Adon, sedang bersiaran di Marsinah FM/ dok.marsinah fm
Oleh Sri Sulastri (Adon)
Tak pernah aku bayangkan sebelumnya menjadi seorang penyiar, bahkan mimpipun tidak pernah. Awalnya, aku bergabung sebuah organisasi serikat buruh dengan nama FBLP (Federasi Buruh Lintas Pabrik) yang bergerak memperjuangkan hak buruh dan itupun aku datang dengan masalah dipabrikku dengan kasus PHK tidak dibayar. Selang bebrapa bulan kemudian, aku terus mengikuti kegiatan demi kegiatan yang dilakukan di sekretariat, seperti diskusi, rapat, aksi.
Nah yang menarik, pertama kali aku mendengar FBLP akan mendirikan radio komunitas yang bernama MARSINAH FM. Dalam anganku, sepertinya akan seru dan asyik. Sedikit aku membayangkan apa aku bisa ya jadi Penyiar Radio? Hmmm, akan aku coba! Penasaran juga. Tak lama kemudian, selang beberapa waktu, akhirnya kawan – kawan diminta untuk menata ruang studio radio Marsinah FM, ada kawan Admo, Atin, Toha, Dian, Jumisih, Ari yang membantu menata perlengkapan studio. Selama kurang lebih 1 bulan, mulai beroperasilah radio komunitas kami yaitu RADIO MARSINAH dengan Frekuensi 106 FM dengan motto “Dari perempuan buruh, untuk kesejahteraan dan kesetaraan”.
1 bulan telah berlalu, tak lama kemudian, aku ditawarkan untuk memulai latihan belajar menggunakan komputer. Dengan pemandunya Admo, Lumayan rumit dan bingung awalnya, tetapi semakin hari aku coba sering memegang komputer dan mengoperasikan dasar teknik komputer akhirnya bisa. Selanjutnya, aku belajar tekhnik bersiaran dengan 5 W 1 H, ternyata belum tuntas aku dibuat bingung dengan rumusan itu. Akhirnya Dian Septi meminta beberapa kawan berpraktek siaran saat belum ON AIR. Dian mengajari satu demi satu kawan buruh yang belum sama sekali tahu tentang teknik bersiaran.
Aku coba memberanikan diri berpraktek langsung ON AIR dengan jadwal siaran pagi sekitar jam 06:00 wib, dengan catatan dan bahan ala kadarnya sudah kupersiapkan. Informasi lingkungan, kebersihan lingkungan, dan seputar rumah. Lumayan lah aku sudah melewati 1 langkah yang tidak pernah aku bermimpi sebelumnya. Kalau nggak salah, ada latihan praktek mendengar suara satu – satu kawan dalam proses pembuatan JINGLE. Wah tambah seru deh…Ternyata aku orangnya sangat grogi atau kata lainnya tegang, baru mulai bicara saja aku sudah keluar keringat dingin. Apalagi kalau sudah didampingi Admo atau Dian huufh…! kaku dan terbata – bata suaraku, tetapi memang aku belum bisa menghilangkan grogi aku sampai sekarang. Maklum masih belajar, banyak yang berharga kutemui dihidupku yang sekarang. Selain berorganisasi, diskusi dan aksi juga menjadi bagian penyiar radio komunitas. Senang dan bangga mengenal kalian semua, berbalik dengan hidupku sebelumnya tetapi tak apa itu akan selalu jadi cerita yang terus akan membuatku lebih menghargai sejarah hidupku sendiri.
Kembali ke proses menjadi penyiar, akhirnya lambat laun aku ditawarkan menjadi penyiar talkshow atau dengan kata lain pemandu, dengan narasumber yang kita undang untuk menggali informasi sesuai dengan tema yang kita bawakan per 2 minggunya. Menyenangkan sekali ternyata banyak pengalaman dan pembelajaran yang diberikan narasumber ketika memandu talkshow. Kalau proses sebelum siaran, lumayan rumit, dari mengundang pembicara atau narasumber, terus sedikit kita ngobrol untuk mencairkan suasana karena bisa saja kita belum kenal dengan narasumber dan kalau sudah kenal juga tetap diajak ngobrol dulu seputar tema atau ada obrolan ringan yang nantinya bisa mendapat inspirasi tambahan dari narasumber. Setelah itu membuat point – point pertanyaan buat narasumber selama 20 menit, sebelum siaran berlangsung.Baru setelah selesai semuanya disiapkan, lalu kita ajak narasumber masuk kedalam studio. Tak lupa, ketika acara siaran berlangsung, kita sebagai penyiar bisa sambil mencatat benang merah saja dari setiap yang disampaikan narasumber. Karena, itu dapat membantu kita menyambungkan pertanyaan kita selanjutnya atau membantu kita me review untuk pendengar Marsinah FM yang baru bergabung atau ada yang ketinggalan informasi dan penjelasan yang sudah disampaikan narasumber di Radio Marsinah frekuensi 106. Sebelum 1 jam terakhir, kita ajak narasumber menyimpulkan beberapa hal yang sudah disampaikan sambil kita mencoba menggalinya menjadi pesan yang menyemangati dan menginspirasi bagi pendengar Radio Marsinah. Setelah ditutup acara talkshownya oleh pemandu, kita bisa kembali mengajak nara sumber ngobrol santai, bilamana memang narasumber mempunyai waktu luang, agar kita bisa mengundangnya kembali tanpa rasa kapok dan tidak puas.
Pasti penasaran kan bagaimana rasanya duduk dikursi panas dengan narasumber, pokoknya semua rasa ada. Akan tetapi, tetap ada tantangan kita sebagai penyiar bagaimana membuat pembicaraan dan fokus tema yang kita bawakan itu berjalan sesuai yang diharapkan. Kalaupun tidak sesuai harapan ya tidak apa kawan,kan kita belajar. Nah kalau yang sulitnya, jika pembicara yang sudah kita undang ternyata berhalangan hadir. Bagaimana mengatasinya? Tunggu tulisanku yang selanjutnya ya. Semangat dan terima kasih Radio Marsinah FM.
“Dari perempuan buruh, untuk kesejahteraan dan kesetaraan”