus menerus menggelar aksi protes. Supaya penguasa bisa ditekan untuk membebaskan semua tahanan politik dan berhenti mengkriminalisasi gerakan rakyat.

Undangan ini sudah disambut oleh sejumlah gerakan sosial. Gerakan Muda Lawan Kriminalisasi menggelar aksi solidaritas terhadap Delpedro Marhaen, Syahdan Husein, Muzaffar Salim, Khariq Anhar, Laras Faizati, dan orang-orang yang dikriminalisasi pasca-rangkaian aksi massa oleh kepolisian pada Kamis (18/9/2025) di Polda Metro Jaya. Di NTT, puluhan mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam aliansi gerakan rakyat kembali menggelar demonstrasi jilid II pada Selasa (16/9/2025) menuntut pembebasan kawan-kawan mereka yang dikriminalisasi karena unjuk rasa.

Bila Syahdan dkk melawan dengan menggunakan tubuh sebagai senjata, maka di luar penjara, media sosial dan jalanan adalah senjata kita.


Referensi:
BBC. (2021, 30 April). Bobby Sands: The hunger strike that changed the course of N Ireland’s conflict. BBC News. Diakses dari https://www-bbc-com.translate.goog/news/stories-56937259?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

CNN Indonesia. (2025, 18 September). 16 aktivis tahanan demo Jakarta lakukan mogok makan di Rutan PMJ. CNN Indonesia. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20250918122959-12-1275045/16-aktivis-tahanan-demo-jakarta-lakukan-mogok-makan-di-rutan-pmj

Niland, L. (2013, 3 Mei). From the archives: Suffragettes on hunger strike. The Guardian. Diakses dari https://www-theguardian-com.translate.goog/theguardian/from-the-archive-blog/2013/may/03/suffragette-force-feeding-1913?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Redaksi. (2021, 13 Oktober). Dinamika pergerakan mahasiswa Filsafat UGM. BPMF Pijar. Diakses dari https://bpmfpijar.com/dinamika-pergerakan-mahasiswa-filsafat-ugm/

Wahyuningsih, S., & Kiswondo. (2025). Komite Perjuangan Rakyat untuk Perubahan (KPRP): Mendongkel kursi sang tiran. Yogyakarta: Buku Mojok Grup.


Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Obor Kemarahan Marsinah

Obor Marsinah/Ari/dok dev.marsinah.id   Oleh Lanang Jagad    22 tahun berlalu kematian marsinah Disiksa, Diperkosa, lalu dibunuh Marsinah hanya menuntut Apa yang harus Jadi miliknya