Sore tadi, Social Movement Institute (SMI) menyelenggarakan acara Nonton Bareng Sidang Rakyat Internasional atau “Indonesian People Tribunal / IPT” yang sedang dilaksanakan di Den Haag, Belanda. Acara yang dilaksanakan di kantor SMI yang berbasis di daerah Sorogenen – Yogya ini didatangi oleh beberapa orang dan dipaksa bubar. Berikut kronologinya :
13 November 2015
14.56, panitia acara pemutaran IPT 65 di SMI memperisapkan perangkat untuk acara.
15.00, panitia mulai membuka youtube tapi belum menemukan live streaming persidangan.
15, 26, satu penonton datang.
15.40, panitia Jogja meminta link ke panitia IPT di jakarta. Akhirnya Nobar mulai berjalan.
15.50, Satu penonton kembali datang.
16.01, beberapa teman datang.
16.04, saya inget dengan rapat sebelum acara ini. Kepala badan pekerja SMI, Eko Prasetyo, menginstruksikan agar pada saat acara pemutaran, pintu gerbang hanya dibuka untuk muat satu motor.
16.06, saya keluar ke depan. Ternyata ada beberapa org berada di luar gerbang. Memakai topi, sedang sibuk mengotak-atik ponselnya. Saya awalnya tidak terlalu curiga, karena mungkin saja ada teman dari penonton, atau ada penonton baru. Namun mereka tak kunjung masuk.
16.07, kemudian saya kembali masuk. Saya agak tidak terlalu menghiraukan beberapa orang tersebut. Saya sedang berbicara dengan penterjemah perihal tayangan.
16.09, ada dua panitia yg kembali dari pasar. Mereka membeli jajanan.
16.10, tiba-tiba terbesit dalam pikiran saya untuk bertanya kepada para penonton. “Siapa yg di luar itu? Teman-teman kalian?” Tidak ada yg mengenali. Kemudian saya meminta tolong pada panitia agar berjaga di depan. Saya masuk untuk mengambil buku absen.
16.12, ketua badan pekerja SMI datang. Kemudian langsung menemui para orang yang berada di depan gerbang SMI. Sampai di titik ini saya kurang begitu jelas apa yang dibicarakan. Karena saya bertugas untuk mengelola acara di dalam. Secara singkat, intinya mereka yg berbicara dengan pak Eko menyuruh agar pemutaran perisdangan ini dihentikan. Apabila tidak dihentikan, akan ada laskar-laskar yg menyerbu SMI.
16.13, saya ikut keluar untuk melihat keadaan. Terlihat pak Eko masih mengobrol dengan para orang-orang tersebut. pemutaran masih berjalan. Kemudian saya masuk kembali.
16. 19, pak Eko masuk, menyuruh untuk mematikan semuanya. Matikan laptop. Matikan LCD, matikan speaker. Simpan semua. Dan saya langsung merespon dengan meminta bantuan penonton untuk ikut membereskan. Kami membereskan perlengkapan dan memasukkan ke dalam kamar. Kamar dikunci. Penonton mencoba menenangkan diri.
16.25, SMI menggelar rapat terbatas bersama para penonton. Pak Eko bilang, bila kita terus memutar, kemungkinan besar akan diserang. Opsi lain, kita bisa terus menonton tapi di tempat yg lain. Awalnya, putusan yg dipilih kita pindah nonton ke XT square. Dengan langkah kita bubar secara berkala. Telah ada beberapa org yg ke XT square. Namun masih ada yg tetap di SMI.
16.35, beberapa anggota SMI menghubungi jaringan yang ada di Jogja.
16. 37, diputuskan bahwa pemutaran akan dilanjutkan. Namun menunggu jaringan yang mengamankan SMI solid. Dari waktu ini, secara,berangsur-angsur para jaringan mulai berdatangan dan mengamankan SMI.
17.03, banyak teman-teman mulai berdatangan membentuk demarkasi.
17.24, kondisi SMI sudah dipenuhi kawan-kawan jaringan. Dan diputuskan, kita kembali memutar live streaming IPT.
Catatan: *beberapa oknum yang menjadi lalat pengganggu, kata pak eko, “ada tentara poltabes kodim dateng Dia bilang kalo ga dibubarin, bakal ada kelompok yang akan nyerbu.” Kelompok penyerbu ini Kata eko, “dari GPK dan FUI.”
Sumber : Rifai – Koordinator Kegiatan