Mariela Castro adalah putri dari pasangan suami – istri revolusioner Kuba, Raul Castro dan Vilma Espin. Bila orang tuanya adalah aktvis gerilyawan menggulingkan diktator dan memperjuangkan Kuba jadi negeri sosialis, maka Mariela Castro melanjutkan perjuangan dengan memperjuangkan hak – hak kaum gay, lesbian, biseksual, transvestif dan transeksual (LGBT). Prinsip sosialisme menurut Mariela, setiap orang sebagai rakyat berhak terlibat dalam perubahan masyarakat menuju kesejahteraan atau keadilan sosial untuk semua tanpa diskriminasi, tanpa memandang orientasi seksual, jenis kelamin, warna kulit, agama, suku, ras dan lainnya.
Mariela, di usia 46 tahun telah menjadi Direktur CENESEX (Pusat Pendidikan Seksual Nasional) dan merupakan inisiator resolusi operasi perubahan alat kelamin dalam sistem kesehatan Kuba di pertengahan tahun 2008.
Suatu kali, Mariela pernah berkata “Partisipasi untuk seluruh rakyat adalah kunci dari sosialisme abad 21” itulah alasan kenapa Mariela begitu teguh mengusung hak LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transeksual) di negerinya, Kuba.
Pada tahun 2004, ia bertemu dengan kelompok transeksual yang membutuhkan bantuan. Kini, Mariela dikenal sebagai inisiator seperangkat kebijakan yang mendukung hak keberagaman seksual di Kuba. Baginya perjuangan hak LGBT adalah sebuah proses bagi warga Kuba untuk menyadari realita, mendengarkannya dan mempertanyakannya. “Hidup di Kuba mengajarkanku untuk tidak menjadi penerjemah realita yang simpel – simpel saja tapi lebih dari itu, jadi bagian dari realita itu sendiri, berpartisipasi di dalamnya, bahkan mencoba merubah apa yang selama ini tidak kita sukai , bahkan apa yang selama ini kita yakini, bisa berubah.”
Tentu saja ada alasan kuat mengapa Mariela menjadi pembela hak LGBT seperti sekarang ini. Terutama karena sosialisme makin butuh penyelesaian pertentangan – pertentangan dalam kelas rakyat tertindas, salah satunya dalam hal keberagaman seksual.
Ada 3 peristiwa penting yang menurut Mariela sangat mempengaruhinya. Pertama adalah ketika ia menjadi mahasiswa tahun pertama di sebuah universitas dan mengalami proses penempaan kesadaran revolusioner dalam jajaran Liga Muda Komunis. Ada yang mengganggu pikirannya dalam proses ini, yaitu masih adanya ekstrimisme dan prasangka.
Kedua adalah eksodus besar – besaran dari pelabuhan Mariel pada tahun 1980. Peristiwa ini merupakan kebangkitan luar biasa untuk melihat seberapa banyak dari kaum ekstrimis berlari ke Mariel dan banyak di antara mereka yang dihukum masih bisa memiliki hak partisipasi dalam revolusi Kuba.
Terakhir adalah “Periode Khusus” krisis ekonomi yang dimulai pada awal 1990an. “Krisis ini membuat saya berpikir ulang tentang sosialisme macam apa yang saya mau. Isu ini sangat menarik untuk melihat semua yang telah kami capai dalam 50 tahun revolusi Kuba, dengan kedaulatan lengkap dan pencarian keadilan sosial. Tapi perjalanan kami masih panjang untuk melampaui cakupan yang lebih luas.”
“Aku terus bertaruh pada sosialisme, tapi kita dituntut untuk mengatasi semua pertentangan yang terus muncul dan untuk mengidentifikasi perubahan yang dibutuhkan untuk pembangunan.” Ucap Mariela suatu saat.
Pertentangan – pertentangan dalam masyarakat tersebut menurut Mariela harus diselesaikan melalui mekanisme partisipasi. Baginya, demokrasi partisipatoris sangat fundamental, bukan hanya di tataran teori tapi juga kreasi dari mekanisme partisipasi tersebut dalam hidup sehari – hari.
“itulah pengorbanan untuk sosialisme sebagai pilihan historis dan satu-satunya cara dimana kaum muda bisa merasa mereka adalah bagian dari upaya ini, karena mereka akan berpartisipasi di dalamnya dan karena mereka bisa mengkontribusikan pendapatnya, menjadi lebih peduli dan kritis.”
“Kita perlu menciptakan kesempatan dimana kaum muda bisa menjadi bagian dari realita yang telah ditemukan dan diciptakan, satu yang bisa mereka pelajari dan berkomitmen adalah karena mereka adalah bagian dari realita yang juga dibentuk oleh sebuah sistem.”
Sebagai direktur CENESEX, ia menciptakan kesempatan bagi banyak orang untuk terlibat dan berpartisipasi karena CENESEX menyadari tidak bisa mengerjakan semua pekerjaan ini sendirian sehingga ia membuka banyak ruang dan proyek bersama. Tak ada yang lebih menyenangkan dari partisipasi dimana setiap kita memegang tanggung jawab.
“Jika mekanisme partisipasi dibangun dan dikembangkan dalam masyarakat Kuba, mereka akan memperkaya proses kita menuju sosialisme. Kuba, negeri begitu autentik, orisinil, nikmat dan banyak pertentangan saja bisa berkontribusi untuk sosialisme sebagai sebuah sistem sosialisme seperti yang sekarang kita miliki.”
Sementara terkait blokade terhadap Kuba oleh negeri – negeri kapitalis, terutama Amerika Serikat, Mariela memaparkan, bahwa ia telah pergi ke Vatikan meminta supaya menghentikan blockade atas Kuba namun di saat yang sama ia meyakinkan dirinya bahwa dengan atau tanpa blockade, Kuba harus sejahtera. “Kita perlu mengembangkan sistem sosialisme Kuba, karena terbukanya blokade tidak akan dengan sendirinya membawa kesejahteraan.”
Mariela yakin, Kuba bisa mengembangkan sistem sosialisnya dan membantah opini banyak orang bahwa Kuba sebagai negeri sosialis akan runtuh. “Negeri mana yang bisa bertahan di tengah blokade? Kuba bisa bertahan, meski dengan harga mahal”
Menurut Mariela, masyarakat Kuba harus terus belajar membangun sistem sosialisme yang lebih maju. Sebuah sistem sosialisme yang terbuka, menyerap banyak partisipasi dan tidak jatuh dalam mekanisme eksploitasi.