Oleh Atly Serita
Berserikat untuk Hak
Beberapa hari lalu, aku menerima sms dari salah satu kawan yang bekerja di KBN Cakung. Dulu, aku dan ia satu perusahaan dan sama – sama berserikat di FBLP (Federasi Buruh Lintas Pabrik). Aku pengurus dan ia adalah anggota. Setelah kontraknya habis, ia berpindah kerja di perusahaan lain. Maklum, sebagai buruh kontrak, kawan-kawan sering sekali berpindah-pindah kerja dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
Namun, meski mereka sering berpindah – pindah kerja di berbagai perusahaan, mereka tetap berkomitmen menjadi anggota FBLP, sehingga bila ada persoalan yang tak bisa mereka atasi, mereka menghubungi serikat (FBLP). Itu tak lepas dari pesan yang sering kusampaikan ke kawan-kawan, bahwa mereka sebaiknya mempergunakan dan memanfaatkan ilmu yang diperoleh dari organisasi. Pesanku “Kawan-kawan harus bisa berlawan dan mengadvokasi diri sendiri, bila mentok silahkan meminta bantuan organisasi. Di situ, kawan-kawan akan diuji untuk bisa menerapkan dan mempraktekkan ilmu yang sudah diperoleh.”
Nah, itulah mengapa kawanku tersebut menghubungiku. Tentu ia minta bantuan serikat untuk mengadvokasi setelah ia merasa sudah berusaha dan ternyata belum berhasil. Ia mengajak beberapa kawannya mengadukan persoalan gaji mereka yang belum jua dibayarkan selama tiga bulan ini. Sebelumnya, gaji mereka bahkan dicicil. “Seperti beli baju kreditan saja, dicicil” Pikirku dalam hati. Menurut mereka, gaji mereka dicicil sejak bulan Maret dan April. Tiga bulan terakhir malah belum dibayarkan sama sekali. Mereka tak berani memprotes manajemen, hanya kawanku yang anggota FBLP itu saja yang berani. Pihak manajemen sama sekali tidak tahu bahwa ada buruhnya yang sudah punya pengalaman berserikat. Ketika kawanku ini protes, manajemen dengan santai menjawab
“Tenang saja, nanti juga saat lebaran, gaji dan lemburan kalian keluar. Sekarang fokus kerja saja terlebih dahulu, mengejar target dulu biar pengusaha bisa bayar gaji dan lemburan kalian”
Mendengar jawaban manajemen ngawur itu, siapa yang tidak geram. Memangnya kontrakan, perut lapar, anak butuh susu, biaya sekolah dan tetek bengeknya bisa menunggu? Dasar pengusaha kacrut!
Berserikat Karena Kesadaran, Bukan Balas Budi
Akhirnya, akupun mendatangi kawanku dan buruh-buruh di perusahaan tersebut untuk mendengarkan keluh kesah mereka. Ada beberapa buruh berserikat di organisasi lain dan meminta tolong kepadaku, namun aku menolak dengan halus. Kusampaikan agar menghubungi serikatnya terlebih dahulu. Anehnya, bahkan mereka tidak tahu siapa Ketua Serikatnya. Mungkin mereka tidak aktif di serikatnya. Sayang sekali. Mereka hanya tahu membayar iuran tiap bulan dan tidak paham tentang apa itu serikat dan fungsinya. Mereka hanya tahu diajak ketika demonstrasi dan diberi uang buat makan dan minum. Aku jadi prihatin.
Aku hanya bisa diam, menatap wajah mereka yang polos dan penuh harap. Namun kusampaikan
“Aku nggak janji ya, tapi aku akan usahakan kalian mendapatkan hak kalian meski bukan anggotaku. Syaratnya, kalian juga mesti aktif membela hak kalian. Jadi harus ikut diskusi, berkumpul dan berjuang bersama. Aku ingin kalian paham makna berserikat, bukan cuma balas budi. Kalau sekedar balas budi tapi tidak paham fungsi berserikat, mending tidak usah. Kalau kalian paham, maka kalian bisa memilih serikat yang menurut kalian benar-benar membela hak kalian jadi bukan karena terpaksa ataupun balas budi. Kalau sudah mantap dan paham, silahkan hubungi aku untuk berserikat dan bergabung bersama FBLP”
Mereka hanya diam dan mengangguk. Aku tak tahu apakah anggukan itu artinya mengerti atau malah tidak mengerti atau tidak paham.