“Mbak, saya mau pinjam uang 1 juta untuk biaya sekolah anakku di kampung, saya bekerja di PT MAJU JAYA, dan gajian dua kali sebulan setiap tanggal 5 dan tanggal 20. Jadi saya bisa nyicil setiap bulan untuk bayar utang saya. Tolong saya ya mbak.”
“Hmmm boleh. Kok utangnya Cuma 1 juta? ga kurang ? ambil saja 3 juta, atau 2 juta. Urusan pembayaran mah gampang, nanti setiap gajian bisa di angsur. Jadi ATM kamu, biar saya pegang, begitu aturan di koperasi ini. Soal bunga apakah kamu sudah tahu ?”
“Belum.”
“Jadinya pinjam berapa kamu?”
“3 Juta ya Mba.”
“Oke, jadi peraturan di koperasi ini bunganya 25% ya, karena pinjamannya 3 juta jadi setiap bulan kamu bayarnya Rp 1.350.000,- selama 5 bulan. Gimana? Kalau kamu bayar sekali saja maka kamu bayarnya Rp 3.750.000, begitu ya ??”
“Ooh tinggi juga ya, bisa kurang ga mbak? Kalau segitu kayaknya saya ga sanggup, karena gajian Cuma 3 juta, kalau di potong segitu bisa-bisa anak dan suami saya ga makan.”
“Itu aturan di sini, ya kalau ga sanggup bayar biangnya, bayar aja bunganya dulu setiap bulan Rp. 750.000,-.”
Begitulah balada buruh KBN Cakung, setiap hari mereka berpeluh keringat kerja di pabrik untuk mendapat target, supaya mendapatkan upah. Namun begitu mereka gajian, justru dia tidak menerima upah pas tanggal gajian, tapi sehari atau 2 hari setelah tanggal gajian. Kenapa? Karena ATM nya dipegang sang Big Bos Rentenir.
Coba perhatikan, jika aku utang 3 juta, selama 5 bulan, maka aku mesti membayar Rp 6.750.000,-. Bunganya 100 % lebih? Dimana letak sisi kemanusiaannya? Apakah ada kepedulian? TAK ADA.
Saat ini, Rentenir-rentenir berkeliaran di setiap pabrik, rentenir menyusup ke setiap bagian di pabrik, di setiap bagian minimal ada 1-2 rentenir. Mereka adalah buruh pabrik yang menjadi kakitangan atau orang kepercayaan Big Bos untuk menjadi agen (makelar), mereka mencari nasabah-nasabah, untuk mengeruk uang dari buruh kawan kerjanya sendiri. Makelar ini seolah “diberi kuasa” untuk menentukan, apakah calon nasabah A bisa di kasih pinjaman atau tidak.
Kawan makan kawan, kawan menjadi lawan, mereka baik hanya di permukaan. Sementara di belakangnya ada tipu muslihat, yaitu mencari mangsa untuk menjadi nasabah. Semakin banyak dapat nasabah semakin banyak juga bonus dari sang Big Bos, tapi uangnya bersumber dari kawannya sendiri. Jika 1 nasabah di dapat, maka makelar akan dapat bonus Rp 500.000 – Rp 1.000.000. itu baru 1 nasabah, bagaimana kalau dapat 2 nasabah? 10 nasabah? Oooh sungguh menggiurkan.
Namun ada tak enaknya menjadi makelar, kalau ada 1 nasabah yang kabur? Mungkin karena tidak sanggup membayar hutang di banyak rentenir, maka sisa hutang nasabah menjadi tanggung-jawab makelar. Apakah ada yang begitu? ADA.
Sementara sang Big Bos, tak perlu kerja keras, cukup mengeluarkan modal, selanjutnya dialah pemegang ATM para nasabah, tugasnya hanya menggesek ATM para nasabah setiap tanggal 5 dan tanggal 20. Mengambil gajian nasabah, mengambil sebagiannya untuk angsuran nasabah, selebihnya uang itu akan di kembalikan pada nasabah esok harinya, setelah tanggal gajian. Inilah hal baru, buruh mengambil gaji bukan dari menegemen, tapi dari sang Big Bos Rentenir.
Apakah Big Bos Rentenir punya hubungan dengan Menajemen ? apakah mereka saling kerjasama? Silahkan kalian selidiki sendiri.
Sang Big Bos, tak perlu kerja keras, cukup memberikan perintah kepada makelar-makelarnya, agar mereka kerja keras mencari nasabah sebanyak mungkin, kalau ada yang telat bayar, maka premanpun siap didatangkan. Begitulah cara kerja mereka para cukong, dengan dalih membantu tapi sebenarnya memangsa kawan. Dengan dalih Koperasi, sebenarnya adalah Rentenir.
Tak ada kepedulian. apakah nasabahnya bisa makan hari ini? Tak ada yang peduli. Apakah nasabahnya punya hutang sama rentenir lain? Tak peduli juga.
Sungguh hidup ini, memberi banyak pelajaran berarti, bagi orang-orang yang mau berfikir baik.
Aku tegaskan pada kalian semua, bukan koperasi namanya jika kawan makan kawan. Bukan koperasi namanya jika tak ada tolong menolong dan saling terbuka. Bukan koperasi namanya jika, tak ada pembagian hasil dari usaha bersama.
Sekali lagi Bukan.
Kembalikan koperasi dalam rohnya,
Bangun koperasi sejati, sebagai tempat kita saling membantu dalam kekeluargaan.
Salam
Jakarta, 20 April 2017
-GM-