Search
Close this search box.

BURUH PEREMPUAN KBN, NASIBMU KINI

Sejak sore, Jakarta kita di guyur hujan, langit gelap, dingin, karena hujan tak kunjung reda. Jam 20.03 bergegas saya ke sekretariat FBLP, Gg. Mona. KWK 03 yang ku tumpangi tidak penuh, hanya aku dan 5 Penumpang lain. sambil berharap hujan segera reda, karena kita akan rapat malam ini.

 

Terdiam sambil mengamati jalanan, ku dengarkan ke-5 perempuan yang asik ngobrol satu sama lain. Mereka bercerita tentang Pendapatan mereka hari ini.

Perempuan I : ” Tadi si A yang buruh PT GREENTEX itu susah sekali di tagih, padahal utangnya cukup besar dan sudah terlalu lama. ”

 

Perempuan II : ” Datangi rumahnya, bawain Preman aja, ntar juga dia takut”.

 

Perempuan I  : ” sudah pernah, malah pernah juga ku samperin rumahnya bawa preman”

 

Perempuan II : ” Kalau masih bandel, ga mau bayar, ancam aja, permalukan di depan teman-temannya”.

 

Perempuan III : ” janganlah, kasihan. Tapi kesel juga ya, padahal khan gaji sudah naik, smua pedagang sudah menaikkan harga dagangannya, mustinya kita bisa lebih mendapatkan untung besar”.

 

Perempuan IV : ” Gimana kalau kita samperin rame-rame?”

 

Karena Penasaran, ku amati Perempuan-perempuan ini, kenapa tampilannya sama, semuanya memakai tas slempangan di pundaknya, dari paras wajahnya (maaf) sepertinya orang batak semua, aku teringat cerita kawan-kawanku, inikah rentenir yang suka berkeliaran di KBN? Inikah rentenir yang biasa mangkal di atm dekat pintu belakang KBN?

 

Aku teringat, ini tanggal 5 Desember, ooh tanggal gajian buruh-buruh KBN. Ya Tuhan,……. Buruh KBN, Nasibmu kini ??? Masihkah mau diam saja? Masihkah menjadi Penakut dan menggantungkan nasibmu kepada orang lain?? Masihkah kamu akan diam saja ketika skor (lembur paksa) terus menggerus tenagamu???

 

SemperBarat, 5 Desember 2014

Jumisih

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Mirisnya Jadi Buruh Perempuan di Negeri Ini

Struktur sosial masyarakat yang timpang gender dan akrab kita kenal sebagai patriarki memunculkan kondisi tidak setara antara gender lelaki dan perempuan. Posisi yang timpang tersebut

Sebuah Janji Bersama untuk Media Buruh

Awan gelap menggelayut di atap langit, mengiringi kehadiranmu. Kau datang lebih awal dengan sisa kelelahan di hari itu. Kau bilang esok adalah Konferensi Nasional Media

“Buruh Perempuan Belum Merdeka”

http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/07/mulai-esok-3000-bendera-akan-menghiasi-jalanan-aceh Oleh Jumisih Potret Buruh Perempuan “Perkenalkan, nama saya Haji subur, saya dari FBR yang punya garasi di depan. Keberadaan saya di sini adalah karena

Bukan Hari Ibu Biasa

Boleh dibilang, glorifikasi terhadap peran ibu, sebagaimana ideologi “ibuisme” yang terus dikampanyekan Orde Baru melalui perayaan Hari Ibu, tak lain adalah upaya mengembalikan perempuan di ranah domestik.