Search
Close this search box.

JUMAT MILITAN

Tentang Sebuah Gerakan

tadinya aku pengen bilang
aku butuh rumah
tapi lantas kuganti
dengan kalimat:
setiap orang butuh tanah
ingat: setiap orang!

aku berpikir tentang
sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirian?

aku bukan orang suci
yang bisa hidup dari sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup kemaluanku

aku berpikir tentang gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam?

Puisi inilah yang menginspirasi hadir nya “Jumat Militan”. Gerakan jumat militan terlahir pada awal tahun 2014, dimana kami melihat situasi kondisi pergerakan buruh yang massif dalam bergerak, khususnya pada saat pergerakan upah. Aku beserta kawan – kawan basisku berdiskusi bersama. Ternyata kami memiliki pandangan yang sama dan pertanyaan yang sama. Pertanyaan yang paling besar adalah “Apakah aksi bersama hanya pada momen May Day dan Upah?”, pertanyaan itu yang muncul di forum diskusi kami. Sehingga kami bersepakat untuk membuat sebuah gerakan yang dinamakan ” Jumat militan”.

Banyak orang yang mengira bahwa aksi jumat militan yang kami lakukan hanya “anget – anget tai ayam” (tidak berlangsung lama). Anggapan itu hadir dari, baik dari serikat pekerja, ormas masyarakat, security kawasan bahkan aparat keamanan, tetapi kami bisa membuktikan dengan kerja kolektif. Kami masih bisa bertahan dari tahun 2014 sampai tahun 2018 ini. Kami masih melakukan aksi jumat militan.

Pada awal pergerakan jumat militan, awal tahun 2014 yang kami lakukan ketika pulang bersama (konvoi) menggunakan atribut serikat buruh dengan membawa bendera serikat buruh, menjemput basis – basis yang satu bendera dengan kami sehingga jumlah buruh yang melakukan aksi jumat militan banyak pada saat itu. Sehari sebelum melakukan aksi jumat militan, kami melakukan rapat koordinasi dengan anggota khususnya yang shift pagi untuk membicarakan masalah yang terjadi di basis kami selama seminggu, lalu laporan dari pengurus Serikat buruh, Dan teknis aksi jumat militan yang dilakukan di kantin pabrik.

Pada pertengahan tahun 2015, kami mengalami kemunduran jumlah anggota yang melakukan aksi jumat militan. Bahkan pernah kami melakukan aksi jumat militan hanya 10 orang, padahal pada saat diskusi yang datang lebih dari 30 orang. Bisa dikatakan, pada saat itu kawan – kawan jenuh dengan agenda tersebut. Bahkan, ada statmen yang keluar dari anggota “ngapain pulang keliling – keliling aja ngabisin bensin”. Statmen tersebut memecut semangat pengurus untuk melakukan hal yang baru. Pada akhir tahun 2015, kami membentuk tim media yang bertujuan untuk membuat selebaran tiap bulannya dengan mengangkat isu – isu daerah dan nasional. Salah satunya, pada saat itu, kami mengangkat isu tentang “Penolakan PP78”. Kami pun pernah dibubarkan secara paksa oleh oknum masyarakat, mau pun aparat keamanan karena dianggap mengganggu ketertiban umum, bahkan teror melalui telpon pun kami dapatkan agar tidak ada lagi jumat militan. Tetapi kami tetap menjalankan aksi tersebut karena kami yakin oknum-oknum yang mencoba menghentikan gerakan kami adalah antek kapitalis yang merasa terganggu dengan keberadaan kami.

Munculnya tim media mendapatkan respon positif dari anggota yang mengikuti aksi jumat militan dapat dilihat dari jumlah anggota yang semakin meningkat. Selain kita konvoi kita juga membagi – bagikan selebaran kepada buruh pada saat mereka pulang bekerja di tiap-tiap pintu kawasan. Selain itu, kita pun terlibat dalam aksi – aksi solidaritas yang dilakukan oleh serikat buruh lainnya yang sedang unjuk rasa di depan pabriknya. Bahkan, aksi massa jumat militan mampu menutup jalan utama kawasan

Pada awal tahun 2018 ini, aksi jumat militan pun mencoba untuk mengadakan live streaming melalui media sosial agar aksi jumat militan ini menjadi ajang propaganda yang masif untuk gerakan buruh Indonesia. Sudah saatnya buruh berpikir dan berpraktek untuk membuat sebuah gerakan untuk perubahan nasib buruh dan rakyat Indonesia yang lebih baik.

21 April 2018
YNR

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Koalisi Masyarakat Sipil: Pernyataan Menteri Pertahanan tentang DPN Langgar Prinsip Reformasi Sektor Keamanan  

“Kita sudah melihat bagaimana keterlibatan militer dalam proyek Rempang Eco-City berakhir dengan represif terhadap warga. Begitu juga di Merauke, kehadiran aparat dalam proyek food estate malah memicu konflik dengan masyarakat adat. Jika DPN kini diberikan wewenang untuk menangani urusan sipil lainnya, kita khawatir kasus serupa akan terus terulang,” tegas Usman.  

Marsinah, Pahlawan Rakyat

MURAL TTS 2014 MARSINAH di Lampu Merah Jl. ParangTritis Sebelum Ring Road Selatan, oleh Barisan Pengingat, 14 Maret 2014. Mural ini adalah bagian dari rangkaian

Dilema Sekolah di Masa Pandemi

Sudah 3 bulan lebih anak pertamaku meningalkan kos dan belajar di rumah, karena pandemi. Pihak sekolah mengikuti anjuran pemerintah untuk menjalankan proses belajar mengajar di

MARSINAH

Buruh perempuan, tonggak demokrasi, pejuang upah, lambang solidaritas buruh, korban kekerasan seksual, korban militer ORBA, rakyat biasa yang luar biasa, kasusnya buntu, hilang, dibunuh dan