Pengalaman Mogok Nasional (1)

Oleh Lami (Lamoy Farate)

Malam menjelang tanggal 24 November 2015, kawan – kawan BAMBU (Barisan Maju Buruh) FBLP di sibukan membuat poster dan menjahit bendera lewat tengah malam.

Esoknya, pada Jam 5 pagi kami dibangunkan oleh kawan-kawan untuk mandi dan siapkan perkap,lalu berangkat bersama dan bagi tugas untuk menuju titik kumpul masing-masing. Adon, Lanang,saya berboncengan bertiga, naik motormenuju kawasan KBN Cakung untuk melihat kondisi PT AMOS. Kala itu, jam 6 pagi situasi masih sepi.

Buruh KBN Cakung masih melakukan aktivitas seperti biasa. Berangkat pagi, sarapan lalu masuk pabrik dan kerja lagi. Begitu juga mobil jemputan lalu lalang, keluar masuk pintu KBN. Saya, Wahyu,Ika naik motor meluncur menuju PT KOMATSU untuk melihat kondisi jumisih, kokom, kesy, iis yang sudah menunggu dari pagi di sana. Sebelum melewati pintu gerbang depan, di samping kanan ruko, ratusan aparat sedang melakukan APEL bersama yakni polisi, tentara preman, berseragam bebas. Mereka menjadi tontonan bagi pengendara motor yang habis mengantarkan buruh ke pabrik.

Sesampainya di depan KOMATSU Jam 06:45, ada beberapa kawan dari FSUI, FBLP yang memegang bendera. Lima menit kemudian datang mobil komando dari arah kiri jalan di atas mobil komando. Terlihat kawan Muhtar dari SPN menginstruksikan agar mokom memutar menghadap jalan raya,di mana kendaraan dari arah Cakung berjalan merayap, yang juga dipadati motor,dan mobil jemputan buruh yang akan masuk pintu KBN.

Aksi pun dimulai, bendera diangkt dan spanduk dibentangkan di belakang mokom, menghadap arah lalu lalangnya kendaraan yang akan masuk pintu KBN. Hangat matahari mulai menyengat, intruksi dikumandangkan memanaskan barisan dan beberapa masa menutup setengah dari jalan.
Bersambung

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Dibalik Kenaikan Upah Minimum Regional (UMR)

Ketetapan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menaikkan upah minimum menjadi Rp 2.400.000,- pada tahun 2014 memang sudah diterapkan oleh pemilik usaha (perusahaan). Namun, dibalik kenaikan upah

Tentang Ia, Yang Dipaksa Pergi

Untuk almarhum Novia dan para korban Butuh waktu lama untuk menggoreskan tinta tentang ia yang dipaksa pergi dengan hati remuk redam.Seorang gadis dengan mimpi terbaik

Membincang Aborsi Aman untuk Perempuan

Stigma negatif aborsi masih cukup kuat terhadap mereka yang memilih aborsi, karena aborsi masih dianggap sebagai tindak pidana. Bahkan, ketika ada yang membahas aborsi maka bisa dilabeli melanggar takdir Tuhan dan hal-hal yang berbau moralitas. Akan tetapi apakah ketika banyak batasan, mulai hukum adat dan budaya maka bisa menurunkan angka “Aborsi”? Jawabanya tentu tidak, karena ketika banyak dibatasi dan dianggap tabu, praktek aborsi tidak aman justru merajalela. Setiap tahun, 68.000 jiwa perempuan melayang akibat melakukan aborsi yang tidak aman.

Kabar May Day dari Berlin

Mulai Dari Keberagaman Hingga Keikutsertaan Anak Oleh: Muthmainnah (Mahasiswa Bidang Labour Policies and Globalization di Berlin School of Economics and Law) Izinkanlah dalam tulisan ini,