Nining Elitos – kita tidak bisa memberikan harapan kepada rezim hari ini, janji-janji politik hanya janji, buruh dihimpit harga sembako mahal, tak ada kepastian kerja, 70% buruh adalah buruh kontrak dan outsourcing, PP 36/2016 tentang pemagangan, semuanya itu mengabaikan bagaimana rakyat hidup layak.
Saya sebagai buruh perempuan dan anggota kami juga banyak buruh perempuan terkena dampak dari Inpres soal upah padat karya semakin melegitimasi keberadaan upah padat karya dibawah UMK, itu adalah alat untuk menghimpit buruh.
Ketika buruh di pabrik menuntut kesejahteraan, faktanya bertahun-tahun persoalan buruh menumpuk, hidup layak masih jauh.
Jaminan sosial jika kita tidak mengiur tidak mendapat pelayanan baik, razim telah gagal mensejahterakan rakyat.
KASBI bersama gerakan rakyat bangun kekuatan alternatif untuk blok politik rakyat tertindas, karena hari ini ruang demokrasi untuk rakyat makin sempit.
Yahya – SGBN,
Saatnya buruh dan rakyat bangun kekuatan alternatif, menjadi tepat konsolidasi untuk Mayday SGBN serukan untuk turun ke jalan dan pembangunan partai alternatif. Tentunya dalam momentum 1 Mei nanti, kami menghimbau supaya aparat tidak melakukan represifitas, dan meminta kawan-kawan media agar di hari buruh nanti menyampaikan berita-berita bermakna tidak seperti yang disampaikan kementerian tenaga kerja maupun kekuatan pihak kepolisian. Buruh dengan mobilisasi massa adalah senjata yang ampuh, May Day harus kuat, dan bulan Mei sebagai bulan perjuangan, ganti rezim, ganti sistem, bangun kekuatan alternatif.
Prana – Jarkom Perbankan
Digitalisasi merambah ke semua sektor, ada ketidakberpihakan terhadap rakyat. Jarkom Perbankan bergabung dalam GEBRAK untuk membuat 1 kekuatan alternatif bersama. Dari 20 SP Perbankan di seluruh Indonesia, menyatakan May Day adalah hari Perlawanan buruh di seluruh dunia.
Hermawan – KSN
GEBRAK yang terdiri dari berbagai elemen gerakan rakyat, bagi kami semua termiskinkan karena ekonomi dikuasai kekuatan yang menghamba kepada pemodal. Kami sebagai kekuatan sadar untuk membangun kekuatan alternatif, dan kita dari KSN merasakan apa yang dirasakan kawan-kawan lain. Persiapan May Day tahun ini yang diganggu oleh pihak yang tidak mendukung kita, menunjukkan bahwa kekuatan rakyat ditakuti, dan jadi kekuatan untuk turun ke jalan.
Damar – sekjend KPBI,
May Day tahun ini, jalur HI dilarang, Polda melempar ke Mabes Polri, padahal surat pemberitahuan sudah diisi lengkap, kenapa musti harus buat surat pernyataan kalau terjadi apa-apa siap bertanggung jawab dan lain sebagainya. Ini adalah hambatan ruang demokrasi.
Alghifari Aqsa – Direktur LBH Jakarta,
Jangan halangi buruh untuk menyampaikan pendapat dan hak konstitusional, hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak. Jika ada penghalangan atau intimidasi dan kekerasan adalah pelanggaran konstitusi.
Polisi harus belajar kembali tentang UU No. 9 tahun 1998, Warga negara yang melakukan aksi sifatnya hanya memberi pemberitahuan, di pasal 13 ayat 1 dinyatakan setelah ada pemberitahuan maka polisi wajib segera memberi STTP ( Surat Tanda Terima Pemberitahuan). Belakangan ruang demokrasi bagi buruh dipersempit. Kriminalisasi meningkat. Oleh karena itu menjadi tepat jika rakyat membuat alat politiknya sendiri.
Indeks demokrasi Indonesia turun 20 peringkat. Yang berprestasi hanya para oligarki, oleh karena itu mesti kita lawan dengan sistem anti korupsi, dan sistem yang mensejahterakan rakyat. Dalam May Day nanti harus juga kita suarakan penuntasan kasus Baswedan.
