Search
Close this search box.

Bedah Buku “Berlawan”

Senin, 22 April 2019.

Siang ini, cuaca sangat terik. Panas menyengat kulit, pada setiap kita yang ada di Jakarta.

Namun suasana berbeda dengan suasana di LBH Jakarta. Banyaknya pepohonan di sekitaran gedung, membuat situasinya rindang dan nyaman. Dalam ruangan lantai 1, mulai berdatangan kawan-kawan yang akan terlibat dalam agenda diskusi publik bedah buku “BERLAWAN” yang di selenggarakan oleh YLBHI. Aku duduk dalam deretan kursi paling depan, ingin menyimak lebih detail apa saja yang akan disampaikan oleh para pembicara.

Diskusipun di mulai, Prily sebagai fasilitator diskusi membuka acara, menyampaikan pengantar diskusi. Sementara peserta terus berdatangan. Peserta diskusi tampak beragam, ada keterlibatan buruh, mahasiswa dan masyarakat umum.

Kali ini, Ilhamsyah ketua umum Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), sebagai salah satu pembicara menyampaikan bahwa perjuangan buruh yang progresif kadang-kadang malah berhadap-hadapan dengan Serikat Buruh non independent, hambatan berjuang bukan hanya dari pemerintah dan pengusaha.

Solidaritas adalah kunci, itu pesan yang juga ingin disampaikan dalam buku ini, tambahnya.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa tidak banyak hal-hal perjuangan yang sanggup di tuliskan, tapi yang di lakukan oleh Khamid bisa jadi referensi kawan lain untuk perjuangan di tempat yang berbeda.

Salah satu kelebihan seorang Khamid, sebagai penulis buku ini adalah ia datar menuliskan setiap cerita, padahal isiannya memancing kita untuk marah, tapi dia tidak terbawa emosi, itu keistimewaan dia.

Lain halnya dengan yang disampaikan Ilhamsyah, seorang ketua BEM JENTERA, Fani menyampaikan bahwa saat membaca buku BERLAWAN, Ini menjadi paham bahwa kita butuh hukum, cerita-cerita di dalamnya banyak pelanggaran terjadi atas kondisi kerja, apa yang sudah tercantum di Undang-undang banyak di langgar. Penting menyuarakan lebih keras, terkait hak-hak buruh.

Buku ini, melengkapi buku “Buruh Menulis Perlawanannya”, yang diterbitkan oleh LIPS (Lembaga Informasi Perburuhan Sedane), begitu pernyataan Arif Yogiawan dari YLBHI. Khamid sebagai aktivis buruh yang juga aktif di media sosial sering kita lihat berkunjung ke Palembang, Jogja, dan kota-kota lain untuk menghubungkan kutub-kutub yang belum terhubung. Kutub-kutub perlawanan. Itu Menarik.

Ada problem yang coba di tembus, ada serikat independent ada serikat yang lirik-lirikan dengan pengusaha. Namun salah satu cara yang efektif adalah aksi jalanan dengan kekuatan massa yang berdampak baik. Itu bisa dilakukan jika buruh berserikat. Karenanya berserikat itu adalah berjuang hidup bersama.

Prily menyampaikan bahwa mengorganisir itu bisa dengan berbagai strategi, dan kita bisa menentukan pilihan strategi apa yang akan kita putuskan dan jalankan.

Beberapa hal yang Khamid sampaikan terkait buku yang ia tulis adalah :
1). Para tokoh dalam buku BERLAWAN adalah bukan tokoh nasional. Ini penting untuk melihat perjuangan dari sisi-sisi personal setiap pejuang buruh.
2). Ini adalah pengalaman sepihak Serbuk, yang di tulis adalah yang di alami langsung oleh para narasumber.
3). Kenapa ga takut menuliskan cerita ini? Karena kita sebagai kaum buruh sudah maju, jangan ditunda-tunda lagi membuat kemajuan.

Sebagai contoh misalnya SBKI di Gunung Kidul, metode pengorganisasian sudah maju yaitu di tempat tinggal. Kalau takut metode di tiru dan lain-lain, itu hal yang wajar, kepolisian, tentara itu juga selalu mengirim orang untuk tahu aktivitas kita kok.

4. Hukum yang tertulis di atas kertas itu keren. Tapi di langgar, tak bisa di jalankan. Itu masalah

5. Bahwa ujung atau ending dari semua hal dalam orasi, di jalanan, adalah seberapa besar kita menjadikan itu, meramunya sebagai “solidaritas”.

Ideologi sebagai musuh utama kita adalah kapitalisme, ada keserakahan. Menolak rasisme itu penting.

Selanjutnya, saat Khamid di tanya, Siapa yang di sasar oleh buku ini? Khamid menegaskan, tentu saja anggota SERBUK, KPBI, GEBRAK, yang nantinya bisa mempersatukan banyak orang dengan banyak perbedaan.
Jumisih

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Mogok Makan di Hari Perempuan Sedunia

Rally Mogok Makan  di Hari Perempuan Sedunia. Daftarkan dirimu mogok makan, hentikan perbudakan. UU PRT, Sekarang! [soundcloud id=’194760003′] activate javascript Facebook Comments Box

Pernak – Pernik Kerja di Konveksi

Dulu, aku  buruh garment. Bertahun- tahun aku bekerja di sana dan tiba saatnya perusahaan tempatku berakhir tutup.  Aku pun mencoba bekerja di konveksi dengan produksi

Cerita Harian Pekerja

BERBURU SEHAT ITU TIDAK MUDAH, MENDERITA TUMOR PAYUDARA JUGA MENAKUTKAN, TAPI SAYA BISA MENGHADAPINYA .-bagian 1- (Lindah, sekretaris Pengurus Basis FSBPI PT Amos Indah Indonesia)

Sulitnya Belajar di Dunia Maya

Tahun 2020 adalah tahun yang banyak sekali musibah dan cobaan yang menerpa Indonesia. Tidak hanya di negeri kita, tapi di semua penjuru dunia. Di pertengahan