Kompak, Buruh PT.Amos Gagalkan Upaya Pengusaha Ganti Hari

buruh PT. Amos Indah Indonesia/dok marsinahfm

Buruh garmen PT.Amos di Jakarta Utara berhasil menggagalkan upaya perusahaan untuk “Ganti hari”. Keberhasilan itu diraih berkat kekompakan anggota.

Perusahaan awalnya ingin agar semua buruh bekerja pada hari Sabtu, 10 Juni 2017 untuk mengejar target ekspor menjelang lebaran. Namun, itu tidak dinyatakan sebagai lembur, tapi sebagai ganti hari agar tanggal 22 Juni tidak masuk kerja. Kamis, 22 Juni 2017, merupakan hari terakhir jelang Lebaran. Dengan libur pada Kamis itu, libur lebaran menjadi lebih panjang sehari.

Namun serikat buruh FBLP di PT. Amos menolak usulan pengusaha itu. “Kalau ganti hari kan kesempatan untuk lembur hilang,” ujar Sri Rahma, Ketua FBLP PT.Amos yang berlokasi di KBN Cakung itu.

Undang Undang Tenaga Kerja 13 tahun 2003 memungkinkan buruh untuk bekerja pada hari ke-6 (Sabtu) pada sistem 8 jam kerja/hari. Namun, pasal 77 dan 78 menyebutkan kerja tambahan itu harus dinyatakan sebagai lembur, bukan sebagai ganti hari.

Akhirnya diputuskan untuk melakukan pemungutan suara pada sekitar 1000 buruh. Alhasil, sebanyak 95 persen buruh menolak untuk penghapusan upah lembur. “Kami pengurus yang mengawasi supaya tidak ada tekanan terhadap karyawan,” imbuh Rahma.

Rahma menyebutkan banyak perusahaan-perusahaan di KBN Cakung menggunakan modus ganti hari untuk menghindari pembayaran uang lembur. Sejak lama, Federasi Buruh Lintas Pabrik di PT.Amos menolak penerapan modus penghilangan uang lembur dengan cara ganti hari. (gur)

Facebook Comments Box

Artikel Lainnya

Suara Buruh 12 Desember 2014

Suara Buruh edisi 12 Desember 2014 mengangkat tema tentang Hari Hak Asasi Manusia yang diwarnai dengan aksi buruh pada 10 dan 11 Desember 2014 dan

“Buruh Perempuan Belum Merdeka”

http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/07/mulai-esok-3000-bendera-akan-menghiasi-jalanan-aceh Oleh Jumisih Potret Buruh Perempuan “Perkenalkan, nama saya Haji subur, saya dari FBR yang punya garasi di depan. Keberadaan saya di sini adalah karena

Mewarisi Pemikiran Kartini, Berani Mengembangkan Gagasan Progresif 

Di balik dinding pingitan, Kartini mengembangkan gagasan yang berani dan progresif melampaui jamannya. Di tengah kultur sosial masyarakatnya yang kolot, mengecilkan makna gagasan dan pemikiran apalagi dari seorang perempuan, Kartini punya keberanian menggoreskan pena. Lalu apakah menggoreskan pena, jauh lebih tidak berani dari pertarungan gagah berani di medan perang? Medan perang pun butuh siasat dan strategi, sebuah pemikiran yang jitu untuk memenangkan pertarungan. Demikianlah, perjuangan dengan pena adalah sama tajam dan beraninya dengan aksi di medan perang.

Cukil Marsinah

Mbak Nining, berkarya. Cukil Marsinah Untuk workshop cukuil, TTS2014, 16 Maret 2014 Facebook Comments Box

Kemerdekaan Buruh Kontrak

Aku warga negara merdeka Hidup punya pilihan Pilihan memberi harapan Aku warga merdeka   Pilihan itu datang padaku Menjawab kebutuhan Mau makan atau kelaparan? Aku