Dewi Kartika – Sekjend KPA
Setiap tahun kami gerakan tani akan terlihat dalam gerakan buruh. Sektor tani juga krisis yang amat dahsyat, bahwa kekuatan rakyat di tingkat bawah masih jauh dari harapan. Kita lihat buruh asing dihadirkan di Indonesia namun yang sangat bahaya adalah modal asing yang didatangkan ke Indonesia, masuk di sektor perkebunan dan tambang yang akan semakin membuat kita krisis. Konflik agraria ada 1300 konflik, tak ada kepastian hukum tak ada penyelesaian yang utuh. Petani di kriminalisasi, jadi konsolidasi gerakan buruh bersatu dengan tani sangat dibutuhkan. Semakin banyak buruh dari desa ke kota dengan upah rendah bukan solusi. Reforma agraria musti terjadi di kota dan desa. Kami KPA mendukung GEBRAK, di 10 provinsi di Indonesia kita akan melakukan aksi di 1 Mei, kita tidak hanya perjuangkan kesadaran ekonomi tapi juga kesadaran kelas. Komponen gerakan sosial harus bersatu, karena reformasi telah gagal karena hanya tambal sulam.
Hasyim – FMK
Kami Mahasiswa, tanggal 1 dan 2 Mei akan turun bersama buruh, mendukung buruh dan rakyat.
Pendidikan adalah hak untuk semua dengan anggaran 440 Triliun lebih mulai dari transportasi, buku sampai parkir termasuk biaya lain harus digratiskan. Sehingga tidak ada lagi Pendidikan gratis harus pakai kartu. Pelajar jangan dibatasi untuk hanya memiliki sebagian buku, dan berhenti membuat pelajar sebagai objek. Libatkan sepenuhnya kita untuk menentukan kebijakan kampus. rumusan kurikulum. Pendidikan mendorong riset untuk menyelesaikan persoalan-persoalan upah, agraria, yang tidak dikooptasi elit.
Pendidikan ilmiah demokratis kerakyatan dan tidak mendiskriminasi Perempuan, Pemilu dan Pilkada 2019 tidak akan selesaikan persoalan rakyat jika tidak memberikan kedaulatan sepenuhnya kepada rakyat.
Feri Kusuma – Kontras
Tahun ini adalah 20 tahun reformasi, saat May Day banyak persoalan rakyat, elit politik yang ada hari ini maupun oposisi, Jokowi dan Prabowo, mereka elit politik yang tidak bisa kita gantungkan harapan. Baik dalam kasus HAM maupun hingga kini. Dan di GEBRAK muncul politik alternatif, yaitu sikap anti militerisme, penegakan HAM. Dalam hal ini kita punya identitas yaitu rakyat. Ada persoalan yang tidak tuntas, baik posisi dan oposisi, Kontras bersama Gebrak demi keadilan rakyat Indonesia.
Pada 21 Mei kita melihat bagaimana militer merajalela, reformasi sektor keamanan gagal, sepertinya kita kembali ke era Orde Baru. Reformasi yang kita nikmati hari ini adalah hasil perjuangan nyawa para aktivis sebelumnya.
Ilhamsyah – KPBI
Yang pertama May Day tahun ini adalah istimewa karena 20 tahun reformasi,
Kedua karena bertepatan juga dengan tahun politik.
Di tengah situasi politik saat ini, gerakan rakyat diposisikan di 2 kubu yang sedang bertarung, kita dipetakomplik. Kita GEBRAK adalah 1 kelompok yang menegaskan bukan bagian dari kedua kubu itu. Mereka gagal memberikan ruang demokrasi, kesejahteraan, Pelanggaran HAM dan korupsi. Kesimpulan GEBRAK, bahwa ada satu pilihan politik, meskipun tidak untuk tahun 2019, tapi ada 1 hal dari sekarang yaitu GEBRAK akan beroposisi terhadap elit politik.
Kekuatan sipil menghimpun kekuatan parlementer dan ekstra parlementer.
26 April 2018
Gadis Merah