Merajut Ingatan Melalui Dokumenter “Ingatan Dari Timor”

Azizah terhenyak, dunia terasa berhenti saat kebenaran terpampang tepat di depan matanya. Indonesia, negeri yang melahirkannya adalah serupa penjajah, menindas bangsa lain secara  keji. Maaf terucap, air mata berderai namun keduanya tidak akan pernah cukup menebus penderitaan rakyat,termasuk anak – anak Timor Leste.

“Lewat film ini, kami mau mengajak kita semua bercerita tentang Timor Leste, karena ada banyak teman -teman Indonesia yang diracuni oleh narasi keliru soal Timor Leste” Ungkap Mulki, membuka diskusi selepas menonton bersama film “Ingatan dari Timor” produksi Watchdoc, di Perpustakaan Bunga di Tembok, pada Jumat, 29 Agustus 2025.

Ingatan dari Timor merupakan film dokumenter tentang perempuan muda Indonesia bernama Azizah yang ingin menggali kebenaran tentang Timor Leste. Dalam perjalanan inilah ia menemukan kebenaran melalui sosok Eli yang bekerja di sebuah museum di Timor Leste guna merawat ingatan.

Azizah terhenyak, dunia terasa berhenti saat kebenaran terpampang tepat di depan matanya. Indonesia, negeri yang melahirkannya adalah serupa penjajah, menindas bangsa lain secara  keji. Maaf terucap, air mata berderai, namun keduanya tidak akan pernah cukup menebus penderitaan rakyat, termasuk anak – anak Timor Leste.

Mulki menambahkan, selama 10 tahun, AJAR telah berhasil mereunikan sekitar 103 anak -anak Timor Leste yang kini sudah dewasa. Mereka bertemu dengan keluarganya di Timor Leste. Dua dekade silam, mereka dibawa paksa dari Timor Leste ke Indonesia untuk mematahkan perlawanan rakyat Timor Leste. Dengan membawa paksa anak – anak itu, pemerintah Indonesia bertujuan perlawanan tidak akan diwariskan ke generasi setelahnya. Pada akhirnya, kita semua tahu, kemerdekaan Timor Leste tak terelakkan.

Raisa dari Labarik Lakon (Anak yang Hilang), mengungkapkan sukarnya melakukan pencarian tempat tinggal kelahiran anak -anak Timor Leste yang dibawa ke Indonesia. Anak – anak ini tidak memiliki ingatan banyak tentang tanah airnya, apalagi kondisi tempat tinggal asalnya sudah banyak berubah.

Ia juga menambahkan, anak -anak ini diganti namanya menjadi nama Indonesia yang tak lain merupakan singkatan penuh stigma, seperti “ Atim” singkatan dari Anak Timor. Hal ini menunjukkan bagaimana penjajah menjadikan anak Timor Leste sebagai benda atau obyek tak bernyawa. Banyak diantara anak -anak Timor Leste ini yang kemudian terlantar dan hidup dalam kemiskinan berlapis.

“Indonesia harus bertanggung jawab atas nasib mereka, demikian halnya dengan pemerintah Timor Leste, mengingat konflik internal Timor Leste, pasca hengkangnya Portugis, mendorong hadirnya Indonesia yang kemudian menjajah Timor Leste dan membawa anak -anak Timor Leste secara massal” Ucap seorang bapak dari Timor Leste, yang sejak kecil dicerabut dari tanah airnya oleh Indonesia.

“Mungkin kita sebagai generasi muda bisa saja tidak merasa bersalah dengan apa yang terjadi oleh anak -anak Timor Leste. Tapi kita mewarisi kesalahan pemerintah kita di masa lalu dan kita perlu mengakui bahwa negara kita pernah menjajah rakyat negara lain”  Tambah Raisa menutup diskusi malam itu.

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

PHK Itu Akhirnya Kutemui Juga

Hampir 12 tahun aku bekerja di salah satu perusahaan di KBN Cakung. Dengan latar belakang pendidikan yang tidak tinggi, aku mendapatkan pekerjaan menjahit sesuai keahlianku.

Buruh Perempuan dan Beban Ganda

oleh Sri Jumiati Kami adalah seorang buruh perempuan yang mempunyai pekerjaan ganda kerja di suatu perusahaan dan di rumah. Dari pagi hingga sore bahkan sampai

“Buruh Perempuan Belum Merdeka”

http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/07/mulai-esok-3000-bendera-akan-menghiasi-jalanan-aceh Oleh Jumisih Potret Buruh Perempuan “Perkenalkan, nama saya Haji subur, saya dari FBR yang punya garasi di depan. Keberadaan saya di sini adalah karena

MAJU KENA, MUNDUR KENA YA MENDING MAJU!!

Catatan untuk Buruh KBN Cakung  Menghadapi Lebaran dan Pabrik Tutup    Pengantar Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung pada 28 Juni 2016 ini genap berumur 30

Memaknai Marsinah

Oleh Dian Septi Trisnanti Marsinah Marsinah ditemukan tewas pada 9 Mei 1993, di sebuah gubuk di hutan Dusun Jegong, Nganjuk, Jawa Timur. Di tahun yang