Muh Sanatiyusuf terlibat aksi demonstrasi di KBN Cakung
Oleh Muh Sanatiyusuf
Diintimidasi, Melawan dan Memilih Keluar Kerja
Sementara itu, kedua kawan yang kami bela tak bisa diselamatkan, karena sudah menandatangai surat PHK. Mungkin kedua kawan kami tertekan oleh situasi ekonomi sehingga akhirnya menerima PHK. Keesokan paginya, aku berangkat bekerja seperti biasa. Suasana pabrik sepi, hanya terdapat beberapa kawan yang membagikan formulir anggota serikat. Akupun akhirnya mengisi formulir anggota itu dan setelah bel masuk aku bekerja seperti biasa. Makin lama sindiran dan omelan dari mulut supervisor atau pengawas makin menjadi. Aku mencoba bertahan dan bekerja dengan tenang, dan kudiamkan. Namun lama kelamaan, didiamkan justru semakin melunjak. Akhirnya aku melawan dan meminta pengawas itu jahit sendiri. Kesal karena aku melawan, pengawas mengadu ke manajer produksi.
Akupun di panggil,”Sudah kerja nggak bagus, provokator lagi”
Mendengar omelan dari manajer produksi, aku berpikir “Sudah gaji tak seberapa, kena omelan lagi. Cape nggak kira-kira. Mending keluar saja.”
Hari itu juga aku pulang dan memutuskan berhenti bekerja.
Belajar Berserikat di Tempat Kerja Baru
Setelah keluar dari PT. Potexco, tak lama kemudian, aku melamar bekerja lagi di PT. Hansollindo. Saat itu, tanggal 13 April 2006, beberapa minggu setelah saya masuk kerja, perusahan membentuk LKS Bipartit. Bipartit tersebut diketuai oleh Pak Danil, dan ada perwakilan dari buruh, ada dari Chief dan Supervisor. Awalnya, bipartit berjalan dengan lancar, tapi di pertengahan jalan bipartit tidak ada gerakan sama sekali. Hingga saat itu ada salah satu kawan bernama Sri membangun FBLP (Forum Buruh Lintas Pabrik). Setahuku, FBLP belum jadi serikat dan masih berupa komunitas. Hanya saja teman-teman hendak mulai menjadikannya serikat di tempat kami bekerja. Di sinilah, aku terlibat dan diajak. Namun godaan dan pengaruh buruk dari pengawas terus terngiang di telingaku, “Apa gunanya organisasi buat buruh, ngapain ikut serikat. Yang ada, uangmu habis buat serikat.”
Sejak itu, aku tidak pernah ikut berkumpul lagi bersama kawan. Sikapku waktu itu, masa bodoh dengan serikat. Namun, aku juga mendengar omongan buruh PT. Hansoll Indo, bahwa tidak ada gunanya bipartit. Katanya bela buruh, buktinya tidak ada buruh PT. HansolI Indo yang menjadi pengurusnya.
Bipartit memang tidak pernah mengundang buruh untuk terlibat dalam setiap rapatnya. Hanya Chief, Supervisor dan orang-orang tertentu saja. Padahal Chief dan Supervisor termasuk atasan dan mestinya kami, buruh di bawah yang lebih berhak. Setelah itu aku berpikir, “Mungkinkah serikat FBLP ada di PT. Hansoll Indo?”
Kemudian, setelah lebaran 2008 , aku bergabung di FBLP dan diskusi berkumpul bersama kawanPT. Hansoll Indo. Kami saling bercerita, bertukar pikiran tentang situasi kerja di PT. Hansoll Indo. Dari beragam diskusi, akhirnya kami memutuskan akan membangun FBLP di tempat kerja. Saat itu, FBLP masih berupa forum, belum serikat. Jadi pembangunan FBLP sebagai serikat di PT. Hansoll Indo adalah proyek pertama kami. Di kemudian hari, ketika pemogokan 2010 terjadi di KBN Cakung, dipimpin oleh Jumisih, kami berhasil mendirikan FBLP sebagai serikat di PT. Hansoll Indo. Tentangnya, aku akan bercerita di tulisan lain.